0

Acara 3 Berat Volume, Berat Jenis Dan Porositas Tanah : Bab 2 Tinjauan Pustaka

Posted by andi telaumbanua on Jan 14, 2019 in TAnah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Berat volume tanah

Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang sangat kompleks. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi maka tidak hanya membutuhkan unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga memerlukan lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah yang sesuai sehingga akar tanaman dapat berkembang dengan bebas demikian juga proses fisiologinya. Sifat fisik tanah menyangkut: berat volume tanah, berat jenis tanah, porisitas tanah, penyebaran pori dalam tanah, kemantapan agregat tanah, kelembaban tanah dan sebagainya (Putinella, 2011).

Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta sifat  fisik  tanah lainnya. Seperti sifat  tanah  yang lainnya, berat volume mempunyai variabilitas spasial (ruang) dan temporal (waktu). Nilai berat volume, b, bervariasi antara satu titik dengan titik yang lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain (Yustika, 2006).

Berat volume tanah dipegaruhi oleh bagian rongga pori tanah, struktur tanah, pertumbuhan akar, aktivitas mikroorganisme dan peningkatan bahan organik. Makin tinggi pemberian bahan organik ke dalam tanah maka berat volume akan semakin rendah, berkisar antara 1,0 sampai 1,3 g.cm-3. Menurut Hardjowigeno (2003), kandungan bahan organik yang tinggi menyebabkan tanah mempunyai berat jenis butiran yang rendah, besarnya berat jenis tanah pertanian berkisar antar 2,6 sampai 2,7 g.cm-3 . Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 – 1,6 gr/cm3 .

Tanah organik memiliki nilai bulk density yang lebih ringan, misalnya dapat mencapai 0,1 – 0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase dan lain-lain. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno, 2003).

Kerapatan massa tanah menunjukkan perbandingan berat tanah terhadap volume total (udara, air, dan padatan) yang dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

ρb =  ………………………………………………………………………….(1)

di mana : ρb = kerapatan massa tanah (gr/cm3 ) Ms = massa tanah (gr) Vt = volume total (cm3 ). Bulk density sangat berhubungan dengan particle density, jika particle density tanah sangat besar maka bulk density juga besar (Yustika, 2006).

Hal ini dikarenakan partikel density berbanding lurus dengan bulk density, namun apabila tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density dan bulk density akan rendah. Dapat dikatakan bahwa particle density berbanding terbalik dengan kadar air. Hal ini terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi dalam menyerap air tanah, maka kepadatan tanah menjadi rendah karena pori-pori di dalam tanah besar sehingga tanah yang memiliki pori besar akan lebih mudah memasukkan air di dalam agregat tanah (Hanafiah, 2005).

Nilai sangat dipengaruhi oleh pengelolaan yang dilakukan terhadap tanah. Nilai terendah biasanya didapatkan di permukaan tanah sesudah pengolahan tanah. Bagian tanah yang berada di bawah lintasan traktor akan  jauh  lebih  tinggi  berat  volumenya  dibandingkan dengan  bagian tanah lainnya. Pada tanah yang mudah mengembang dan mengerut, berubah-ubah seiring dengan berubahnya kadar air tanah. Oleh sebab itu, untuk tanah yang mengembang mengerut, nilaib perlu disertai dengan data kadar air. Tanah dengan bahan organik yang tinggi mempunyai berat volume relatif rendah. Tanah dengan ruang pori total tinggi, seperti tanah liat, cenderung mempunyai berat volume lebih rendah (Yustika, 2006).

Sebaliknya, tanah dengan tekstur kasar, walaupun ukuran porinya lebih besar, namun total ruang porinya lebih kecil, mempunyai berat volume yang lebih tinggi. Komposisi mineral tanah, seperti dominannya mineral dengan berat jenis partikel tinggi di dalam tanah, menyebabkan berat volume tanah menjadi lebih tinggi pula. Berat volume tanah mineral berkisar antara 0,6 –  1,4 g  cm-3. Tanah Andisols mempunyai berat volume yang rendah (0,6 – 0,9 g cm-3), sedangkan tanah mineral lainnya mempunyai berat volume antara 0,8 – 1,4 g cm-3. Tanah gambut mempunyai berat volume yang rendah (0,4 -0,6 g cm-3). Nilai yang umum untuk tanah pasir adalah sekitar 1,4 – 1,7 g cm-3 sedangkan untuk tanah liat adalah antara 0,95 – 1,2 g cm-3 (Grossman dan Reinsch, 2002).

Berbagai metode dapat digunakan dalam penentuan b    antara lain: (1) metode ring contoh (core); (2) metode penggalian tanah; (3) metode bongkahan; dan (4) metode radiasi (gamma ray).Metode radiasi adalah metode penentuan berat volume tanah di lapangan atau di dalam pot (in situ). Metode ini relatif mahal dan berpotensi mendatangkan bahaya radioaktif. Metode ring  dan metode bongkahan sudah lama dan umum digunakan, sedangkan metode galian relatif baru dan banyak digunakan di bidang teknik sipil, terutama untuk tanah berbatu-batu dan tanah yang sangat lengket (Kurnia dkk., 2006).

Apabila tanahnya sangat  gembur, sehingga  sulit  diambil dengan ring  atau  sulit  diambil bongkahannya, maka metode penggalian merupakan alternatif. Metode penetapan berat volume tanah yang akan diterangkan dalam tulisan ini adalah metode ring, metode bongkahan tanah, dan metode galian (excavation method).

2.1.1. Metode ring

Suatu ring berbentuk silinder dimasukkan ke dalam tanah dengan cara ditekan sampai kedalaman tertentu, kemudian dibongkar dengan hati-hati supaya volume tanah tidak berubah. Contoh tanah dikeringkan selama 24 jam pada suhu 105 oC, kemudian ditimbang. Metode ring tidak cocok untuk tanah yang berbatu-batu, karena sulit memasukkan ring ke dalam tanah (Kurnia dkk., 2006).

Ring dirancang sedemikian rupa, sehingga bukan hanya dapat mengambil contoh tanah, tetapi juga dapat meminimumkan kerusakan tanah serta dapat menahan tanah selama dalam pengangkutan dari lokasi pengambilan ke laboratorium. Untuk itu, biasanya ring dibuat tajam ke arah bagian dalam dan diberi tutup pada kedua ujungnya seperti terlihat di Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Model ring untuk pengambilan contoh tanah utuh

Contoh   tanah   yang   sama   masih   dapat   digunakan   untuk penentuan konduktivitas hidrolik tanah dan distribusi ukuran pori tanah. Untuk kedua pengukuran terakhir ini dibutuhkan ring yang diameternya tidak kurang dari 7,5 cm guna mengurangi kerusakan tanah dan mengurangi proporsi bidang kontak antara ring dan tanah. Selain itu, untuk menghindari pemadatan, sebaiknya tinggi ring tidak melebihi diameternya (Kurnia dkk., 2006).

