Posted by andi telaumbanua on Oct 10, 2018 in
TAnah
Definisi Tanah
Definisi Tanah
a. Pendekatan Geologi (Akhir Abad XIX)
Tanah: adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
b. Pendekatan Pedologi (Dokuchaev 1870)
Pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni. Kata Pedo = i gumpal tanah. Tanah adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.
c. Pendekatan Edaphologis (Jones dari Cornel University Inggris)
Kata Edaphos = bahan tanah subur. Tanah adalah media tumbuh tanaman.
Tanah merupakan lapisan yang menyelimuti bumi dengan ketebalan yang bervariasi dari beberapa sentimeter hingga lebih dari 3 meter. Dibandingkan dengan massa bumi, lapisan ini sebenarnya tidak berarti, namun, dari tanah inilah segala makhluk hidup yang berada di muka bumi, baik tumbuhan maupun hewan memperoleh segala kebutuhan mineralnya. Selain itu, antara tanah dan makhluk hidup ini membentuk suatu hubungan yang dinamis. Dari tanah diperoleh kebutuhan mineral makhluk hidup dan ke dalam tanah akan dikembalikan residu dari makhluk tersebut. Kehidupan sangat vital bagi tanah dan tanah sangat vital bagi kehidupan.
Pandangan manusia tentang tanah sangat dipengaruhi oleh latar belakang setiap individu. Seorang petani menganggap tanah sebagai media tempat tumbuh tanamannya, sedangkan seorang insinyur bangunan memandang tanah sebagai tempat berdirinya bangunan serta sebagai sumber bahan bangunan yang bernilai tinggi. Bagi kita, tanah merupakan sumber yang dapat menghasilkan makanan, pakaian, bahkan tempat tinggal kita. Jelas bahwa keberadaan kita sangat tergantung kepada tanah.
Istilah tanah berasal dari bahasa Yunani solum yang artinya lantai. Beberapa ahli kimia, seperti Liebig, menganggap tanah sebagai gudang cadangan makanan bagi tumbuhan. Sedangkan para ahli geologi terdahulu menganggap tanah sebagai hasil lapukan batuan. Kedua konsep ini tidak salah namun, keduanya belumlah lengkap.
Beberapa ahli telah mencoba mendefinisikan tanah ini sesuai bidangnya masing-masing. Para edafolog, yang memandang tanah dalam kaitannya dengan penggunaannya sebagai media tumbuh tanaman, mendefinisikan tanah sebagai suatu campuran bahan-bahan organik dan mineral yang mampu mendukung kehidupan tumbuhan. Sedangkan para pedolog, yang memandang tanah sebagai suatu bentuk utuh yang tersendiri, mendefinisikan tanah sebagai suatu hasil alami yang terbentuk dari pelapukan batuan sebagai akibat kegiatan iklim dan jasad renik. Pada kedua konsep ini terlihat bahwa kehidupan sangat penting artinya bagi tanah. Di satu segi tanah merupakan media yang sangat diperlukan bagi kehidupan, sedangkan di lain segi sifat-sifat tanah sangat dipengaruhi oleh kehidupan yang terdapat di sekitarnya.
Di bawah lapisan tanah ini terdapat sekumpulan hasil lapukan batuan yang terhampar di atas lapisan batuan dan belum terkena pengaruh kegiatan makhluk hidup. Bagian batuan yang telah melapuk ini dinamakan dengan lapukan batuan atau lebih sering dikenal dengan nama bahan induk tanah yang berbeda dengan tanah yang didefinisikan sebelumnya. Sedangkan bahan-bahan lepas yang terdapat di atas lapisan batuan, yang telah atau yang belum terkena pengaruh makhluk hidup dinamakan dengan regolit.
Tanah berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batuan induknya dan bahan organik yang berasal dari makhluk hidup yang terdapat di sekitarnya. Bahan-bahan ini membentuk bagian padat tanah yang dinamakan dengan kerangka tanah. Di antara partikel padat ini terdapat rongga yang dapat berisi udara atau berisi air. Ruang pori ini meliputi sekitar setengah volume tanah pada horizon A, sedangkan pada horizon B dan C ruang pori ini lebih sedikit jumlahnya. Bagian pori yang lebih kecil biasanya diisi oleh air sedangkan udara mengisi bagian pori yang lebih besar.
Bahan mineral tanah terdiri atas partikel yang berukuran sangat beragam, yakni dari yang berukuran sangat kasar (pasir, kerikil, batu) hingga yang berukuran halus (debu, liat). Bahan mineral ini sangat besar perannya bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan penyediaan hara serta air. Tanah yang ideal biasanya mengandung sekitar 45% mineral dari volumenya.Bahan organik tanah menyusun antara 1 hingga 6% volume tanah. Bahan ini paling banyak dijumpai di bagian atas tanah dan kadangkala membentuk horizon organik.
