Presentasi: MODIFIKASI IKLIM MIKRO DI PANTAI SAMAS

Posted by andi telaumbanua on Jul 24, 2018 in Praktikum |

MODIFIKASI IKLIM MIKRO DI PANTAI SAMAS

 

Latar Belakang

                Ketersediaan lahan pertanian semakin menurun dengan terjadinya alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian juga dengan kebutuhan akan pangan terus meningkat akibat pertambahan penduduk. Akibatnya diperlukan alternatif  lahan yang lain, salah satunya adalah menggunakan lahan marginal seperti lahan pasir pantai (pesisir) sebagai lahan pertanian.

Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yaitu sepanjang 81.000 km dengan luas 6.4 juta ha, Sehingga potensinya sangat besar untuk menyediakan kebutuhan pangan kedepannya jika dijadikan sebagai lahan pertanian.

Namun, pengelolaan lahan pasir pantai belum dapat berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan lahan pasir pantai memiliki keterbatasan meliputi: kualitas tanah yang rendah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Sehingga perlu dilakukan rekayasa lingkungan yang baik dan berkesinambungan agar lahan ini dapat dimanfaatkan secara optimal.

 Oleh karena itu, dilakukan praktikum lapangan untuk mempelajari hubungan antara anasir iklim mikro, tanah, air, dan tanaman. Sehingga praktikan nantinya diharapkan mampu membuat rekayasa lingkungan iklim mikronya, sehingga lahan pasir yang luas tersebut dapat digunakan secara optimal.

Deskripsi Lahan Berpasir

ž  Pos 1

Daerah rendah, tanah pasir, tidak ada naungan terdapat pohon pisang, singkong, dan terong

ž  Pos 2

Angin kencang, dekat gundukan pasir, tidak terhalang pohon, terdapat vegetasi cabai

ž  Pos 3

Tempat bertanah pasir dan banyak tumbuhan liar, serta ada pohon besar dari arah datang angin.

ž  Pos 4

Daerah tinggi, terdapat vegetasi berupa palm dan pandan duri, bertanah pasir, ada pohon besar dari arah datang angin

ž  Pos 5

Tidak ada vegetasi dan ada pohon yang sudah kering dengan banyak ranting

Pengamatan Anasir Iklim

ž  Sinar datang

ž  Kecepatan Angin

ž  Kelembapan Udara

ž  Suhu Udara

ž  Suhu Tanah

Metode Pengamatan    

ž  Sinar Datang

                Menggunakan luxmeter dengan cara luxmeter dihadapkan pada arah sinar matahari

ž  Kelembapan Udara

                Menggunakan thermohygrometer dengan cara diletakkan pada ketinggian tertentu, alat bekerja secara otomatis

ž  Kecepatan Angin

                Menggunakan anemometer dengan cara diletakkan pada ketinggian tertentu dan alat bekerja secara otomatis

ž  Suhu Udara

                Menggunakan thermometer dengan cara alat diletakkan pada ketinggian 0 cm, 50 cm, dan 100 cm dihitung dari permukaan tanah, alat bekerja secara otomatis

ž  Suhu Tanah

                Menggunakan thermometer dengan cara alat ditancapkan di tanah pada kedalaman 15 cm, alat bekerja secara otomatis

Pengukuran dilakukan dengan 10 kali pengulangan setiap 1 menit sekali selama 10 menit

Hasil Pengamatan

  1. Tabel Rerata dan grafikSinarDatang

Analisa Data

ž  Pada pukul 12.58 WIB sinar datang paling besar ada pada pos 5 sebesar  92.445, 42 μ W/cm2 Lux dan yang paling kecil pada pos 1 sebesar 6.204,55 μ W/cm2 Lux

ž  Berhubung karena luxmeter pada pos 1 memiliki keterbatasan yaitu tidak mampu mengukur pada keadaan terik matahari.

ž  Dari grafik pada gambar tersebut terlihat bahwa sinar datang pada pos 4, hal ini karena pos 4 merupakan pos yang paling tinggi dari semua pos ditambah kecepatan angin pada pos paling kecil dari semua pos berhubung karena adanya pohon besar nan rimbun yang bertindak sebagai wind breaker

ž  Sehingga radiasi matahari sampai kepermukaan tanah dengan sedikit hambatan, selain itu juga disebabkan karena kondisi langit yang cerah (sedikit awan).

 

  1. 2. Tabel Rerata dan grafikKecepatan Angin

Analisa data

ž  Pada pukul 12.58 WIB kecepatan angin paling besar ada pada pos 2 sebesar 8,49 m/s, hal ini karena pada pos 2 merupakan daerah yang berbentuk lerengan sehingga angin bergerak menuruni lerengan + tidak adanya pohon yang bertindak sebagai wind breaker 

ž  paling kecil pada pos 4 sebesar 4,11 m/s berhubung karena pada pos ini ada pohon besar nan rimbun yang bertindak sebagai pemecah angin.

ž  Dari grafik yang terlihat bahwa kecepatan angin paling besar ada pada pos 1 sebesar 11,25 m/s pada pukul 13.41 WIB, hal ini karena pos 1 merupakan daerah paling rendah dibandingkan semua pos + angin bergerak menuruni lereng lalu bergerak lurus tanpa ada hambatan ke pos 1.

  

ž  Sedangkan yang paling kecil ada pada pos 4, hal ini karena adanya pohon besar nan rimbun yang bertindak sebagai wind breaker.