Prosedur penetapan berat volume tanah sebagai berikut:

1.        Buka tutup ring dan letakkan contoh tanah dengan ringnya ke dalam suatu cawan aluminium.

2.        Keringkan di dalam oven pada suhu 105 oC selama 24 jam sampai dicapai  berat  yang  konstan.  Untuk  pengukuran  yang  lebih  teliti, contoh tanah kering dimasukkan ke dalam desikator selama kurang lebih 10 menit sebelum ditimbang.

3.        Timbang berat kering tanah (Ms) + berat ring (Mr) + berat cawan (Mc).

4.        Tentukan volume bagian dalam ring (Vt) dan hitung Db:

                  (2)        Vadalah volume padatan tanah, Vw, volume zat cair dan Va, volume udara  tanah.  Karena menggunakan ring,  Vt   lebih  mudah dihitung dengan r2t, dimana adalah radius bagian dalam dari ring dan adalah tinggi ring.

5.        Apabila satuan untuk berat adalah gram (g) dan satuan untuk volume adalah cm3 maka satuan untuk Db adalah g cm-3.

6.        Jika diperlukan data kadar air tanah, timbang berat tanah basah {(Ms +  Mw)  +  berat  ring  (Mr)  +  berat  cawan  (Mc)}  sebelum  tanah dimasukkan ke dalam oven (sesudah prosedur pertama).

7.        Cuci, lalu keringkan ring dan cawan di dalam oven (105oC) selama 2 – 3 jam. Timbang berat ring, Mr, dan berat cawan, Mc. Kadar air tanah (berdasarkan volume), θ, dapat dihitung dengan rumus:

      (3)

Sewaktu memasukkan ring ke dalam tanah, hindari terjadinya pemadatan tanah, yang ditandai dengan lebih rendahnya permukaan tanah di dalam dan di luar lingkaran ring. Jika pengambilan contoh dilakukan pada saat tanah terlalu kering atau dengan cara dipukul menggunakan palu dilakukan terlalu keras, diperkirakan tanah akan pecah dan berserakan. Pengambil contoh tanah harus dapat menilai apakah terjadi pemadatan yang mengakibatkan volume tanah yang diambil tidak lagi sama dengan volume sebenarnya (Kurnia dkk., 2006).

2.2. Berat Jenis Tanah

Berat jenis tanah (bulk density) adalah massa tanah kering yang mengisi ruangan di dalam lapisan tanah. Berat jenis tanah dengan demikian merupakan massa per satuan tanah kering. Volume tersebut dalam hal ini mewakili ruangan dalam tanah yang terisi butir-butir tanah. Dalam sistem matrik, massa dan berat tanah di permukaan bumi secara numerik dapat dianggap sebanding. Dalam hal ini, massa dari berat tanah ditunjukkan dalam unit satuan gram, sementara volume air yang terkandung dalam tanah ditunjukkan dalam unit satuan cm3 (Asdak, 2007).

Besarnya angka berat jenis tanah bervariasi dari 0,5 pada lapisan tanah remah sampai 1,8 pada tanah pasir padat. Tanah dibawah tegakan hutan umumnya mempunyai nilai berat jenis tanah antara 0,9 dan 1,3 (Asdak, 2007). Kerapatan massa tanah (bulk density) menyatakan berat volume tanah, dimana seluruh ruang tanah diduduki butir padat dan pori yang masuk dalam perhitungan. Berat volume dinyatakan dalam massa suatu kesatuan volume tanah kering. Volume yang dimaksudkan adalah menyangkut benda padat dan pori yang terkandung di dalam tanah. Kerapatan partikel tanah menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume tanah kering dengan persamaan:

ρs=  …………………………………………………………………………..(4)

di mana : ρs= kerapatan partikel (gr/cm3 ) Vs= volume tanah (cm3 ).

Berat jenis partikel, ρs, adalah perbandingan antara massa total fase padat tanah Ms dan volume fase padat Vs. Massa bahan organik dan anorganik   diperhitungkan   sebagai   massa   padatan   tanah   dalam penentuan berat jenis partikel tanah. Berat jenis partikel mempunyai satuan Mg m-3 atau g cm-3. Penentuan   berat   jenis   partikel   penting   apabila   diperlukan ketelitian pendugaan ruang pori total. Berat jenis partikel berhubungan langsung dengan berat volume tanah, volume udara tanah, serta kecepatan sedimentasi partikel di dalam zat cair. Penentuan tekstur tanah dengan metode sedimentasi, perhitungan-perhitungan perpindahan partikel oleh angin dan air memerlukan data berat jenis partikel (Fahmuddin dan Setiari, 2006).

Tabel 2.1. Berat jenis dari berbagai mineral dalam tanah

Berat jenis partikel dihitung berdasarkan pengukuran massa dan volume partikel tanah.  Massa  padatan tanah  ditentukan dengan cara menimbang contoh tanah kering oven (105oC, selama 24 jam). Volume partikel dihitung dari massa dan berat jenis zat cair yang dipisahkan oleh partikel tanah (metode piknometer) atau dari volume zat cair yang dipisahkan partikel (metode perendaman atau submersion). Kedua metode, yaitu metode piknometer dan metode perendaman mempunyai prinsip serupa. Metode ini mudah dilakukan dan memberikan hasil yang akurat bila dilakukan dengan teliti (Fahmuddin dan Setiari, 2006).

2.2.1. Metode botol Piknometer

Botol piknometer (pycnometer bottle atau density bottle) adalah sejenis botol yang mempunyai volume tertentu (Gambar 1). Penutup piknometer terbuat dari kaca yang ditengahnya mempunyai pipa kapiler. Biasanya pada botol piknometer dicantumkan volume (volume botol ditambah dengan volume pipa kapiler penutup piknometer). Bila volume piknometer tidak diketahui, volume dapat ditentukan dengan menimbang berat piknometer yang diisi penuh dengan zat cair. Volume piknometer dihitung dengan:

                                                                                           (5)

V= volume piknometer, (Mp+Mf) = massa piknometer + zat cair, Mp = massa piknometer, ρf  = berat jenis zat cair.

Gambar 2.2. Botol Piknometer

Berat jenis zat cair berubah-ubah karena pengaruh suhu. Karena itu suhu zat cair pada saat pengukuran perlu ditentukan dan ρf pada suhu tertentu dapat dilihat pada buku Handbook of Chemistry and Physics. Zat cair yang biasa digunakan adalah air murni atau ethyl alcohol 95% (Fahmuddin dan Setiari, 2006).

2.3. Porositas Tanah

Pori tanah jika dalam keadaan basah seluruhnya akan terisi oleh air, baik pori mikro, pori meso ataupun pori makro.  Sebaliknya pada keadaan kering, pori makro dan sebagian pori meso terisi udara. Tanah yang strukturnya gembur atau remah dengan tindakan pengolahan tanah yang intensif dan bertekstur lempung, umumnya mempunyai porositas yang besar. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi dan drainase tanah (Aak, 1983).

Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang.  Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat.  Faktor porositas tanah dikendalikan oleh tekstur tanah, struktur, dan kandungan bahan organik. Pada tanah berpasir, porositas tanah didominasi oleh pori makro yang berfungsi sebagai lalu lintas air sehingga infiltrasi meningkat. Sedangkan pada tanah berlempung, pori mikro lebih berperan dan daya hantar air-nya rendah sehingga infiltrasi menurun (Aak, 1983).

Bahan organik dan liat bagi agregat ta-nah berfungsi sebagai pengikat untuk ke-mantapan agregat tanah. Aktivitas akar tanaman menambah jumlah pori-pori ta-nah sehingga perkolasi semakin memba-ik.  Selain itu, melalui retakan-retakan yang terbentuk oleh aktivitas akar tanam-an secara tidak langsung melalui ikatan mekanis atau biologis dan kimia oleh hu-mus dapat memantapkan agregat tanah, akibatnya laju infiltrasi menjadi meningkat. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah, kondisi fisik tanah menjadi lebih baik bagi laju penurunan air ke dalam tanah (Aak, 1983).

Kerapatan massa berbanding terbalik dengan porositas tanah, bila kerapatan massa tanah rendah maka porositas tinggi dan sebaliknya bila kerapatan massa tanah tinggi maka porositas rendah. Pengelolaan lahan juga turut mempengaruhi proses pemadatan tanah. Dimana partikel halus akan mengisi pori tanah sehingga kerapatan massa akan semakin besar Porositas tanah atau total ruang pori dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:

 f= {1 – ρb/ ρs } 100 %                                                                                   (6)

di mana : f = porositas (%) ρb = kerapatan massa tanah (g/cm3 ) ρs = kerapatan partikel tanah (g/cm3 ).

Tabel 2.2. Kelas Porous Tanah

(Arsyad, 1989).

Porositas adalah porositas ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yanag dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang porous artinya tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air tanah dan udar bebas bergerak secara leluasa didalam tanah. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori  tanah dibedakan menjadi pori-pori  kasar dan pori-pori halus, pori-pori kasar berisi udara dan air gravitasi sedangkan pori-pori  halus berisi udara atau sedangkan pori-pori halus berisi udara dan air kapiler.

Ruang pori-pori total pada tanah berpasir semakin rendah, tetapi sebagian besar dari pori-pori itu terdiri dari pori-pori yang besar dan sangat efisiensi dalam lalu lintas air maupun udara. Tanah-tanah  pasir sulit menahan air sehingga tanaman cepat sekali kering, ini disebabkan  karena tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori  kasar lebih banyak. Persentase volume yang ditempati oleh pori-pori  kecil, dalam tanah berpasir adalah rendah, yang menunjukkan kapasitas memegang air yang rendah (Arsyad, 1989).

Faktor yang mempengaruhi porositas adalah iklim, kelembaban dan struktur tanah. Iklim, suhu,  kelembaban, sifat mengembang dan mengerut  sangat mempengaruhi porositas. Misalnya saja wilayah yang beriklim hujan tropis maka tingkat curah hujan pada tanah tersebut akan tinggi pada saat tanah tersebut basah maka tanah tersebut akan mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut akan banyak terisi oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada porositasnya. Sebaliknya pada musim kemarau atau kering tanah akan mengerut dan pori tanah akan semakin besar tetapi kebanyakan akan diisi oleh udara, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap porositas tanah tersebut.

Porositas suatu lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada tidaknya  perkembangan struktur granular pada tiap lapisan horizon tanah yang akan memberikan hasil porositas total yang tinggi dan dapat meningkatkan jumlah pori mikro dan pori makro suatu lapisan tanah. Sehingga, pada suatu lapisan tanah dengan struktur remah atau kersai sangat berpengaruh dalam penentuan porositas karena dengan struktur tanah tersebut umumnya mempunyai porositas yang besar.

Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat kaitanya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin kecil.  Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Tinggi rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut.

Bila suatu tanah dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita menanam tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak. Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman yang ditanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi lingkungan mikro di sekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman. Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila tergenang air terlalu lama, karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam kelebihan air yang dapat menyebabkan pembusukan akar tanaman (Arsyad, 1989).

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta : Kaninius. Halaman 54-      55.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada   University Press. Yogyakarta.

Fahmuddin, A. dan Setiari M. 2006. Penetapan Berat Jenis Partikel Tanah .             http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20sif at%20fisik%20tanah/04penatap_partikel_tanah.pdf?secure=true . Diakses           pada tanggal 30 September 2018.

Grossman, R. dan Reinsch. 2002. The solid phase. P: 201. Dalam    Kurnia, U.,      Fahmuddin, A., Abdurachman, A., dan Ai, D., 2006. Sifat     Fisik Tanah      dan Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan                 Pertanian. Departemen Pertanian.

Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo            Persada.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.

Kurnia, U., Fahmuddin, A., Abdurachman, A., dan Ai, D., 2006. Sifat Fisik Tanah            dan Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.             Departemen Pertanian.

Putinella, J.A. 2011. Perbaikan Sifat Fisik Tanah Regosol dan Pertumbuhan           Tanaman Sawi. Jurnal Budidaya Pertanian 7(1): 35.

Yustika, R.D., Fahmuddin, A., dan Haryati, U. 2006. Penetapan Berat Volume     Tanah http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku            %2 0sifat%20fisik%20tanah/03penetapan_berat_vol_tanah.pdf?secu       re=true . Diakses Pada Tanggal 29 September 2018.

 
0

Acara 3 Berat Volume, Berat Jenis Dan Porositas Tanah : Bab 1 Pendahuluan

Posted by andi telaumbanua on Jan 14, 2019 in TAnah

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT ALAMI TANAH

TPT 2022

ACARA 3

BERAT VOLUME, BERAT JENIS DAN POROSITAS TANAH

DISUSUN OLEH :

NAMA           : Andi Saputra Telaumbanua

NIM                : 17/413930/TP/11872

GOL               : Rabu C

PJ ACARA    : Rahma Irhamnia

LABORATORIUM BIOFISIK

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan media pertumbuhan tanaman yang sangat kompleks. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi maka tidak hanya membutuhkan unsur hara yang cukup dan seimbang, tetapi juga memerlukan lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah yang sesuai sehingga akar tanaman dapat berkembang dengan bebas demikian juga proses fisiologinya. Sifat fisik tanah menyangkut: berat volume tanah, berat jenis tanah, porisitas tanah, penyebaran pori dalam tanah, kemantapan agregat tanah, kelembaban tanah dan sebagainya (Putinella, 2011).

Berat volume tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang paling sering ditentukan, karena keterkaitannya yang erat dengan kemudahan penetrasi akar di dalam tanah, drainase dan aerasi tanah, serta sifat  fisik  tanah lainnya. Seperti sifat  tanah  yang lainnya, berat volume mempunyai variabilitas spasial (ruang) dan temporal (waktu). Nilai berat volume, b, bervariasi antara satu titik dengan titik yang lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain (Yustika, 2006).