Tanah yang mengandung 20 hingga 30% bahan organik biasanya diklasifikasikan dalam tanah organik. Hal ini tergantung kepada ketebalannya dalam suatu profil tanah. Bahan organik memiliki peran yang sangat besar bagi kesuburan tanah, baik fisik, kimia, maupun biologi. Tanah yang mengandung bahan organik tinggi biasanya dicirikan oleh struktur tanah yang mantap, aerasi yang baik, serta mampu menyediakan hara bagi tanaman.
Pada tanah yang ideal, biasanya mengandung susunan bahan padat 50% (mineral 45%, bahan organik 5%), udara 25%, dan air 25% dari seluruh volume tanah. Lapisan tanah yang demikian biasanya sangat sesuai bagi pertumbuhan serta perkembangan perakaran tanaman.
Tanah berkembang dari bebatuan yang terdapat di bawahnya. Perkembangan ini berjalan secara terus-menerus seiring dengan berjalannya waktu dan di bawah pengaruh interaksi lingkungan yang ada di sekitarnya, baik lingkungan hayati (makhluk hidup), maupun lingkungan non hayati (terutama iklim). Perkembangan tanah ini mengakibatkan berubahnya sifat fisik tanah, morfologi tanah, sifat kimia tanah serta sifat biologinya.
Perkembangan tanah ini mengakibatkan terjadinya penurunan potensi tanah sebagai sumber hara tanaman. Tanah yang masih muda (baru terbentuk) biasanya memiliki cadangan mineral yang lebih tinggi daripada tanah yang telah tua (telah mengalami pelapukan lanjut). Proses pencucian bahan penyusun tanah seperti liat, bahan organik dan,kapur mengakibatkan terjadinya pemiskinan lapisan tanah atas sehingga tanah menjadi kurang subur. Selanjutnya, pengendapan bahan liat pada lapisan tanah bawah mengakibatkan terbentuknya lapisan yang keras dan kurang permeabel bagi air maupun akar tanaman.
Tanah merupakan bagian ekosistem yang sangat penting. Bagi manusia, tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang tidak dapat diabaikan perannya. Dari tanahlah tanaman dapat tumbuh dan berkembang, sementara itu manusia tidak dapat hidup tanpa memanfaatkan tanaman yang ada di sekitarnya. Selanjutnya, tanah merupakan tempat tinggal serta berpijaknya manusia di muka bumi. Dapat dibayangkan seandainya seluruh permukaan bumi ini dilapisi oleh air, tentu manusia tidak akan dapat bertahan hidup.
Sebagai sumber daya alam yang sangat penting, manusia hendaklah mampu mengelola tanah yang ada di sekitarnya secara arif dan bijaksana agar kondisi tanah yang ada tidak rusak akibat perilaku manusia. Segala kegiatan yang mengakibatkan turunnya mutu tanah hendaknya dikurangi agar peran tanah sebagai sumber kehidupan tetap dapat dipertahankan. Manusia harus mengurangi kegiatan yang mengakibatkan erosi tanah, hancurnya struktur tanah, atau meningkatnya polusi di dalam tanah.
Perbedaan Pedologis dan Edaphologis
• Kajian Pedologis
Mengkaji tanah berdasarkan dinamika dan evolusi tanah secara alamiah atau berdasarkan Pengetahuan Alam Murni. Kajian ini meliputi: Fisika Tanah, Kimia Tanah, Biologi tanah, Morfologi Tanah, Klasifikasi Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang Lahan, dan Ilmu Ukur Tanah.
• Kajian Edaphologis:
Mengkaji tanah berdasarkan peranannya sebagai media tumbuh tanaman.
Kajian ini meliputi: Kesuburan Tanah, Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi, Pupuk dan Pemupukan, Ekologi Tanah, dan Bioteknologi Tanah.
• Paduan antara Pedologis dan Edaphologis:
Meliputi kajian: Pengelolaan Tanah dan Air, Evaluasi Kesesuaian Lahan, Tata Guna Lahan, Pengelolaan Tanah Rawa, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Definisi Tanah (Berdasarkan Pengertian yang Menyeluruh)
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu:
1. Menurut ahli geologi (berdasarkan pendekatan Geologis)
Tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
2. Menurut Ahli Ilmu Alam Murni (berdasarkan pendekatan Pedologi)
Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.
- Menurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi)
Tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.
Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah sebagai berikut: “Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan”.
- Fungsi Tanah
a. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.
b. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara).
c. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara).
d. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.
