Posted by andi telaumbanua on Jul 25, 2018 in
Praktikum,
Uncategorized
Ciri Teknik Pemrograman Terstruktur
Teknik pemrograman terstruktur memiliki ciri -ciri atau karakteristik sebagai berikut :
- mengandung teknik pemecahan masalah yang tepat dan benar
- memiliki algoritma pemecahan masalah yang bersifat sederhana, satandar dan efektif dalam memecahkan masalah
- teknik penulisan program memiliki struktur logika yang benar dan mudah dipahami
- program semata-mata terdiri dari tiga struktur dasar yaitu sequence structure, looping structure dan selection structure
- menghindaripenggunaan instruksi GOTO (peralihan proses tanpa syarat tertentu) yang menjadikan program tidak terstruktur dengan baik
- membutuhkan biaya testing yang rendah
- memiliki dokumentasi yang baik
- membutuhkan biaya perawatan dan pengembangan yang rendah
Standar Program yang Baik
Untuk menentukan standar program yang baik dibutuhkan beberapa standar sebagai dasar penilaian seperti : pemecahan masalah, penyusunan program, perawatan program dan standar prosedur.
Standar Teknik Pemecahan Masalah
Teknik Top Down merupakan teknik pemecahan masalah yang paling umumdigunakan. Pada teknik ini, suatu masalah yang kompleks dibagi- bagi ke dalam beberapa kelompok masalah yang lebih kecil. Dari kelompok masalah yang kecil tersebut dianalisis.
Teknik Bottom Up merupakan teknik pemecahan masalah yang mulai ditinggalkan, karena sulit untuk melakukan standarisasi proses dari prosedur -proseduryg sudah terbentuk yang akan digabungkan. Pada teknik ini, bila ada masalah yang kompleks, maka pemecahan masalah dilakukan dengan menggabungkan prosedur-prosedur yang ada menjadi satu kesatuan program guna menyeselesaikan masalah tersebut.
Setelah memiliki teknik pemecahan masalah yang akan digunakan, pemrogram akan mulai menyusun langkah-langkah untuk memecahkan masalah secara detail yang disebut Algoritma.
Algoritma berasal dari kata Algoris dan Rimis ; yang pertama kali diungkapkan oleh Abu Ja’kar Mohhamed Ibn Musa al Khowarizmi (825 M) dalam buku Al-Jabr Wa-al Muqabla.
Dalam bidang pemrograman, algoritma didefinisikan sebagai suatu metode khusus yang tepat dan terdiri dari serangkaian langkah yang terstruktur dan dituliskan secara sistematis yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan bantuan komputer.
Proses dari masalah hingga terbentuk suatu algoritma disebut tahap pemecahan masalah, sedangkan tahap dari algoritma hingga terbentuk suatu solusi disebut dengan tahap implementasi. Solusi yang dimaksud adalah suatu program yang merupakan implementasi dari algoritma yang disusun.
Algoritma pemrograman yang baik, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
· memiliki logika perhitungan /metode yang tepat dalam memecahkan masalah,
· menghasilkan output yang tepat dan benar dalam waktu yang singkat,
· ditulis dengan bahasa yang standar secara sistematis dan rapi sehingga tidak menimbulkan arti ganda,
· dituliskan dengan format yang mudah diimplementasikan ke dalam bahasa pemograman,
· semua operasi yang dibutuhkan terdefinisi dengan jelas,
· semua proses harus selalu berakhir setelah sejumlah langkah dilakukan.
Standar Penyusunan Program
Dalam menyusun program, ada beberapakriteria yang harus diperhatikan oleh seorang pemrogram, misalnya :
1). Kebenaran logika dan penulisan
Program yang disusun harus memiliki kebenaran logika pemacahan masalah maupun penulisan. Program harus memiliki ketepatan, ketelitian dan kebenaran dalam penghitungan sehingga hasilnya dapat dipercaya.
Dalam penyususnan program, pemrogram tidak boleh hanya berpegang pada prinsip “asal program dapat dieksekusi” saja, tetapi harus benar-benar teliti dalam menulis rumus -rumus dan urutan logis dan langkah-langkah pemecahan masalah yang disusun.
2). Waktu minimum untuk penulisan program
Dalam penulisan program, pemrogram harus dapat menentukan waktu minimum penulisan programnya. Waktu minimum penulisan program adalah waktu yang harus tersedia secara wajar untuk menyusun program, dari awal hingga siap dioperasikan.
3). Kecepatan maksimum eksekusi program
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk dapat menghasilkan program yang memiliki kecepatan eksekusi maksimum, antara lain bahasa pemrograman yang digunakan (Basis Interprenter atau Compiler), algoritma yang disusun, teknik pemrograman yang diterapkan dan perangkat keras yang dipakai untuk mengoperasikannya.