Berat jenis tanah adalah massa tanah kering yang mengisi ruangan di dalam lapisan tanah. Massa bahan organik dan anorganik   diperhitungkan   sebagai   massa   padatan   tanah   dalam penentuan berat jenis partikel tanah. Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat. Faktor porositas tanah dikendalikan oleh tekstur tanah, struktur, dan kandungan bahan organik. Pada tanah berpasir, porositas tanah didominasi oleh pori makro yang berfungsi sebagai lalu lintas air sehingga infiltrasi meningkat. Sedangkan pada tanah berlempung, pori mikro lebih berperan dan daya hantar air-nya rendah sehingga infiltrasi menurun (Asdak, 2007).

Sifat fisik dari tanah berperan penting dalam bidang TPB. Permukaan tanah bekas lintasan dari roda alat dan mesin pertanian akan mengalami pemadatan, sehingga berat volume tanahnya akan berubah yaitu semakin besar. Kondisi ini tentunya tidak baik untuk perakaran tanaman, juga porositas tanah akan menurun akibat pemadatan ini, sehingga kemampuan tanah menahan air berkurang akibatnya drainase tanah jelek. Sehingga perlu pemahaman terhadap sifat fisik tanah, agar tanah yang diolah sifat fisiknya tidak berubah. Oleh karena itu, dilakukan praktikum untuk mengetahui berat volume, berat jenis, dan porositas tanah.

1.2.Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar;

1.      Mahasiswa mampu menentukan berat volume, berat jenis dan porositas tanah.

2.      Mahasiswa mampu menganalisa faktor yang mempengaruhi berat volume, berat jenis, dan porositas tanah.

 
0

Acara 2 Tekstur Dan Struktur Tanah : Bab 3 Metodologi & Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Posted by andi telaumbanua on Jan 14, 2019 in TAnah

BAB III

METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum struktur dan tekstur tanah ini antara lain: mikroskop untuk melihat bentuk dan ukuran dari partikel tanah, mistar untuk mengukur diameter partikel tanah, kertas berwarna putih sebagai alas dalam partikel/butir tanah. Timbangan analitis untuk menimbang berat dari sampel tanah dan cawan, oven pengering digunakan dalam penentuan kadar air, ayakan 10 mesh (2 mm) untuk memisahkan partikel pasir dengan debu dan liat, pengaduk untuk mengaduk, corong gelas, stopwatch, cawan porselin sebagai wadah sampel tanah, gelas ukur, gelas piala, tabung erlenmeyer, tabung sedimentasi dan gelas arloji. Bak perendam dan pipet 25 ml sebagai alat dalam analisis metode pipet dan hidrometer.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain : sampel tanah terusik sebagai objek yang dianalisis tekstur dan strukturnya, H2O2 untuk menghilangkan bahan organik agar tanah tidak mengumpal, HCl untuk menghilangkan kapur atau CaCO3, NaOH, kertas saring whatman no.42 diameter 12 cm untuk menyaring, kertas lakmus untuk menentukan pH, dan aquadest.

3.2. Cara Kerja

3.2.1. Penentuan struktur tanah

Sampel tanah terusik diambil dan kertas putih juga disiapkan. Kemudian, sampel tanah dijatuhkan ke kertas putih, lalu partikel tanah diamati dengan mikroskop digital yang terhubung langsung ke laptop. Kemudian, dicari gambar yang jelas dengan cara mikroskop digeser – geser. Setelah ketemu gambar yang tampak jelas, lalu di capture, kemudian diukur diameternya dengan penggaris. Kemudian dianalis tipe struktur partikel tanah yang terbentuk dari yang ukuran besar sampai yang ukuran kecil.

3.2.2. Penentuan tekstur tanah

Sampel tanah kering angin diayak dengan ayakan 10 Mesh, lalu sampel tanah yang lolos ayakan ditimbang 25 gram, dengan gelas arloji yang telah ditimbang terlebih dulu beratnya. Kemudian, sampel tanah dimasukkan  ke dalam gelas piala 250 ml. Lalu, ditambahkan aquadest sebanyak 50 cc, kemudian ditambahkan lagi H2O2 10 ml 30%. Lalu, gelas piala ditutup dengan gelas arloji, kemudian dibiarkan selama semalam. Besoknya dipanaskan selama 15 menit, lalu dibiarkan mendingin, kemudian ditambahkan 15 ml H2O2 10 ml 30%, kemudian dipanaskan lagi sampai bahan organik habis (ditandai dengan buih sudah tak tumpah lagi).

   Kemudian dibiarkan mendingin, ditambahkan 25 ml HCl 2N , lalu volume dijadikan 250 ml. Kemudian diaduk – aduk dengan batang gelas berujung karet selama 30 menit, kemudian diuji dengan lakmus biru, sampai warna lakmus berubah. Kemudian dipasang corong gelas diameter 10 cm diatas tabung erlenmeyer 500 ml, lalu suspensi disaring dengan kertas whatman no.42 diameter 2 cm.Tanah diatas kertas saring dicuci dengan ( 4 x 50) 200 ml HCl 0,2 N, kemudian dilanjutkan pencucian dengan aquadest (7 x 50 ml) 350 ml sampai filtrat yang menetes dari corong bersifat netral (diuji dengan lakmus biru).

   Setelah selesai pencucian, tanah dipindahkan secara kuantitatif ke dalam erlenmeyer 500 ml, diusahakan selama dipindahkan tanah ini selesai dan volume suspensi dalam labu erlenmeyer tidak boleh lebih dari 250 ml. Kemudian ditambahkan 10 ml larutan NaOH 1 N, lalu erlenmeyer disumbat dengan karet rapat – rapat. Lalu dikocok selama 15 menit untuk mendapatkan pendispersian yang baik. Lalu, suspensi dipindahkan ke dalam tabung sedimentasi, volumenya dijadikan 1000 ml dengan aquadest, kemudian diaduk dengan pengadukan selama 30 detik.

   Pemipetan 1 dilakukan (debu+lempung), pipet dimasukkan  dengan kedalam 20 cm lalu hasil pemipetan dituang ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang massanya (b), untuk dikeringkan pada temperatur 105  sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang lagi (c). Pemipetan 2 dilakukan (lempung total), pipet dimasukkan  dengan kedalam 5 cm lalu hasil pemipetan dituang ke dalam cawan porselin yang telah ditimbang massanya (d), untuk dikeringkan pada temperatur 105  sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang lagi (e).