 

  1. 3. Tabel Rerata dan grafikKelembapan Udara

Analisa data

ž  Pada pukul 12.58 WIB kelembaban udara paling tinggi ada pada pos 1 sebesar 67, 35 % dan yang paling rendah pada pos 4 sebesar 55,73%

ž  Dari grafik yang telah dibuat kelembaban udara paling tinggi ada pada pos 5, pos 1, dan pos 2 sedangkan yang paling rendah ada pada pos 4 dan pos 3

ž  Hal ini karena pos 3 dan 4 terletak pada daerah yang lebih tinggi dibandingkan pos lain sehingga intensitas matahari(sinar datang) lebih besar dan kecepatan angin yang relatif rendah pada pos ini mengakibatkan aliran udara sedikit akibatnya udara semakin rapat dan cepat mengalami pemuaian

ž  Akibatnya suhu udara di permukaan tanah akan naik dan suhu tanah juga naik, maka energi untuk evaporasi semakin besar sehingga laju evaporasi semakin cepat. Akibatnya lengas tanah turun dan udara akan kering, maka kelembaban udaranya akan mengecil.

 

  1. 4. Tabel Rerata dan grafikSuhu Udara pada 0 cm
  2. 5. Tabel Rerata dan grafikSuhu Udara pada 50 cm
  3. 6. Tabel Rerata dan grafikSuhu Udara pada 100 cm

Analisa data

ž  Dari 3 tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada siang hari:

suhu udara pada ketinggian 0 cm > suhu udara pada ketinggian 50 cm > suhu udara pada ketinggian 100 cm.

ž  Hal ini karena pada siang hari energi radiasi yang diterima/diserap oleh permukaan bumi telah banyak sehingga pada siang hari suhu akan bertambah jika semakin mendekat ke permukaan bumi.

ž  Dari ke-3 grafik tersebut suhu udara yang paling tinggi pada pos 2, pos 3, dan pos 4.

ž  Hal ini karena pada pos 3 dan 4 ada naungan yang menghambat gerekan angin sehingga aliran udara relatif tetap dan semakin rapat.

ž  Pada pos 2 suhu udara nya tetap tinggi, walau kecepatan angin pada pos ini cepat(tidak ada wind breaker). Namun, pada ketinggian 0 – 100 cm ada vegetasi berupa tanaman cabai, tomat, dan rumput liar. Sehingga menghambat turbulensi udara yang berakibat suhu udara tetap tinggi pada ketinggian sebatas tinggi vegetasi yang  ada.

 

  1. 7. Tabel Rerata dan grafikSuhu Tanah

Analisa Data

ž  Pada pukul 12.58 WIB suhu tanah yang paling besar ada pada pos 1 sebesar 47, 73 dan yang paling rendah pada pos 4 sebesar 36,18

ž  Dari grafik tersebut bahwa rerata suhu tanah paling tinggi ada pada pos 4.

ž  Hal ini karena  pos 4 merupakan pos yang paling kecil kecepatan anginnya dan sinar datang paling besar dari semua pos sekaligus yang paling kecil kelembaban udaranya.

ž  Sehingga pada pos ini suhu tanahnya akan lebih besar dibandingkan pos lainnya.

 

 

Rekayasa Lingkungan

ž  Memperbaiki struktur tanah dengan menambah:

Bahan organik + tanah lempung + kompos

ž  Membuat saluran irigasi yang bekerja secara otomatis: Dengan penyiraman 2 kali sehari (siang dan sore) untuk mengilangkan garam yang menempel pada tanaman

Sehingga fotosintesis dan metabolisme tanaman lancar

ž  Membuat wind breaker

ž  Membuat pola tanaman dengan sistem tumpung sari

ž  Memilih jenis tanaman yang sesuai

 

Kesimpulan

ž  Faktor yang mempengaruhi anasir iklim mikro: vegetasi, topografi tempat, ketinggian tempat, ada tidaknya naungan, awan, dll.

ž  Sinar datang akan lebih besar pada tempat yang tinggi, di tempat yang kecepatan anginnya rendah.

ž  Sinar datang akan meningkatkan suhu udara yang juga meningkatkan suhu tanah sehingga meningkatkan laju evaporasi dan transpirasi yang berpengaruhmeurunkan kelembaban udara

ž  Pada siang hari suhu udara pada ketinggian 0 cm > daripada pada ketinggian 50 cm > daripada 100 cm.

 

Referensi

Rajiman. 2014. Pengaruh Bahan Pembenah Tanah Di Lahan Pasir Pantai                Terhadap Kualitas Tanah. Prosiding Seminar Nasional Lahan              Suboptimal.Palembang.

Nugroho, A. S.,  Bambang H., dan Lis N. 2015. Sistem Pengelolaan Lahan  Pasir Pantai untuk pengembangan Pertanian. Dalam  http://repository.umy.ac.id . Diakses pada tanggal Kamis, 20 Mei 2018.

Kastono, D. 2007. Aplikasi Model Rekayasa Lahan Terpadu Guna Meningkatkan Produksi Hortikultura Secara Berkelanjutan di Lahan Pasir Pantai. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 3(2): 112-123.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan                 Pengembangannya. Kanisius: Yogyakarta.

 

 

 

Reply

Copyright © 2024 All rights reserved. Theme by Laptop Geek.