Dua Pemahaman Penting tentang Tanah:
1. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman, dan
2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.
Posted by andi telaumbanua on Oct 10, 2018 in
TAnah
CONTOH SOAL
- Berat sampel tanah lembab + wadah 175 gram, berat tanah + wadah setelah dikeringkan 120 gram. Berat wadah 10 gram. Berapakah kadar lengas tanah yang terkandung dalam sampel tanah tersebut ?
- Sampel tanah pada soil sampler berbentuk tabung/pipa (ring sampler). Diameter tabung 4 cm dan tinggi tabung 10 cm. Tanah dalam soil sampler dijenuhkan, kemudian dikeringkan sampai kering mutlak. Berat tanah + soil sampler pada kondisi jenuh air 250 gram, pada kondisi kering 200 gram. Berat ring sampler 50 gram. Bertapakah :
- Porositas tanah tersebut.
- Berat volume tanah tersebut
- Berat jenis tanah tersebut.
- Tanah terdiri dari fraksi lempung sebanyak 20 %, fraksi debut 40 % dan fraksi pasir 40%. Masuk dalam klas tekstur apakah tanah tersebut ?
- Segumpal tanah sawah dengan klas tekstur lempung bergeluh, mempunyai Berat Volume sebesar 1,5 ton/m3 dan Berat Jenis sebesar 2,4 ton/m3. Berapakah porositas tanah tersebut ?
- Contoh tanah mempunyai massa basah 1000 gr dan volum 640 cm3. Kemudian contoh tanah tersebut dikeringkan dalam oven dan diketahui berat akhir setelah pengeringan adalah 800 gr. Contoh tanah adalah tanah mineral yang diketahui memiliki berat jenis 2,65 gr/cm3. Hitunglah densitas massa, porositas, perbandingan pori, kebasahan massa, kebasahan volum, derajat kejenuhan, porositas isi udara !
- Volume sampel tanah diukur dengan menggunakan gelas ukur. Volume air pada gelas ukur (awal) 50 cm3. Pada saat tanah dimasukkan kedalam gelas ukur terbaca volume total 75 cm3, setelah semua pori terisi air, terbaca volume total 70 cm3. Kadar lengas tanah (awal) 15 %. Berat jenis tanah 2,4 gr/cm3. Berapakah porositas tanah tersebut ?
- Pada tanah sedalam 1 m jika kadar lengas tanah bagian atas (setebal 40 cm) adalah 15% dan kadar lengas tanah bagian bawah (setebal 60 cm) adalah 25%. Berat volume / bulk density tanah bagian atas 1,2 ton/m3 dan tanah bagian bawah 1,4 ton/m3. Berapakah :
- pada tanah seluas 1 m2, berapa massa air pada tanah tersebut ?
- berapa tebal air tersebut bila dinyatakan dengan satuan tebal ?
- Berapa volume air pada tanah tersebut untuk seluas 1 ha ?
JAWABAN CONTOH SOAL
JAWABAN SOAL No 1
Berat sampel tanah lembab + wadah 250 gram, berat tanah + wadah setelah dikeringkan 210 gram. Berat wadah 10 gram. Berapakah kadar lengas tanah yang terkandung dalam sampel tanah tersebut ?
Berat lengas dlm tanah = 250 gram – 210 gram = 40 gram
Berat tanah kering = 210 gram – 10 gram = 200 gram
Kadar lengas tanah = 40 gram / 200 gram X 100% = 20%
JAWABAN SOAL No 2
Sampel tanah pada soil sampler berbentuk tabung/pipa (ring sampler). Diameter tabung 4 cm dan tinggi tabung 10 cm. Tanah dalam soil sampler dijenuhkan, kemudian dikeringkan sampai kering mutlak. Berat tanah + soil sampler pada kondisi jenuh air 250 gram, pada kondisi kering 200 gram. Berat ring sampler 50 gram. Bertapakah :
- Porositas tanah tersebut.
- Berat volume tanah tersebut
- Berat jenis tanah tersebut.
Volume ring sampler = π X (D/2)2 X t = 22/7 X (4/2)2 X 10 cm3 = 125,71 cm3
Berat lengas tanah = 250 gram – 200 gram = 50 gram à volume air = 50 cm3
Berat tanah = 200 gram – 50 gram = 150 gram
- Porositas tanah = 50 cm3 / 125,71 cm3 X 100 % =
- Berat volume tanah = 150 gram / 125,71 cm3 = 1,19 gram/ cm3
- Berat jenis tanah = 150 gram / (125,71 cm3 – 50 cm3) = 1,75 gram/ cm3
JAWABAN SOAL No 3
Tanah terdiri dari fraksi lempung sebanyak 20 %, fraksi debut 40 % dan fraksi pasir 40%. Masuk dalam klas tekstur apakah tanah tersebut ?
