Acara 5 Konsistensi Tanah Dan Angka Atterberg : Bab 1 Pendahuluan

Posted by andi telaumbanua on Jan 14, 2019 in TAnah |

LAPORAN PRAKTIKUM

SIFAT ALAMI TANAH

TPT 2022

ACARA 5

KONSISTENSI TANAH DAN ANGKA ATTERBERG

DISUSUN OLEH :

NAMA           : Andi Saputra Telaumbanua

NIM                : 17/413930/TP/11872

GOL               : Rabu C

PJ ACARA    : M. Burhanuddin Fauzi

LABORATORIUM BIOFISIK

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2018

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang memilki banyak jenis tanah, sehingga pemahaman terhadap kharakteristik tanah tersebut sangaat penting, salah satunya adalah konsistensi tanah. Konsistensi tanah merupakan sifat fisik tanah yang menunjukan derajat adhesi dan kohesi dari zarah-zarah tanah pada berbagai tingkat kelengasan. Sifat fisik yang ditunjukan pada konsistensi adalah keteguhan (friability), keliatan (plasticity), dan kelekatan (stickyness). Penentuan nilai konsistensi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif, dengan pendekatan angka Atterberg yaitu batas cair (BC), batas gulung (BG), batas lekat (BL), dan batas berubah warna (BBW). Angka-angka Atterberg mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dan konsistensi tanah (Handayani, 2009).

Tanah yang memilki konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur ( mudah diolah ) sampai teguh ( agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.

Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering). Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).

Bergantung pada kadar airnya, maka batas tanah terdiri dari tiga yaitu; batas cair, batas plastis, dan batas kerut. Batas plastis (Bp) adalah kadar air saat perubahan kondisi tanah dari plastis menjadi semiplastis. Batas ini dicapai ketika tanah tidak lagi lentur dan menjadi hancur di bawah tekanan. Batas cair (Bc) adalah kadar air saat tanah berubah dari kondisi cair menjadi bahan yang plastis, atau kadar air yang sesuai dengan batas yang disepakati antara kondisi cair dan plastis dari kekentalan atau konsistensi suatu tanah. Batas kerut yaitu keadaan dimana air tanah pada massa tanah tidak lagi mengalami perubahan volume.

Pada bidang teknik pertanian dan biosistem (TPB), pemahaman terhadap konsistensi tanah sangatlah berguna. Misalnya dalam pengolahan tanah dengan traktor, konsistensi tanah yang tepat untuk mata bajak dapat menghemat daya yang digunakan. Oleh karena itu, dilakukan praktikum konsistensi tanah dan angka atterberg, agar mahasiswa dapat menentukan batas konsistensi tanah dan ukuran kuantitatifnya dengan pendekatan angka Atterberg.

B.     Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum konsistensi tanah dan angka atterberg ini agar;

1.      Mahasiswa mampu menentukan konsistensi tanah secara kuantitatif

2.      Mahasiswa mengetahui bentuk dan batas konsistensi tanah serta ukuran kuantitatifnya.

YOGYAKARTA

2018

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang memilki banyak jenis tanah, sehingga pemahaman terhadap kharakteristik tanah tersebut sangaat penting, salah satunya adalah konsistensi tanah. Konsistensi tanah merupakan sifat fisik tanah yang menunjukan derajat adhesi dan kohesi dari zarah-zarah tanah pada berbagai tingkat kelengasan. Sifat fisik yang ditunjukan pada konsistensi adalah keteguhan (friability), keliatan (plasticity), dan kelekatan (stickyness). Penentuan nilai konsistensi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif, dengan pendekatan angka Atterberg yaitu batas cair (BC), batas gulung (BG), batas lekat (BL), dan batas berubah warna (BBW). Angka-angka Atterberg mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dan konsistensi tanah (Handayani, 2009).

Tanah yang memilki konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur ( mudah diolah ) sampai teguh ( agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.

Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering). Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari (melekat atau tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).

Bergantung pada kadar airnya, maka batas tanah terdiri dari tiga yaitu; batas cair, batas plastis, dan batas kerut. Batas plastis (Bp) adalah kadar air saat perubahan kondisi tanah dari plastis menjadi semiplastis. Batas ini dicapai ketika tanah tidak lagi lentur dan menjadi hancur di bawah tekanan. Batas cair (Bc) adalah kadar air saat tanah berubah dari kondisi cair menjadi bahan yang plastis, atau kadar air yang sesuai dengan batas yang disepakati antara kondisi cair dan plastis dari kekentalan atau konsistensi suatu tanah. Batas kerut yaitu keadaan dimana air tanah pada massa tanah tidak lagi mengalami perubahan volume.

Pada bidang teknik pertanian dan biosistem (TPB), pemahaman terhadap konsistensi tanah sangatlah berguna. Misalnya dalam pengolahan tanah dengan traktor, konsistensi tanah yang tepat untuk mata bajak dapat menghemat daya yang digunakan. Oleh karena itu, dilakukan praktikum konsistensi tanah dan angka atterberg, agar mahasiswa dapat menentukan batas konsistensi tanah dan ukuran kuantitatifnya dengan pendekatan angka Atterberg.

B.     Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum konsistensi tanah dan angka atterberg ini agar;

1.      Mahasiswa mampu menentukan konsistensi tanah secara kuantitatif

2.      Mahasiswa mengetahui bentuk dan batas konsistensi tanah serta ukuran kuantitatifnya.

Reply

Copyright © 2024 All rights reserved. Theme by Laptop Geek.