3.3. Cara Analisa Data

3.3.1. Penetapan struktur tanah

Tabel 3.1 Data struktur tanah

Keterangan Tanah A Tanah B
Dmin
Dmax
Dmid
Tipe    

Tabel 3.2 Gambar struktur tanah

Tanah A Tanah B  
     

3.3.2. Penetapan Tekstur Tanah

Analisa Penentuan Kadar Air

Tabel 3.3 Data kadar air

Tanah a (gr) b (gr) c (gr) KA (%)
A
B        

Keterangan :

a = Berat cawan porselin (gr)

b = Berat sampel tanah dan cawan sebelum dioven (gr)

c = Berat sampel tanah dan cawan setelah dioven (gr)

Analisa Penentuan Fraksi Tanah

Tabel 3.4 Data pengukuran fraksi tanah

Tanah a (gr) Pemipetan 1 Pemipetan 2
b (gr) c (gr) d (gr) e (gr)
A          
B

Keterangan :

a = Berat tanah = 15 gr

b = Berat cawan pada pemipetan 20 cm (gr)

c = Berat tanah + cawan pada pemipetan 20 cm (gr) yang dioven

d = Berat cawan pada pemipetan 5 cm (gr)

e = Berat tanah + cawan pada pemipetan 5 cm (gr) yang dioven

Tabel 3.4. Hasil penentuan fraksi tanah

Tanah KA (%) % Debu % Lempung % Pasir Kriteria
A          
B  

Keterangan :

X = persentase bahan organik (asumsi = 3 %)

Y = persentase bahan kapur (asumsi = 2 %)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Analisa Data

Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut;

4.1.1. Penetapan struktur tanah

Tabel 3.1 Data struktur tanah

Keterangan Tanah A (mm) Tanah B (mm)
Dmin 0,5 0,85
Dmax 0,7 0,9
Dmid 0,6 0,875
Tipe Pasir Kasar dan granuler Pasir Kasar dan platy (lempeng)

Tabel 3.2 Gambar struktur tanah

Tanah  A Tanah B  
     

4.1.2. Penetapan Tekstur Tanah

Analisa Penentuan Kadar Air

Tabel 3.3 Data kadar air

Tanah a (gr) b (gr) c (gr) KA (%)
A 29,45 39,54 38,94 6,32 %
B 28,25  35,88   35,49 5,38 % 

Contoh perhitungan kadar air sampel

  • tanah A :
  • tanah B

Tabel 3.4 Data pengukuran fraksi tanah

Tanah a (gr) Pemipetan 1 (20 cm) Pemipetan 2 (5 cm)
b (gr) c (gr) d (gr) e (gr)
A 15  28,28  28,52  28,24  28,36 
B 15 28,23 28,45 29,45 29,55

Tabel 3.4. Hasil penentuan fraksi tanah

Tanah KA (%) % Debu % Lempung % Pasir Kriteria
A 6,32 35,82  Clay loam (Lempung berliat)
B   Clay loam (Lempung berliat)

 Contoh perhitungan % debu

  • tanah A
  • tanah B

Contoh perhitungan % lempung

  • tanah A
  • tanah B

Contoh perhitungan % lempung

  • tanah A
  • tanah B

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Analisa Data

Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut;

4.1.1. Penetapan struktur tanah

Tabel 3.1 Data struktur tanah

Keterangan Tanah A (mm) Tanah B (mm)
Dmin 0,5 0,85
Dmax 0,7 0,9
Dmid 0,6 0,875
Tipe Pasir Kasar dan granuler Pasir Kasar dan platy (lempeng)

Tabel 3.2 Gambar struktur tanah

Tanah  A Tanah B  
     

4.1.2. Penetapan Tekstur Tanah

Analisa Penentuan Kadar Air

Tabel 3.3 Data kadar air

Tanah a (gr) b (gr) c (gr) KA (%)
A 29,45 39,54 38,94 6,32 %
B 28,25  35,88   35,49 5,38 % 

Contoh perhitungan kadar air sampel

  • tanah A :
  • tanah B

Tabel 3.4 Data pengukuran fraksi tanah

Tanah a (gr) Pemipetan 1 (20 cm) Pemipetan 2 (5 cm)
b (gr) c (gr) d (gr) e (gr)
A 15  28,28  28,52  28,24  28,36 
B 15 28,23 28,45 29,45 29,55

Tabel 3.4. Hasil penentuan fraksi tanah

Tanah KA (%) % Debu % Lempung % Pasir Kriteria
A 6,32 35,82  Clay loam (Lempung berliat)
B   Clay loam (Lempung berliat)

 Contoh perhitungan % debu

  • tanah A
  • tanah B

Contoh perhitungan % lempung

  • tanah A
  • tanah B

Contoh perhitungan % lempung

  • tanah A
  • tanah B

 
0

Acara 2 Tekstur Dan Struktur Tanah : Bab 2 Tinjauan Pustaka

Posted by andi telaumbanua on Jan 14, 2019 in TAnah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Tanah

Tanah merupakan bahan mineral tak terkonsolidasi pada permukaan bumi yang menjadi sasaran dan pengaruh oleh faktor genetik dan lingkungan dari: bahan induk, iklim (termasuk efek kelengasan dan temperatur), makro dan mikroorganisme, dan topografi, yang kesemuanya berlangsung dalam suatu periode waktu dan menghasilkan produk akhir berupa tanah yang berbeda dari bahanbahan penyusun aslinya dalam sifat fisik, kimia, biologi, morfologi, dan karakteristiknya. Perbedaan ini juga disebabkan kondisi lingkungan eksternal yang mempengaruhinya (Tufaila,  2014).

Partikel-partikel primer didalam tanah tergantung dalam suatu kelompok  yang dinamakan sebagai agregat tanah yang merupakan satuan dasar struktur tanah. Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan pertikel-partikel primer yang membentuk kelompok atau gugus (duster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatfu yang dapat engikat menjadi lebih kuat (Baroto dan Siradz, 2006).

Ada dua tahapan yang terjadi pada pembentukan struktur tanah, yaitu (1) penggumpalan (coagulation) koloid tanah sebagai akibat pengaruh ion Ca2+ kedalam agregat tanah mikro, dan (2) sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro. Meurut teori pembentukan struktur tanah, berdasarkan pada flokulasi yang terjadi pada tanah yang berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh air hujan atau pada tanah sawah.

Pada saat terjadi retakan karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat. Maka agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda besi atau almunium dan bahan organik. Agregat yang baik terbentuk karena gumpalan maupun oleh terjadinya retakan tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat yang terjadi secara kimia atau adanya aktifitas biologi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Struktur Tanah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah, yaitu (1) bahan induk, (2) bahan organik tanah, (3) tanaman, (4) organisme tanah, (5) waktu, (6) Iklim.

  1. Bahan Induk; Perbedaan bahan penyusun tanah akan mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta kemantapan struktur tanah yang terbentuk. Kandungan fraksi liat akan sangat menentukan dalam pembentukan agregat tanah, karena liat berfungsi sebagai pengikat zat yang diabsorbsi pada permukaan butiran tanah. Jika kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi struktur tanah, sedangkan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
  2. Bahan Organik Tanah; Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian. Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah. Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.
  3. Tanaman ; Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah. Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat. Selain itu celahcelah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman tesebut.
  4. Organisme Tanah ; Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat tanah. Selain itu juga mampu berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkan tanah. Secara tidak langsung organisme akan merombak sisa-sisa tanaman yang setelah dipergunakan akan dikeluarlan lagi menjadi bahan pengikat tanah.
  5. Waktu ; Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah yang sedang berlangsung. Semakin lama waktu berjalan, maka agregat tanah yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap.
  6. Iklim ; Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan. Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemben-tukan agregat tanah.

