Acara 4 Kadar Lengas : Bab 2 Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi air dalam pertanian secara umum adalah sebagai irigasi atau pengairan, karena tanpa adanya pengairan yang baik maka hasil dari tanaman yang dikelola oleh petani tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 68% jumlah air digunakan untuk keperluan irigasi, sehingga banyak dikembangkan sistem yang dijumpai pada area sawah atau ladang dengan sistem pengairan yang cukup canggih (Prasetyo dkk., 2016).
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang mana berasal dari pelapukan jasad makhluk hidup yang telah mati dan membusuk, dan pelapukan dari batuan dan erosi dari bahan anorganik. Cuaca dapat melapukkan makhluk hidup dan membuat mineralnya terurai atau terlepas. Jika hal ini terjadi terus menerus dapat membentuk tanah yang subur. Tanah memiliki fungsi secara fisik sebagai tempat berkembang dan tumbuh perakaran dari tanaman serta memberikan unsur hara dan air kepada akar tanaman. Secara kimia berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan penyedia unsur hara atau nutrisi sedangkan secra biologis berfungsi sebagai habitat atau tempat hidupnya dari organisme tanah yang memiliki peran dalam penyediaan unsur hara dan zat aditif bagi tanaman.
Dengan mengetahui kadar air dalam suatu tanah dan pengaturan irigasi yang baik untuk tanaman pertanian maka akan mendatangkan hasil produksi yang lebih baik pula. Dengan tingkat ketersediaan kadar lengas pada suatu tanaman yang berbeda akan mempengaruhi hasil partumbuhan yang berbeda pula, dengan mengetahui volume penyiraman yang tepat untuk tanaman, sehingga diperoleh kandungan klorofil dan pertumbuhan yang maksimal, sehingga perlu dipantau tingkat kelembabannya Teknik pengukuran kadar air tanah diklasifikasikan ke dalam dua cara, yaitu langsung dan tidak langsung (Prasetyo dkk., 2016)
Lengas tanah adalah air yang mengisi sebagian dan atau seluruh ruang pori tanah dan teradsorpsi pada permukaan zarah tanah. Lengas berperan sangat penting dalam proses genesa tanah, kelangsungan hidup tanaman dan jasad renik tanah serta siklus hara. Setiap reaksi kimia dan fisika yang terjadi di dalam tanah hampir selalu melibatkan air sebagai media pelarut garam-garam mineral, senyawa asam dan basa serta ion-ion dan gugus-gugus organik maupun anorganik.
Lengas dapat tetap berada dalam ruang pori tanah karena memiliki tegangan potensial. Ada tiga titik pokok dalam dinamika lengas tanah, yaitu titik jenuh, kapasitas lapangan dan titik layu tetap. Pada titik jenuh semua pori tanah (makro dan mikro) terisi penuh air. Pada kapasitas lapangan tanah tinggal mengandung air yang tertambat dalam pori mikro, sedang air yang semula mengisi pori makro telah hilang terperkolasikan oleh kakas (force) gravitasi. Pori makro dapat menambat air karena kakas kapilernya mampu mengimbangi kakas gravitasi. Pada kapasitas lapangan pori tanah terbagi menjadi pori aerasi (pori makro) dan pori lengas (pori mikro). Pori aerasi juga dinamakan pori pengatusan. Pada titik layu tetap laju aliran air dalam tanah ke akar telah menjadi begitu lambat, sehingga tidak mampu mengimbangi laju transpirasi normal maka tanaman menjadi layu. Di lapangan tanaman dapat menampakkan gejala layu sekalipun lengas tanah masih berada di atas titik layu tetap. Hal ini disebabkan karena transpirasi melaju di atas normal karena cuaca yang terlalu kering (Notohadiprawiro dkk., 2006).
Ketiga air pada ketiga titik pokok dinamika lengas tanah tidak sama pada semua tanah. Kadar ini ditentukan oleh tekstur, struktur, macam mineral lempung dan kadar bahan organik. Untuk menyeragamkan ukuran pada semua tanah, digunakan satuan tegangan lengas tanah dalam atmosfer atau bar (1 atm = 1,013 bar, 1 bar = 1.000 dyne.cm-2) (Notohadiprawiro, dkk., 2006).
Menurut Hanafiah (2004), kadar dan ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Tekstur tanah : kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya pada tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang), kadar air masing-masingnya adalah sekitar 55%, 40% dan 15%. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori dan luas permukaan adsorptif, yang makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar kapasitas menyimpan air. Hasilnya berupa peningkatan kadar dan ketersediaan air tanah.
2. Kadar bahan organic : bahan organik tanah mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih banyak ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar bahan organik akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
3. Senyawa kimiawi : garam-garam dan senyawa pupuk/amelioran (pembenah tanah) baik alamiah maupun non alamiah mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisi air, sehingga koefisien layu meningkat.
4. Kedalaman solum/lapisan tanah : kedalaman solum menentukan volume simpan air, makin dalam makin besar, sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak. Kedalaman solum/lapisan ini sangat penting bagi tetanaman berakar tunggang dan dalam.