JAWABAN SOAL No 4
Pada tanah sedalam 1 m jika kadar lengas tanah bagian atas (setebal 40 cm) adalah 15% dan kadar lengas tanah bagian bawah (setebal 60 cm) adalah 25%. Berat volume / bulk density tanah bagian atas 1,2 ton/m3 dan tanah bagian bawah 1,4 ton/m3. Berapakah :
- pada tanah seluas 1 m2, berapa massa air pada tanah tersebut ?
- berapa tebal air tersebut bila dinyatakan dengan satuan tebal ?
- Berapa volume air pada tanah tersebut untuk seluas 1 ha ?
Tanah bagian atas, seluas 1 m2 , tebal 40 cm
Volume tanah = 1 m2 x 0,4 m = 0,4 m3
Massa tanah = 0,4 m3 X 1,2 ton/m3 = 0,48 ton
Massa air = 15% X 0,48 ton = 0,072 ton
Tanah lapisan bawah, seluas 1 m2 , tebal 60 cm
Volume tanah = 1 m2 x 0,6 m = 0,6 m3
Massa tanah = 0,6 m3 X 1,4 ton/m3 = 0,84 ton
Massa air = 25% X 0,84 ton = 0,21 ton
- Massa air pada tanah tersebut = 0,072 ton + 0,21 ton = 0,272 ton
- Volume air yang terkandung dalam tanah = 0,272 ton X 1 ton/m3 = 0,272 m3
Tebal air bila dinyatakan dengan satuan tebal = 0,272 m3 / 1 m2 = 0,272 m = 272 mm
- Volume air pada tanah tersebut untuk seluas 1 ha = 10.000 m2 X 0,272 m = 2720 m3
JAWABAN SOAL No 5
Segumpal tanah sawah dengan klas tekstur lempung bergeluh, mempunyai Berat Volume sebesar 1,5 ton/m3 dan Berat Jenis sebesar 2,4 ton/m3. Berapakah porositas tanah tersebut ?
Porositas = {1 – (BV/BJ)} X 100%
= { 1 – (1,5/2,4)} X 100% = 62,5%
JAWABAN SOAL No 6
Contoh tanah mempunyai massa basah 1000 gr dan volum 640 cm3. Kemudian contoh tanah tersebut dikeringkan dalam oven dan diketahui berat akhir setelah pengeringan adalah 800 gr. Contoh tanah adalah tanah mineral yang diketahui memiliki berat jenis 2,65 gr/cm3. Hitunglah densitas massa, porositas, perbandingan pori, kebasahan massa, kebasahan volum, derajat kejenuhan, porositas isi udara !
- Densitas massa = 800 gram / 640 cm3 = 1,25 gram/cm3
- Porositas = {1 – (BV/BJ)} X 100%
= { 1 – (1,25/2,65)} X 100% = 52,9%
Massa air = 1000 gram – 800 gram = 200 gram
- Kebasahan massa = 200 gram / 800 gram X 100% = 25%
- Perbandingan pori (e) = f/(1-f) = 0,53/(1-0,53) = 1,13
- Kebasahan massa = (1000 – 800)/800 X 100% = 25 % à kadar lengas tanah
- Volume pori = 640 X (1 – f) = 640 X (1 – 0,53) = 300,8 cm3
- Volume butir tanah = 640 – 300,8 cm3 = 339,2 cm3
- Volume air = 200 gr / (1 gram/cm3) = 200 cm3
- KA volumetrik = 200 cm3 / 640 cm3 X 100 % = 31,25 %
- Derajad kejenuhan = 200 cm3 / 300,8 cm3 X 100% = 66,49 %
- Porositas terisi udara = 300,8 cm3 – 200 cm3 = 100,8 cm3
JAWABAN SOAL No 7
Volume sampel tanah diukur dengan menggunakan gelas ukur. Volume air pada gelas ukur (awal) 50 cm3. Pada saat tanah dimasukkan kedalam gelas ukur terbaca volume total 75 cm3, setelah semua pori terisi air, terbaca volume total 70 cm3. Kadar lengas tanah (awal) 15 %. Berat jenis tanah 2,4 gr/cm3. Berapakah porositas tanah tersebut ?