Struktur tanah adalah susunan partikel kedalam kelompok- kelompok kecil atau agregat. Agregat ini dapat diikat oleh agregat lain ke massa yang lebih besar yang disebut peds. Peds ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, menyerupai bola, balok, kolom, dan plat. Mereka mungkin memilki tepi bulat atau tajam pada sudutnya. Jumlah ruang poridalam agregat terutama pada tekstur tanah dan jumlah ruang pori antar agregat tergantung pada pengaturan merekasatu sama lain, seperti pada ukuran kamar pada rumah yang tergantung pada pengaturan dinding. Jika partikel individu tersebut diatur  dalam  agregat  kecil  dan  dengan ujung bulat.kita berbicara tentangstruktur granuler, hal ini sangat  diinginkan untuk pertumbuhan tanaman karena dapat menyediakan pori-pori besar dan kecil (Khonke et al., 1995).

Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel- partikel primer menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan parikel primer yang tidak teragregasi. Berikut merupakan macam-macam bentuk  struktur  tanah  dan  sifat penciriannya:

  1. Remah: merupakan bentuk struktur tanah yang dominan debu dan terletak di horizon A, satuan struktur membentuk bola, partikel- partikel tersusun longgar, berpori banyak, contoh horizon tanah permukaan yang kaya bahan organik. Ukuran struktur: Sangat halus : <1 mm,  Halus : 1-2 mm, Sedang : 2-5 mm
  2. Granuler : Satuan struktur membentukbola, partikel tersusun lebih rapat, berpori lebih sedikit, terletak pada horizon A; contoh: pasir. Ukuran struktur ; Sangat halus: <1mm,  halus: 1-2 mm, sedang: 2-5 mm, kasar:5-10 mm, sangat kasar: >10 mm
  3. Gumpal : satuan  strukturberbentuk  bak kubus,partikel  tersusun  rapat, berporisedikit,   terletak   di   horizon   B, contoh: horizon bawah yang terbentuk di kawasan beriklim bermusim kemarau tegas. Struktur ini terbagi menjadi 2:
  4. Gumpal membulat, bersudut tumpel, berbidang cembung, dan berpori banyak. Ukuran struktur: sangat halus: <5 mm,  halus: 10 mm , sedang: 10-20 mm, kasar: 20-50 mm, sangat kasar: >50 mm
  5. Gumpal menyudut, kubus menyudut tajam dan berbidang rata, berpori sedikit. Ukuran struktur: sangat halus: <5 mm, halus: 10 mm, sedang: 10-20 mm, kasar: 20-50 mm, sangat kasar: >50 mm
  6. Prismatik : Satuan tekstur bersumbu tegak lebih panjang dari pada sumbu datar, berpori terbatas,  terutama  berarah  tegak,  bidang atas tegak mendatar terletak di horizon B; contoh:  horizon  bawah  tanah  yang terbentuk dikawasan iklim kering sampaisetengah kering.
  7. Tiang : satuan strukturbersumbu tegak lebih pendek dari pada sumbu datar, berpori terbatas terutama berarahtengah, terletak di horizon E. Ukuran struktur: sangat tipis: <10 mm. tipis: 10-20 mm, sedang: 20-50 mm, tebal: 50-100 mm, sangat tebal: >100 mm
  8. Lempeng : Satuan struktur bersumbu tegak lebih pendek dari pada sumbu datar, berpori terbatas terutama berarah mendatar, terletak di horizon E dan D; contoh: horizon tanah dibawah horizon permukaan berwarna pucat. Ukuran sruktur: sangat tipis: <1 mm, tipis: 1-2 mm, sedang: 2-5 mm, tebal: 5-7 mm, sangat tebal: 7-10 mm (Sutanto, 2005)

Struktur tanah berpengaruh terhadap gerakan air, gerakan udara, suhu tanah, dan hambatan mekanik perkecambahan biji serta penetrasi akar tanaman. Karena kompleksnya peran struktur, maka pengukuran struktur tanah didekati dengan sejumlah parameter. Beberapa parameter tersebut antara lain bentuk dan ukuran agregat, agihan ukuran agregat, stabilitas agregat, persentase agregat, porositas (BV, BJ), agihan ukuran pori, dan kemampuan menahan air (Handayani dan Sudarminto, 2002).

Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner. Selanjutnya Tanah yang partikel-partikelnya belum tergabung, terutama yang bertekstur pasir disebut tanpa struktur atau bertekstur lepas, sedangkan tanah yang bertekstur liat terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika basah

dan kering jika kering) atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta. Tanah yang bertekstur baik akan mempunyai drainase dan aerase yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengapsorbsi hara dan air sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik (Handayani dan Sudarminto, 2002).

2.2. Tekstur Tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir- debu dan lempung. Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butir –butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia tanah. Tekstur tanah yaitu perbandingan relatif berbagai ukuran partikel (sparasi/fraksi) dalam tanah, dinyatakan dalam %. Sparasi/fraksi tanah adalah pasir (sand), debu (salt), dan lempung (clay).

Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain (Hillel, 1982). Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya   2 mm. Di dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak diperhitungkan. Bahan organik terlebih dahulu didestruksi dengan hidrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat dinilai secara kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan. Berbagai lembaga penelitian atau institusi mempunyai kriteria sendiri  untuk  pembagian  fraksi  partikel  tanah.  Sebagai  contoh,  pada Tabel   1   diperlihatkan   sistem   klasifikasi   fraksi   partikel   menurut International Soil Science Society (ISSS), United States Departement of Agriculture (USDA) dan United States Public Roads Administration (USPRA).

Tabel 2.1. Klasifikasi tekstur tanah (diambil dari Hillel, 1982)

% Liat

Tanah dengan berbagai perbandingan pasir, debu dan liat dikelompokkan atas  berbagai kelas  tekstur seperti  digambarkan pada segitiga tekstur (Gambar 2.1). Cara penggunaan segitiga tekstur adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kelas tekstur tanah

Misalkan suatu tanah mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat. Dari segitiga tekstur dapat dilihat bahwa sudut kanan bawah segitiga menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik 50% pasir   pada sisi dasar segitiga dan dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kanan segitiga (ke kiri atas). Kemudian temukan titik 20% debu pada sisi kanan segitiga. Dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kiri segitiga, sehingga garis ini berpotongan dengan garis pertama. Kemudian temukan titik 30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga sehingga memotong dua garis sebelumnya. Dari perpotongan ketiga garis ini, ditemukan bahwa tanah ini mempunyai kelas tekstur “lempung liat berpasir” (Agus dkk., 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah antara lain komposisi mineral dan batuan atau bahan induk, sifat dan proses cepatnya pembentukan tanah lokal, serta umur relatif tanah. Hubungan antara tekstur dan kesuburan tanah tidak selalu ada meskipun tekstur tanah dapat menentukan atau berpengaruh dalam beberapa hal. Penentuan tekstur tanah dapat ditentukan dengan metode analisis kualitatif,  dengan  merasakan  tanah langsung  menggunakan  jari  tangan sehingga dapat diketahui tingkat kehalusan dan kekasarannya. Hal ini disebabkan karena penentuan tekstur tanah merupakan perbandingan fraksi tanah yang meliputi kandungan liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah yang memiliki bentuk partikel yang berbeda-beda. Bila terasa halus maka tanah memiliki kandungan liat yang dominan dan bila kasar maka kandungan pasirnya dominan. (Hardjowigeno, 2003).