Kecepatan maksimum eksekusi program juga dapat ditingkatkan dengan memperbaiki struktur program, misalnya dalam proses pengujian. Hindarilah proses pengujian yang berulang-ulang secara percuma.
4). Ekspresi penggunaan memori
Seorang pemrogram perlu mempelajari teknik-teknik pembuatan program yang meminimumkan penggunaaan memori. Pemborosan pemakaian memori akan menyebabkan eksekusi berjalan lambat.
Untuk dapat meminimumkan penggunaan memori, maka perlu diperhatikan :
· penggunaan tipe data yang cocok untuk kebutuhan pemrograman.Misalnya, bila variabel yang digunakan untuk perhitungan cukup dengan yang sejenis single precission janganlah mengguakan jenis double precission
· hindarilah penggunaan yang berulang-ulang terhadap variabel berindeks.
5). Kemudahan merawat dan mengembangkan program.
Program hendaknya memiliki struktur pemrograman yang baik, struktur data yang jelas dan dilengkapi dengan dokumentasi sehingga mudah untuk dipahami, diuji dan dikembangkan.
6). User friendly
Program yang disusun harus memiliki fasilitas-fasilitas yang memberikan kemudahan bagi pemakai untuk mengoperasikanya, misalnya dengan penambahan fasilitas on line help guna memberi penjelasan jika terjadi kesulitan, menu pilihan, tampilan yang informatif, pesan-pesan yang sederhana dan singkat sehingga mudah untuk dipahami dan sebagainya.
7). Portability
Usahakan agar program yang disusun dapat dioperasikan dengan berbagai jenis sistem operasi dan perangkat keras yang berbeda, sehingga fleksibel untuk digunakan.
8). Pemrograman modular
Pada teknik top down, masalah yang besar dan kompleks dibagi-bagi ke dalam beberapa kelompok masalah yang lebih kecil. Kelompok masalah yang kecil itu disebut modul dan teknik pemrograman terstruktur yang digunakan untuk mengimplementasikan langkah-langkah pemecahan masalah pada kelompok masalah yang lebih kecil tersebut dikenal dengan sebutan teknik pemrograman modular ; namun setelah masing-masinng modul disusun maka harus dibuat suatu sistem untuk mengintegrasikannya sehingga menjadi satu kesatuan program yang lengkap.
Modul program adalah sekumpulan instruksi yang memiliki operasi -operasi dan data yang didefinisikan; memiliki struktur internal yang tidak tergantung pada subprogram yang lain, dan merupakan satu kesatuan yang utuh yang akan dieksekusi secara berulang-ulang.
Posted by andi telaumbanua on Jul 24, 2018 in
Praktikum
MODIFIKASI IKLIM MIKRO DI PANTAI SAMAS
Latar Belakang
Ketersediaan lahan pertanian semakin menurun dengan terjadinya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian juga dengan kebutuhan akan pangan terus meningkat akibat pertambahan penduduk. Akibatnya diperlukan alternatif lahan yang lain, salah satunya adalah menggunakan lahan marginal seperti lahan pasir pantai (pesisir) sebagai lahan pertanian.
Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yaitu sepanjang 81.000 km dengan luas 6.4 juta ha, Sehingga potensinya sangat besar untuk menyediakan kebutuhan pangan kedepannya jika dijadikan sebagai lahan pertanian.
Namun, pengelolaan lahan pasir pantai belum dapat berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan lahan pasir pantai memiliki keterbatasan meliputi: kualitas tanah yang rendah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Sehingga perlu dilakukan rekayasa lingkungan yang baik dan berkesinambungan agar lahan ini dapat dimanfaatkan secara optimal.
Oleh karena itu, dilakukan praktikum lapangan untuk mempelajari hubungan antara anasir iklim mikro, tanah, air, dan tanaman. Sehingga praktikan nantinya diharapkan mampu membuat rekayasa lingkungan iklim mikronya, sehingga lahan pasir yang luas tersebut dapat digunakan secara optimal.
Deskripsi Lahan Berpasir
Pos 1
Daerah rendah, tanah pasir, tidak ada naungan terdapat pohon pisang, singkong, dan terong
Pos 2
Angin kencang, dekat gundukan pasir, tidak terhalang pohon, terdapat vegetasi cabai
Pos 3
Tempat bertanah pasir dan banyak tumbuhan liar, serta ada pohon besar dari arah datang angin.