Volume tanah + pori = 75 cm3 – 50 cm3 = 25 cm3
Volume butir tanah = 70 cm3 – 50 cm3 = 20 cm3
à berat tanah = 2,4 gr/cm3 X 20 cm3 = 48 gr
à Berat lengas tanah awal = 0,15 X 48 gr = 7,2 gr
à volume lengas tanah awal = 7,2 cm3
à volume pori tanah terisi lengas tanah (awal) = 7,2 cm3
à Volume pori terisi udara (awal) = 75 cm3 – 70 cm3 = 5 cm3
à Volume pori total = 5 cm3 + 7,2 cm3 = 12,2 cm3
Porositas = {12,2 cm3 / 25 cm3} X 100% = 48,8 %
Posted by andi telaumbanua on Oct 9, 2018 in
TAnah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanah dan Proses Pembentukannya
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan (Fitriani dkk., 2018).
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menempati sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1990). Dari definisi tersebut Darmawijaya (1990) mengatakan bahwa terdapat lima faktor yang berpengaruh dalam pembentukan tanah, yaitu iklim, jasad hidup, bahan induk, relief, dan waktu. Peranan dari masing-masing faktor pembentuk tanah tersebut antara lain :
- Bahan induk (bahan asal) : bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah, dapat berupa mineral, batuan, dan bahan organik (sisa-sisa bahan organik/zat organik yang telah mati).
- Iklim : unsur iklim yang berperan dalam proses pembentukan tanah adalah temperatur udara dan curah hujan.
- Temperatur udara: dalam proses pembentukan tanah (pelapukan), fluktuasi harian dari temperatur udara mempunyai peranan penting dalam proses desintegrasi. Semakin besar fluktuasi temperatur harian semakin cepat proses desintegrasi berlangsung. Temperatur udara mempengaruhi besarnya evapotranspirasi sehingga mempengaruhi pula gerakan air dalam tanah, temperatur juga berpengaruh terhadap reaksi kimia dalam tanah dan aktivitas bakteri pembusuk.
- Curah hujan : aktivitas hujan berpengaruh dimulai dari adanya tetesan air hujan yang mampu mengkikis batuan (bahan yang lain) yang ada di permukaan tanah. Di samping itu adanya air hujan yang meresap ke dalam tanah akan mempercepat berbagai reksi kimia yang ada dalam tanah, sehingga mempercepat proses pembentukan tanah.
- Organisme : semua makhluk hidup, baik selama masih hidup maupun setelah mati mempunyai pengaruh dalam pembentukan tanah. Akar-akar vegetasi mampu dalam melakukan pelapukan fisik karena tekanannya dan mampu melakukan pelapukan kimia karena unsur-unsur kimia yang dikeluarkan oleh akar, sehingga tanah-tanah di sekitar akar akan banyak mengandung bikarbonat. Di samping itu vegetasi yang telah mati akan menjadi bahan induk terbentuknya tanah, terutama tanah-tanah organik (humus).
- Relief/topografi : berpengaruh dalam mempercepat atau memperlambat proses pembentukan tanah, pada daerah yang mempunyai relief miring proses erosi tanah lebih intensif sehingga tanah yang terbentuk di lereng seperti terhambat. Sedangkan pada daerah datar aliran air permukaan lambat, erosi kecil, sehingga proses pembentukan tanah lebih cepat.
- Waktu : lama waktu pembentukan tanah terutama tergantung dari bahan induk dan iklim, batuan yang keras lebih sulit terbentuk tanah daripada batuan yang lunak. Demikian juga iklim di daerah tropis akan lebih mudah dalam proses pembentukan tanah daripada iklim di daerah sedang atau arid. Oleh karena itu tanah-tanah di daerah tropis biasanya lebih tebal dibandingkan dengan tempat lainnya.
Pelapukan merupakan proses hancurnya/lapuknya batuan dari ukuran besar menjadi lebih kecil. Faktor penyebab utama pelapukan adalah iklim. Unsur iklim yang paling berperan adalah temperatur udara dan curah hujan. Pelapukan dapat terjadi dengan tanpa adanya perubahan susunan kimia bahan asal (desintegrasi), tetapi dapat juga terjadi perubahan kimia dari bahan asal dan bahan yang terbentuk (dekomposisi) (Ekosari, 2011).
- Desintegrasi: dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
- Desintegrasi akibat temperatur : Fluktuasi temperatur udara harian merupakan faktor utama terjadinya desintegrasi. Adanya suhu yang panas pada siang hari dan dingin pada malam hari menyebabkan proses pengembangan dan pengkerutan berjalan intensif, sehingga batuan mudah lapuk.
- Desintegrasi oleh air : air mempunyai peranan dalam proses desintegrasi mulai dari adanya tetesan air hujan sampai dengan aliran permukaan. Tetesan air hujan dalam waktu yang lama jika mengenai batuan dapat menyebabkan lapisan batuan paling atas mengalami pengelupasan sedikit demi sedikit. Sedangkan adanya aliran air permukaan yang membawa sedimen dapat menyebabkan terjadinya proses pengikisan batuan.