Salah satu penyebab perbedaan tekstur tanah adalah pengaruh bahan organik tanah. Pada proses dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam- asam organik yang merupakan pelarut efektif bagi batuan dan mineral-mineral primer (pasir dan debu) sehingga lebih mudah pecah menjadi ukuran  yang lebih kecil seperti lempung.  Selain itu, jumlah dan kerapatan akar lebih tinggi pada suatu lahan tanah akan mempercepat penghancuran secara fisika sehingga fraksi yang lebih halus akan cepat terbentuk.

Tekstur  tanah  sangat  menentukan kecepatan infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air. Tanah yang didominasi oleh fraksi pasir mempunyai infiltrasi yang tinggi tetapi kemampuan mengikat air yang rendah. Kandungan fraksi lempung yang sedikit, menyebabkan tanah mempunyai kemantapan agregat yang kurang baik sehingga   sering   kehilangan   unsur   hara lewat pelindihan dan erosi. Secara tidak langsung tekstur tanah juga menentukan struktur tanah yang penting bagi gerakan udara, air, dan zat-zat hara di dalam tanah, dan juga berpengaruh terhadap kegiatan makro dan mikroorganisme tanah.

Oleh karena luas permukaan pasir adalah kecil, maka peranannya dalam ikut mengatur sifat-sifat kimia tanah adalah kecil sekali. Disamping itu, disebabkan fraksi pasir itu memiliki luas permukaan yang kecil, tetapi memiliki ukuran yang besar, maka fungsi utamanya adalah sebagai penyokong tanah dalam disekelilingnya terdapat partikel debu dan liat yang lebih aktif. Kecuali terdapat dalam jumlah yang lebih kecil, maka jika semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, makin banyak ruang pori-pori diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air (Hakim et al,1986).

Debu merupakan bahan peralihan antara liat dan pasir halus. Fraksi ini kurang plastis dan lebih mudah ditembus air daripada liat dan memperlihatkan sifat dilatasi yang tidak terdapat pada liat. Luas pernukaan debu lebih besar dari luas permukaan pasir per gram, tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar dari pasir. Partikel-partikel debu terasa licin seperti tepung dan kurang melekat. Tanah yang mengandung fraksi debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman (Hakim et al,1986).

Fraksi liat memiliki luas permukaan yang besar. Di dalam tanah molekul-molekul air mengelilingi partikel-partikel liat berbentuk selaput tipis, sehingga jumlah liat akan menentukan kapasitas memegang air dalam tanah. Permukaan liat dapat mengadsorbsi sejumlah unsur-unsur hara dalam tanah. Dengan denikian liat yang permukaannya bermuatan negatif dianggap sebagai penyimpan air dan makanan tanaman. Liat terdiri dari butiran-butiran yang sanggat kecil dan menunjukkan sifat plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-bagian bahan itu melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk asalnya, dan tanpa terjadi retakan atau terpecah-pecah (Hakim et al,1986).

2.3. Analisis  Awal Tekstur Tanah

1. Dispersi

Dispersi dan sedimentasi adalah dua tahap penting sebelum tekstur tanah ditentukan dengan salah satu metode, metode hidrometer atau metode pipet . Butir-butir tanah biasanya lengket satu sama lain dalam suatu agregat. Oleh karena itu, butir-butir (partikel) tanah perlu dipisahkan dengan cara membuang zat perekatnya dan dengan menambahkan zat anti flokulasi (deflocculating agents). Zat perekat yang umum di dalam tanah adalah bahan organik, kalsium karbonat dan oksida besi (Hillel,1982).

Bahan organik biasanya dihancurkan melalui proses dengan pereaksi hidrogen peroksida (H2O2). Reaksi antara H2O2 dan bahan organik adalah sebagai berikut: Bahan organik + H2O2  ——> H2O + CO2. Kalsium karbonat pada tanah alkalin biasanya dihancurkan dengan asam klorida (HCl). Daya rekat karbonat akan hilang apabila ditambahkan HCl setelah mengalami reaksi berikut:

CaCO3 + 2 HCl ———-> H2O + CaCl2 + CO2

Untuk tanah masam tidak diperlukan penambahan HCl dalam analisis teksturnya. Sesudah  zat  perekat  dihilangkan,  lalu  ditambahkan  zat  anti flokulasi. Zat  yang  biasa  digunakan adalah  sodium  hexa  meta  fosfat

[(NaPO3)6]. Ion Na yang dikandung (NaPO3)6 mensubstitusi kation-kation yang bervalensi lebih tinggi seperti Ca++, Mg++, dan lain-lain sehingga menjadikan partikel liat lebih terhidrasi dan saling tolak-menolak. Selanjutnya proses dispersi secara kimia dilanjutkan dengan dispersi secara fisik, seperti pengocokan, pengadukan atau vibrasi secara ultrasonic (Agus dkk., 2006).

2. Sedimentasi

Proses dispersi dilanjutkan dengan sedimentasi untuk memisahkan partikel yang mempunyai   ukuran yang berbeda. Apabila sebutir partikel mengalami sedimentasi (bergerak di dalam suspensi menuju arah gravitasi), maka gaya yang bekerja pada partikel tersebut adalah:

1.   Gaya gesekan (resistance force) antara zat cair dan dinding partikel, Fr. Gaya gesekan ini berbanding lurus dengan luas dinding partikel, viskositas zat cair (η) dan kecepatan tenggelamnya partikel (μt). Arah gaya  gesekan ini  berlawanan dengan arah pergerakan partikel di dalam zat cair (Agus dkk., 2006). Jika diasumsi bahwa partikel berbentuk bulat, maka luas dindingnya adalah 6 π r dan Fr adalah:

2.   Gaya dorong zat cair ke arah permukaan (boyancy force), Fb. Gaya ini berbanding lurus dengan volume partikel (volume zat cair yang dipisahkan partikel) dan berat jenis zat cair.