Pos 4
Daerah tinggi, terdapat vegetasi berupa palm dan pandan duri, bertanah pasir, ada pohon besar dari arah datang angin
Pos 5
Tidak ada vegetasi dan ada pohon yang sudah kering dengan banyak ranting
Pengamatan Anasir Iklim
Sinar datang
Kecepatan Angin
Kelembapan Udara
Suhu Udara
Suhu Tanah
Metode Pengamatan
Sinar Datang
Menggunakan luxmeter dengan cara luxmeter dihadapkan pada arah sinar matahari
Kelembapan Udara
Menggunakan thermohygrometer dengan cara diletakkan pada ketinggian tertentu, alat bekerja secara otomatis
Kecepatan Angin
Menggunakan anemometer dengan cara diletakkan pada ketinggian tertentu dan alat bekerja secara otomatis
Suhu Udara
Menggunakan thermometer dengan cara alat diletakkan pada ketinggian 0 cm, 50 cm, dan 100 cm dihitung dari permukaan tanah, alat bekerja secara otomatis
Suhu Tanah
Menggunakan thermometer dengan cara alat ditancapkan di tanah pada kedalaman 15 cm, alat bekerja secara otomatis
Pengukuran dilakukan dengan 10 kali pengulangan setiap 1 menit sekali selama 10 menit
Hasil Pengamatan
- Tabel Rerata dan grafikSinarDatang
Analisa Data
Pada pukul 12.58 WIB sinar datang paling besar ada pada pos 5 sebesar 92.445, 42 μ W/cm2 Lux dan yang paling kecil pada pos 1 sebesar 6.204,55 μ W/cm2 Lux
Berhubung karena luxmeter pada pos 1 memiliki keterbatasan yaitu tidak mampu mengukur pada keadaan terik matahari.
Dari grafik pada gambar tersebut terlihat bahwa sinar datang pada pos 4, hal ini karena pos 4 merupakan pos yang paling tinggi dari semua pos ditambah kecepatan angin pada pos paling kecil dari semua pos berhubung karena adanya pohon besar nan rimbun yang bertindak sebagai wind breaker
Sehingga radiasi matahari sampai kepermukaan tanah dengan sedikit hambatan, selain itu juga disebabkan karena kondisi langit yang cerah (sedikit awan).
- 2. Tabel Rerata dan grafikKecepatan Angin
Analisa data
Pada pukul 12.58 WIB kecepatan angin paling besar ada pada pos 2 sebesar 8,49 m/s, hal ini karena pada pos 2 merupakan daerah yang berbentuk lerengan sehingga angin bergerak menuruni lerengan + tidak adanya pohon yang bertindak sebagai wind breaker
paling kecil pada pos 4 sebesar 4,11 m/s berhubung karena pada pos ini ada pohon besar nan rimbun yang bertindak sebagai pemecah angin.
Dari grafik yang terlihat bahwa kecepatan angin paling besar ada pada pos 1 sebesar 11,25 m/s pada pukul 13.41 WIB, hal ini karena pos 1 merupakan daerah paling rendah dibandingkan semua pos + angin bergerak menuruni lereng lalu bergerak lurus tanpa ada hambatan ke pos 1.
Sedangkan yang paling kecil ada pada pos 4, hal ini karena adanya pohon besar nan rimbun yang bertindak sebagai wind breaker.
- 3. Tabel Rerata dan grafikKelembapan Udara
Analisa data
Pada pukul 12.58 WIB kelembaban udara paling tinggi ada pada pos 1 sebesar 67, 35 % dan yang paling rendah pada pos 4 sebesar 55,73%
Dari grafik yang telah dibuat kelembaban udara paling tinggi ada pada pos 5, pos 1, dan pos 2 sedangkan yang paling rendah ada pada pos 4 dan pos 3
Hal ini karena pos 3 dan 4 terletak pada daerah yang lebih tinggi dibandingkan pos lain sehingga intensitas matahari(sinar datang) lebih besar dan kecepatan angin yang relatif rendah pada pos ini mengakibatkan aliran udara sedikit akibatnya udara semakin rapat dan cepat mengalami pemuaian
Akibatnya suhu udara di permukaan tanah akan naik dan suhu tanah juga naik, maka energi untuk evaporasi semakin besar sehingga laju evaporasi semakin cepat. Akibatnya lengas tanah turun dan udara akan kering, maka kelembaban udaranya akan mengecil.
- 4. Tabel Rerata dan grafikSuhu Udara pada 0 cm
- 5. Tabel Rerata dan grafikSuhu Udara pada 50 cm
- 6. Tabel Rerata dan grafikSuhu Udara pada 100 cm
Analisa data
Dari 3 tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada siang hari:
suhu udara pada ketinggian 0 cm > suhu udara pada ketinggian 50 cm > suhu udara pada ketinggian 100 cm.