- Desintegrasi akibat angin : di daerah tropis, desintegrasi yang diakibatkan oleh aktivitas angin sangat kecil, namun di daerah arid atau gurun angin mempunyai peranan yang cukup besar. Kecepatan angin yang tinggi di daerah gurun dapat menerbangkan pasir-pasir dan menggerus batuan sehingga banyak batuan yang bentuknya seperti jamur (Ekosari, 2011).
- Dekomposisi
Pelapukan kimia adalah pecahnya batuan dari ukuran besar menjadi lebih kecil dengan terjadi perubahan susunan kimia. Syarat berlangsungnya pelapukan kimia ialah adanya air. Oleh karena itu di daerah humid pada umumnya proses dekomposisi lebih dominan dibandingkan dengan proses desintegrasi. Pelapukan kimia akan menyebabkan mineral terlarut dan mengubah strukturnya sehingga mudah terfragmentasi. Tanah yang dihasilkan oleh adanya dekomposisi sangat berbeda dengan susunan kimia bahan induknya. Pada dasarnya proses dekomposisi dapat disebabkan oleh aktivitas tumbuh-tumbuhan, hewan dan bahan yang terlarut (Ekosari, 2011).
- Dekomposisi oleh tumbuh-tumbuhan : akar tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi mempunyai peranan yang kuat dalam proses dekomposisi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kandungan bikarbonat pada tanah di sekitar akar. Kandungan bikarbonat ini akan memicu terjadinya pelapukan batuan.
- Dekomposisi oleh hewan : adanya hewan-hewan yang membuat lubang dalam tanah menyebabkan air hujan lebih banyak masuk ke dalam tanah sehingga membantu proses dekomposisi.
- Dekomposisi oleh air larutan : pada umumnya air yang ada di bumi ini mengandung mineral-mineral tertentu. Air yang mendekati murni adalah air hujan. Pada prinsipnya air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi kimia di dalam tanah. Peranan air tersebut antara lain dalam proses: solution, hidrolisis, karbonatasi, reduksi – oksidasi , hidratasi
2.2. Profil Tanah dan Horizon
Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tanah tersebut akan menghasilkan tanah. Penampang tegak dari tanah menunjukkan susunan horizon tanah yang diseuc
}ikn w 3abut profil tanah. Dalam pembuatan profil tanah di lapangan, terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan yaitu: vertikal, baru, dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Profil tanah yang sempurna berturut-turut dari atas ke bawah memiliki horizon O, A,E, B,C, dan R (Sutanto, 2005).
Setiap horizon tanah memiliki ciri-ciri morfologi, sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi yang khas. Menurut Sutanto (2005), secara umum horizon tanah dibedakan menjadi beberapa lapisan utama, yaitu sebagai berikut:
- Horizon O: Jenis ini terdiri dari berbagai material organik seperti sisa dedaunan serta bangkai hewan maupun tumbuhan. Horizon O ini biasanya terdapat di permukaan tanah paling atas tapi juga dapat terkubur.
- Horizon A: Jenis ini terdiri dari topsoil yaitu materi organik berwarna gelap yang bercampur dengan butiran mineral akibat aktivitas organisme. Pada partikel yang lebih halus akan mudah larut dan terbawa ke lapisan bawah.
- Horizon E: Jenis ini terdiri dari lapisan di bawah permukaan yang telah kehilangan sebagian besar kandungan mineralnya. Pada lapisan jenis ini sering melekat pada jenis Horizon A atau menggantikan lapisan tersebut.
- Horizon B: Jenis ini terdiri dari partikel dan liat yang tercuci oleh Horizon E yang terakumulasi. Pada lapisan ini hanya terdapat sedikit material organik.
- Horizon C: Jenis ini merupakan lapisan tanah paling bawah yang terdiri dari bahan induk tanah seperti batuan dasar atau sedimen yang belum padat.
- Horizon D atau R: Jenis ini menjadi dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat padat, pejal dan belum mengalami pelapukan.
Pembentukan horizon tanah meliputi:
- Horizon organik : lapisan tanah yang sebagian besar terdiri dari bahan organik, baik masih segar maupun sudah membusuk, terbentuk paling atas di atas horizon mineral.
- Horizon mineral : lapisan tanah yang sebagian besar mengandung mineral, terbentuk pada horizon A dan B, di atas sedikit horizon C. Horizon ini memiliki ciri sebagai berikut: akumulasi basa, lempung besi, aluminium, dan bahan organik, terdapat residu lempung karena larutnya karbonat dan garam-garam, hasil perubahan (alterasi) dari bahan asalnya, berwarna kelam, teksturnya berat dan strukturnya lebih rapat.