3. Gaya berat partikel (gravitational force),

Apabila  partikel  tanah  bergerak  dalam  zat  cair,  maka  dalam sesaat (kurang dari satu detik), kecepatannya akan konstan. Dalam keadaan demikian maka gaya arah ke atas (Fb  dan Fr) akan seimbang dengan gaya arah ke bawah (Fg), sehingga persamaan (1), (2) dan (3) dapat disusun sebagai berikut:

                                                          (4)

2.3. Metode Penentuan Tekstur Tanah

  1. Kering   udarakan  atau   kering   ovenkan  sampel  tanah   sebelum dianalisis (perhitungan akan lebih sederhana bila menggunakan sampel kering oven)
  2. Giling tanah dan ayak dengan ayakan 2 mm.
  3. Timbang 40 g contoh tanah (untuk tanah bertekstur sedang sampai halus) atau 60 g (untuk tanah bertekstur kasar). Masukkan ke gelas piala 600 ml dan tambahkan 200 ml aquades.
  4. Timbang 10 g contoh tanah, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml.
  5. Contoh tanah ini akan digunakan untuk koreksi bahan organik yang prosedurnya akan diterangkan kemudian.
  6. Jika  contoh tanah  tidak  kering  oven,  maka  timbang sekitar  30  g contoh untuk koreksi kadar air.
  7. Proses dispersi

Dispersi dengan 10% (NaPO3)6.

Larutan 10% (NaPO3)6  dibuat dengan melarutkan 100 g (NaPO3)6 di dalam aquades, sehingga volume akhir larutan menjadi 1.000 ml.

  1. Tambahkan  50  ml  (NaPO3)6   ke  dalam  suspensi  contoh tanah yang berada di dalam gelas piala bervolume 600 ml.
  2. Tambahkan aquades ke dalam suspensi sehingga volume akhir larutan adalah 500 ml.
  3. Biarkan reaksi berlangsung selama 10 menit atau lebih.

Dispersi secara mekanis.

  1. Salin suspensi tanah ke dalam cangkir dispersi. Gunakan botol semprot untuk penyempurnaan penyalinan.
  2. Kocok suspensi dengan mesin pendispersi tanah selama 5 menit.

(Agus dkk., 2006).

2. Metode pipet

Metode pipet merupakan metode langsung pengambilan contoh partikel tanah  dari  dalam  suspensi  dengan menggunakan pipet  pada kedalaman h dan waktu t. Pada kedalaman h dan waktu t tersebut partikel dengan diameter > X sudah berada pada kedalaman > h. Dengan menggunakan hukum Stokes waktu yang diperlukan oleh partikel berdiameter > 0,002 mm untuk turun setinggi h, dapat dihitung.   Tabel   4   memberikan   waktu   pemipetan   fraksi   liat   untuk kedalaman pipet, h = 10 cm (Agus dkk., 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., Yusrial, dan Sutono. .2006. Penetapan Tekstur Tanah . http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20sifat%20fisik%20tanah/05penetapan_tektur_tanah.pdf?secure=true . Diakses pada tanggal 23 Oktober 2018.

Baroto dan Siradz. 2006. Kandungan tanah dan air di daerah aliran sungai code. Jurnal Ilmu Tanah 6(1) : 110-111.

Fitriani, N.A., Ganjar, F., dan Enriyani, R. 2018. Pengujian Kualitas Tanah sebagai Indikator Cemaran Lingkungan di Sekitar Pantai Tanjung Lesung.        Indonesian Journal of Chemical Analysis  1(1) : 29.

Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong, G.B.,Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Handayani, S. dan B.H. Sunarminto. 2002. Kajian struktur tanah lapis olah: I. pengaruh pembasahan dan pelarutan selektif terhadap agihan ukuran agregat dan dispersitas agregat. Jurnal Agrosains 16(1) :10-17.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Revisi. Akademika Pressindo, Jakarta.

Helmut Kohnke, D. P. 1995. Franzmeier. Soil Science Simplifed Fourth Edition. Waveland Press.

Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Rhysics. Academic Press., Inc. SanDiego, California.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar Ilmu tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Tufaila M., Hasbullah S., Jufri J., dan Lies I. 2014. Karakteristik Morfologi Dan Klasifikasi Tanah Luapan Banjir Berulang Di Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal  Agriplus, 24 (3) : 196 .

 
0

Acara 2 Tekstur Dan Struktur Tanah : Bab I Pendahuluan

Posted by andi telaumbanua on Jan 14, 2019 in TAnah

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT ALAMI TANAH

TPT 2022

ACARA 2

TEKSTUR DAN STRUKTUR TANAH

DISUSUN OLEH :

NAMA           : Andi Saputra Telaumbanua

NIM                : 17/413930/TP/11872

GOL               : Rabu C

PJ ACARA    : Intan Laksitadewi

LABORATORIUM BIOFISIK

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman. Ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan . Tanah berasal dari hasil pelapukan baik secara desintegrasi maupun dekomposisi, yang dipengaruhi oleh: iklim, jasad hidup, bahan induk, relief, dan waktu (Fitriani dkk., 2018).

Struktur tanah adalah susunan partikel kedalam kelompok- kelompok kecil atau agregat. Agregat ini dapat diikat oleh agregat lain ke massa yang lebih besar yang disebut peds. Peds ada dalam berbagai bentuk yang berbeda, menyerupai bola, balok, kolom, dan plat. Struktur tanah berpengaruh terhadap gerakan air, gerakan udara, suhu tanah, dan hambatan mekanik perkecambahan biji serta penetrasi akar tanaman. Tanah yang bertekstur baik akan mempunyai drainase dan aerase yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengapsorbsi hara dan air sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik (Handayani dan Sudarminto, 2002).

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir- debu dan lempung. Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi ketiga fraksi butir –butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika-kimia, dan kimia tanah. Tekstur tanah yaitu perbandingan relatif berbagai ukuran partikel (sparasi/fraksi) dalam tanah, dinyatakan dalam %. Sparasi/fraksi tanah adalah pasir (sand), debu (salt), dan lempung (clay). Tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility),dll.

     Sebagai mahasiswa teknik pertanian dan biosistem (TPB) pemahaman terhadap struktur dan tekstur tanah sangat penting, mengingat struktur tanah berpengaruh terhadap gerakan air dan udara, suhu tanah, dan hambatan mekanik serta penetrasi akar tanaman dan tekstur tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility),dll. Salah satu aplikasi tekstur dan struktur tanah pada bidang teknik pertanian yaitu pada saat penentuan tekanan, luas permukaan dari roda traktor ditentukan oleh struktur, tekstur, dan jenis tanah yang diolah atau yang dilalui oleh roda traktor, sehingga pemahaman terhadap tekstur dan struktur tanah sangat penting. Oleh karena itu, dilakukan praktikum tekstur dan struktur tanah, agar mahasiswa dapat mengidentifikasi struktur den menentukan tekstur tanah.

1.2. Tujuan

Praktikum tekstur dan struktur tanah ini bertujuan agar ; mahasiswa mampu mengidentifikasi bentuk – bentuk struktur tanah. Selain itu, mahasiswa mampu menentukan tekstur tanah dan kelas tekstur tanah.

Copyright © 2024 All rights reserved. Theme by Laptop Geek.