Hal ini karena pada siang hari energi radiasi yang diterima/diserap oleh permukaan bumi telah banyak sehingga pada siang hari suhu akan bertambah jika semakin mendekat ke permukaan bumi.
Dari ke-3 grafik tersebut suhu udara yang paling tinggi pada pos 2, pos 3, dan pos 4.
Hal ini karena pada pos 3 dan 4 ada naungan yang menghambat gerekan angin sehingga aliran udara relatif tetap dan semakin rapat.
Pada pos 2 suhu udara nya tetap tinggi, walau kecepatan angin pada pos ini cepat(tidak ada wind breaker). Namun, pada ketinggian 0 – 100 cm ada vegetasi berupa tanaman cabai, tomat, dan rumput liar. Sehingga menghambat turbulensi udara yang berakibat suhu udara tetap tinggi pada ketinggian sebatas tinggi vegetasi yang ada.
- 7. Tabel Rerata dan grafikSuhu Tanah
Analisa Data
Pada pukul 12.58 WIB suhu tanah yang paling besar ada pada pos 1 sebesar 47, 73 dan yang paling rendah pada pos 4 sebesar 36,18
Dari grafik tersebut bahwa rerata suhu tanah paling tinggi ada pada pos 4.
Hal ini karena pos 4 merupakan pos yang paling kecil kecepatan anginnya dan sinar datang paling besar dari semua pos sekaligus yang paling kecil kelembaban udaranya.
Sehingga pada pos ini suhu tanahnya akan lebih besar dibandingkan pos lainnya.
Rekayasa Lingkungan
Memperbaiki struktur tanah dengan menambah:
Bahan organik + tanah lempung + kompos
Membuat saluran irigasi yang bekerja secara otomatis: Dengan penyiraman 2 kali sehari (siang dan sore) untuk mengilangkan garam yang menempel pada tanaman
Sehingga fotosintesis dan metabolisme tanaman lancar
Membuat wind breaker
Membuat pola tanaman dengan sistem tumpung sari
Memilih jenis tanaman yang sesuai
Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi anasir iklim mikro: vegetasi, topografi tempat, ketinggian tempat, ada tidaknya naungan, awan, dll.
Sinar datang akan lebih besar pada tempat yang tinggi, di tempat yang kecepatan anginnya rendah.
Sinar datang akan meningkatkan suhu udara yang juga meningkatkan suhu tanah sehingga meningkatkan laju evaporasi dan transpirasi yang berpengaruhmeurunkan kelembaban udara
Pada siang hari suhu udara pada ketinggian 0 cm > daripada pada ketinggian 50 cm > daripada 100 cm.
Referensi
Rajiman. 2014. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Di Lahan Pasir Pantai Terhadap Kualitas Tanah. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal.Palembang.
Nugroho, A. S., Bambang H., dan Lis N. 2015. Sistem Pengelolaan Lahan Pasir Pantai untuk pengembangan Pertanian. Dalam http://repository.umy.ac.id . Diakses pada tanggal Kamis, 20 Mei 2018.
Kastono, D. 2007. Aplikasi Model Rekayasa Lahan Terpadu Guna Meningkatkan Produksi Hortikultura Secara Berkelanjutan di Lahan Pasir Pantai. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 3(2): 112-123.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius: Yogyakarta.
Posted by andi telaumbanua on Jul 24, 2018 in
Praktikum
Daftar Pustaka
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Hidayat, A. 2013. Uji Homogenitas. Dalam https ://www.statistikian. com/2013/01 uji-homogenitas.html.Diakses pada hari Jumat, 21 April 2018, Pukul 04.00 WIB.
Putu, D. 2014.Aplikasi Model Regresi Dalam Pengalihragaman Hujan Limpasan Terkait Dengan Pembangkitan Data Debit (Studi Kasus: DAS Tukad Jogading). Dalam https://www.researchgate.net/publication/281422758 Diakses pada hari Jumat, 21 April 2018, Pukul 04.20 WIB.
Rustiadi, S., Sunsun S., dan Dyan R. P. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta.
Sabaruddin, L.2104. Agroklimatologi Aspek – aspek Klimatik untuk Sistem Budidaya Tanaman. Alfa Beta: Bandung.
Sudira, Putu. 2004. Handout Klimatologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Zaidiyah, L. N., Sutikno. 2013. Perbandingan Uji Homogenitas Runtun Data Curah Hujan Sebagai Pra-Pemrosesan Kajian Perubahan Iklim. Jurnal Sains dan Seni Pomits 2(2): 255 – 256.