- Regolith : lapisan batuan yang cukup besar yang terbentuk oleh pelapukan batuan induk, sementasi, gleisasi, sedimentasi, dan sebagainya.
2.3. Pengambilan Sampel Tanah
Menurut Pusat penelitian tanah dan agroklimat (2004), mengatakan bahwa pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk memperoleh data karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh langsung dari pengamatan lapangan. Lokasi pengambilan contoh tanah harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili areal yang diambil contoh tanahnya. Berdasarkan cara pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah, dihasilkan beberapa macam contoh tanah, antara lain:
- Contoh terduga (Judgement Sample)
Satu atau lebih contoh tanah yang diambil dipilih berdasarkan satuan pemetaan yang ditemui pada areal survei. Lokasi pengambilan contoh tanah ditentukan secara subyektif sehingga agak bias. Tingkat kepercayaan data yang diperoleh bisa tinggi bisa rendah tergantung dari tingkat pengalaman (keahlian) si pengambil contoh.
- Contoh acak (Random Sample)
Contoh tanah diambil sedemikian rupa sehingga setiap tanah di dalam daerah survei mempunyai kesempatan yang sama. Pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random. Satu pasangan angka random yang diperlukan untuk pemilihan lokasi contoh berdasarkan atas sistem koordinat.
- Contoh acak bertingkat (Stratified Random Sample)
Pengelompokkan populasi dari yang heterogen ke strata homogen adalah suatu cara yang paling efektif untuk dapat meningkatkan akurasi pengambilan contoh. Hal ini berarti dapat meningkatkan akurasi atau mengurangi jumlah contoh tanah yang diperlukan apabila kita dapat mengelompokkan areal survei ke dalam areal yang seragam. Pemilihan lokasi pada masing-masing satuan pemetaan ditentukan dengan bilangan random.
- Contoh sistematik (Systematic Sample)
Lokasi pengambilan contoh tanah dengan cara ini ditentukan dengan sistim Grid yaitu berjarak sama pada kedua arah. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan praktis terutama bagi tenaga yang kurang terampil.
Penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium memerlukan tiga macam contoh tanah yaitu :
- Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) untuk penetapan bobot isi (bulk density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas tanah. Tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan permeabilitas.
Gambar 2.1. contoh tanah utuh
- Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh tanah biasa (disturbed soil sample), merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman tertentu sebanyak 1-2 kg. Contoh tanah terganggu digunakan untuk keperluan analisis kandungan air, tekstur tanah, perkolasi, batas cair, batas plastis, batas kerut, dan lain-lain.
Gambar 4.2. contoh tanah tidak utuh
- Contoh Tanah Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregat) untuk penetapan stabilitas agregat, berupa bongkahan alami yang kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada kedalaman 0-20 cm. Bongkahan tanah dimasukkan ke dalam boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal. Dalam mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik harus hati-hati, agar bongkahan tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara dimasukkan ke dalam peti kayu atau kardus yang kokoh.
Gambar 4.3 contoh tanah agregat utuh
(Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).
2.5.Sifat-Sifat Tanah
- Sifat Fisik Tanah
- Tekstur
Ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Rayes, 2012).
Menurut Rayes (2012), tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
- Pasir : apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
- Pasir berlempung : apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
- Lempung berpasir : apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
- Lempung : apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
- Lempung berdebu : apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
- Debu : apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
- Lempung berliat : apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
- Lempung liat berpasir : apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
- Lempung liat berdebu : apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
- Liat berpasir : apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
- Berdebu : apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
- Liat : apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.
- Struktur
Struktur tanah adalah pengelompokan/pengaturan partikel tanah kedalam agregat atau kumpulan yang mantap. Struktur yang baik ditandai dengan penetrasi air menjadi lebih baik, kemampuan tanah memegang air tinggi, mudah untuk digarap, mudah ditembus akar, air dapat mengalir dengan baik, tersedianya nutrisi dan internal drainasenya bagus. Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpulan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain (Sutanto, 2005). Struktur tanah menurut Sutanto (2005) dikelompokkan dalam 6 bentuk yaitu :
- Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horison A.
- Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
- Prisma (prismatik), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
- Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulot, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
- Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padas liat.
- Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.
- Konsistensi
Konsistensi tanah merupakan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah atau daya adhesi butir – butir tanah dengan benda ain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Rahayu dkk., 2014). Konsistensi tanah dapat dibedakan antara lain:
- Konsistensi basah
- tidak lekat
- agak lekat
- lekat sangat
- lekat
- Konsistensi lembab
- Lepas-lepas
- Sangat gembur
- Gembur
- Teguh
- Sangat teguh
- Luar biasa teguh
- Konsistensi kering
- Lepas-lepas
- Lunak
- Agak keras
- Keras
- Sangat keras
- Luar biasa keras
- Porositas
Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso terisi oleh udara. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi dan drainase tanah Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang. Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).