Pengukuran secara langsung adalah berupa pemisahan air dari matrik tanah dan pengukuran langsung dari jumlah air yang dipisahkan tersebut. Pemisahan air dari matriks tanah dapat dicapai melalui: (1) pemanasan; (2) ekstraksi dan penggantian oleh larutan; atau (3) reaksi kimia. Jumlah air yang dipisahkan ditentukan dengan: (1) mengukur perubahan massa/berat setelah pema- nasan dan (2) pengukuran kuantitatif dari hasil reaksi. Pemisahan air dengan pemanasan biasa disebut dengan metode gravimetri, dan merupakan metode pengukuran secara langsung (Prasetyo dkk., 2016)
Metode tidak langsung adalah dengan mengukur beberapa sifat fisik atau kimia tanah yang berhubungan dengan kadar air tanah. Sifat ini meliputi konstanta dielektrik (permitivity relatif), konduktivitas elektrik, kapasitas panas, kandungan ion H, dan kepekaan magnetik. Berlawanan dengan metode langsung, metode tidak langsung bersifat lebih tidak merusak atau nondestruktif, sehingga kandungan air dalam contoh tidak berubah selama pengukuran. Penetapan kadar air tanah dengan neutron probe adalah salah satu cara pengukuran kadar air tanah tidak langsung. Cara ini bersifat tidak destruktif, sehingga pengukuran dapat dilakukan sangat intensif. Dengan menggunakan neutron probe, kadar air tanah dapat ditetapkan pada titik-titik yang sama pada berbagai kedalaman tanah secara berulang-ulang (Danial dkk., 2012)
Kadar lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai kakas, yaitu kakas ikat matrik, osmosis dan kapiler. Kakas ikat matrik-dinagkitkan oleh zarah tanah.Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah.Kakas ikat osomosis dibangkitkan oleh zat-zat terlarut di dalam air, maka kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan kepekatan larutan air.
Kakas ikat kapiler dibangkitkan oleh pori-pori tanah yang berkaitan dengan tegangan muka air. Makin sempit pori tanah berarti kakas kapiler makin tinggi. Air yang berada pada lapisan atas zone aerasi disebut lengas tanah. Apabila kapasitas mena-han air tanah pada zone aerasi telah dipenuhi air, air bergerak ke bawah menuju zone saturasi. Air pada zone saturasi (saturation zone) disebut air tanah. Diatas zone saturasi terdapat kapiler. Air pada daerah kapiler mengisi ruang- ruang pori yang kecil. Selain berasal dari dari hujan, air kapiler dapat berasal dari air tanah yang terangkat oleh gaya-gaya kapiler (Buckman, 1982).
Kata gipsum berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani yang artinya memasak Gipsum merupakan mineral yang tidak larut dalam air dalam waktu yang lama, sehingga gipsum jarang ditemui dalam bentuk butiran atau pasir. Gypsum block adalah alat yang terbuat dari serbuk gipsum. Gypsum block pertama kali dipakai di bidang pertanian untuk mengukur kelengasan tanah dengan cara dikalibrasi dulu, lalu ditanam di tempat yang akan diteliti. Sekarang gypsum block dipakai di bidang teknik sipil dalam pengukuran kadar air tanah dengan tujuan agar tidak merusak struktur tanah di sekitar daerah penelitian.
Gypsum block adalah alat sensor yang dipakai dalam bidang pertanian untuk mengukur lengas tanah atau kelembaban tanah guna memilih jenis tanaman dan mengatur kesuburannya pada suatu tanah atau lahan yang akan dikerjakan. Alat ini dapat digunakan dengan biaya yang terjangkau dan paling sederhana dari pada alat sensor elektrik yang lain. Gypsum block terdiri dari sebuah gypsum padat yang sudah dicetak berbentuk silinder maupun persegi empat dengan kisaran ukuran yang ditentukan dan dilengkapi dua elektroda dalam hal ini menggunakan sebuah kabel yang ditanamkan pada block dengan jarak 1 cm dalam keadaan elektroda parallel atau searah (Skinner, 1997).
Prinsip kerja gypsum block yaitu jika dalam kondisi basah, gypsum block akan menghasilkan resistansi yang kecil. Demikian sebaliknya dalam kondisi kering, block akan menghasilkan resistansi yang lebih tinggi. Sebelum dipakai, gypsum block harus dikalibrasi dahulu secara individu, karena setiap gypsum block memiliki karakteristik tersendiri. Beberapa keuntungan dari gypsum block yaitu (1) Pembuatan block dapat dilakukan oleh orang awam sekalipun dan relatif lebih murah dibandingkan dengan alat sensor yang lain, (2) Mudah dalam pemasangan dan penggunaannya serta memerlukan sedikit pemeliharaan. (3) Tidak merusak struktur tanah sekitarnya. Sedangkan kerugiannya : (1) lama penggunaan block terbatas., (2) sensitif terhadap garam dan suhu, (3) memerlukan kalibrasi secara individu serta (4) Histerisis gypsum block sangat berpengaruh terhadap kerja gypsum block. Pembacaan resistansi gypsum block memerlukan tegangan arus bolak-balik (AC current), untuk mencegah efek polarisasi pada gypsum block yang akan mengakibatkan pembacaan yang salah dan tidak stabil.