- Suhu
Suhu tanah demikian berpengaruh pada tanaman, pengukuran biasanya dilakukan pada kedalam 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100cm. Pengaruh suhu tanah terhadap tanaman yaitu pada perkecambahan biji, pada aktivasi mikroorganisme, dan perkembangan penyakit tanaman. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari keawanan,curah hujan, angin dan kelembapan udara sedangkan faktor internal yaitu tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah, kandungan bahan organik dan warna tanah (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).
- Warna tanah
Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih, dan hitam serta warna-warna tanah di antara warna-warna tersebut, sedangkan yang berwarna hijau dan lembayung jarang sekali ditemui. Warna tanah itu tidak murni, dalam suatu warna coklat misalnya, di sana sini sering terdapat tambahan berupa kumpulan titik dan corengan merah, kuning, atau warna gelap (hitam). Warna coklat merupakan warna dasar, sedangkan warna merah, kuning, ataupun hitam merupakan warna noda atau warna bercak. Warna tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya kadar bahan organic, kadar mineral, kadar lengas, dan tingkat drainase tanah. Tanah dengan kadar bahan organic tinggi ditandai oleh warna tanah gelap (Ulfiyah. 2009).
Dalam Darmawidjaya (1980), Ulfiyah mengaatkan bahwa warna tanah dapat menunjukkan : (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan pengatusan dan aerasi tanah yang berhubungan dengan hidratasi, oksidasi dan proses pencucian, (c) tingkat perkembangan tanah, (d) kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air tanah, dan atau (e) adanya bahan bahan tetentu. Warna tanah dipengaruhi oleh empat jenis bahan, yaitu senyawa-senyawa besi, senyawa mangan dan magnesium, kuarsa dan feldspar, dan bahan organik. Berdasarkan Munsell Soil Color Chart,yang berupa buku yang berupa diagram warna baku yang tersusun atas 3 variabel yaitu:
- Hue : warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
- Value: menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.
- Chroma : menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya.
(Ulfiyah. 2009).
2.2.2 Sifat Kimia Tanah
- Derajat Kemasaman Tanah (pH)
pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).
- C-Organik
Bahan organik tanah merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang dilakukan jasad renik tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda dengan senyawa aslinya, yang tentunya dalam hal ini ada berbagai tambahan bahan seperti glukosamin (hasil metabolis jasad renik) Sifat fisika yang dipengaruhi bahan organik adalah kemantapan agregat tanah, dan selain itu sebagai penyedia unsur-unsur hara, tenaga maupun komponen pembentuk tubuh jasad dalam tanah (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).
- N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk, dan air hujan (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).
Posted by andi telaumbanua on Sep 18, 2018 in
TAnah
Pada Kondisi di lapangan, tanah mempunyai volume 20 cm3 dan berat basah 24 gram. Berat tanah kering oven adalah 20 gram. Jika berat jenis tanah Gs = 2,71 , Hitunglah Kadar air (w), berat volume basah (ỹb), berat volume kering (ỹd), angka pori (e), porositas (n), dan derajat kejenuhan (S). Berat Volume air 1 g/cm3.
Dik: Vt = 20 cm3 Wt = 24 gr Ws = 20 gr Gs = 2,71
Dit : a) w b)b c) d d) e e) n f) S
Jawab:
- a)Kadar air: w = Ww/Ws
= (Wt – Ws) / Ws
=(24 gr – 20 gr) / 20 gr
= 0,2 gr
= 20 %
- b)ỹb = Wt / Vt = 24 gr / 20 cm3 = 1,2 gr/cm3
- c)ỹd = Ws / Vt = 20 gr / 20 cm3 = 1 gr/cm3
- d)e = Vf / Vs , maka:
Vs = Ws / Gs w = 20 gr / ( 2,71)(1 gr/cm3) = 7,38 cm3
Vf = Vt – Vs = 20 cm3 – 7,38 cm3 = 12,62 cm3
Maka:
e = Vf / Vs = 12,62 cm3 / 7,38 cm3 = 1,71
- e)Porositas: n = Vf / Vt = 2,62 cm3 / 20 cm3 = 0,131 = 13,1 %
- f)Derajat Kejenuhan
S = Vw / Vf , maka:
Vw = Ww / w
Vw = (24 gr – 20 gr) / 1 gr/cm3
Vw = 4 cm3
Maka:
S = Vw / Vf
S = 4 cm3 / 12,62 cm3
S = 0,317
S = 31,7 %