Untuk mengetahui nilai resistansi yang terjadi, kedua kabel dihubungkan dengan multimeter sehingga diperoleh nilai tahanan gypsum block. Kemudian nilai tahanan gypsum block dimasukkan dalam grafik kalibrasi maka diperoleh suatu persamaan resistansi tanah yang akan dipakai dalam pengukuran kadar air. Gypsum block terdiri dari 2 jenis yaitu yang tidak memakai kawat kasa (konvensional) dan yang memakai kawat kasa pada lapisan bagian dalam.
Kadar lengas yang diukur perlu diubah dari sifat fisis ke sifat listrik dengan menggunakan komponen sensor. Salah satu sensor yang sering digunakan dan bersifat murah adalah gypsum. Gypsum block adalah alat yang terbuat dari serbuk gypsum. Gypsum block pertama kali dipakai di bidang pertanian untuk mengukur kelengasan tanah dengan caradikalibrasi dulu, lalu ditanam di tempat yang diteliti. di bidang teknik sipil gypsum block dipakai dalam peng- ukuran kadar air tanah dengan tujuan agar tidak merusak struktur tanah di sekitar daerah penelitian.
Untuk mengetahui nilai resistansi yang terjadi, kedua kabel dihubungkan dengan multivibrator sehingga diperoleh nilai frekuensidari gypsum block tersebut. Kemudian nilai frekuensisetiap gypsum block dimasukkan dalam grafik kalibrasi maka diperoleh suatu persamaan hubungan frekuensi dengangravimetri yang dipakai dalam pengukuran kadar air.
Pengertian tanah secara umum adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan – endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Mineral lempung merupakan pelapukan akibat reaksi kimia yang menghasilkan susunan kelompok partikel berukuran koloid dengan diameter ukuran butiran lebih kecil dari 0,002 mm. Dalam tanah yang jenuh sebagian, air tidak mengisi seluruh ruang pori yang ada dalam tanah. Jadi, dalam hal ini terdapat sistem 3 fase yaitu butiran padat, air pori dan udara. Lempung (clays) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay minerals) dan mineral-mineral yang sangat halus lain. Tanah lempung terbentuk dari banyak jenis mineral sehingga jika mineral pembentuk berbeda maka berbeda pula sifatnya (Hardiyatmo, 2006).
Penggolongan konsistensi tanah berdasarkan tiga kadar air tanah, yaitu:
1. Konsistensi basah (kadar air berada di sekitar kapasitas lapangan) untuk menilai derajat kelekatan tanah terhadap benda-benda yang menempelinya, digolongkan menjadi: tak lekat, agak lekat, lekat dan sangat lekat, dan untuk menilai derajat kelenturan (plastisitas) tanah terhadap perubahan bentuknya, digolongkan menjadi: non-plastis, agak plastis, plastis dan sangat plastis.
2. Konsistensi lembab (kadar air berada diantara kapasitas lapangan dan kering udara), untuk menilai derajat kegemburan dan keteguhan tanah. Digolongkan menjadi: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh.
3. Konsistensi kering (kadar air berada di sekitar kering udara), untuk menilai derajat kekerasan tanah. Digolongkan menjadi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras.
Tabel 2.1. Ciri-Ciri Tingkat Kebasahan Tanah
¨ Konsistensi | · Ciri-ciri |
¨ Basah ¨ Lembab ¨ Kering | · Pada permukaan zarah-zarah dan gumpal-gumpalan tanah tampak selaput air. Tanah mengeluarkan air pada waktu diremas atau diinjak. Setara dengan tegangan lengas 0,01 bar atau kurang (kondisi kapasitas lapangan).· Tanah berada diantara keadaan basah dan kering. Setara dengan tegangan lengas yang kurang dari 15 bar, akan tetapi tidak kurang daripada 0,01 bar.· Setara dengan tegangan lengas 15 bar atau lebih (titik layu permanen). Tanda-tandanya tergantung pada teksturnya, bila :- Pasiran : Bahan galian bersifat galir (loose) dan kersai, kalau ditetesi air warna jelas bertambah gelap.- Debuan : Bahan galian bersifat rapuh dan mendebu kalau diremas, kalau ditetesi air warnanya akan bertambah gelap.- Lempungan : Konsistensi teguh sampai keras, tidak dapat atau sulit diremas, tanah meretak. |
Faktor yang mempengaruhi kadar lengas dalam tanah adalah iklim, curah hujan, evapotranspirasi, kandungan bahan organik, kandungan lempung tanah, dan relief. Jenis tanah grumosol memiliki tekstur yang liat dengan pH netral hingga alkalis, berawarna kelabu sampai hitam, dan pada musim kemarau tanah ini mudah pecah. Tanah regosol adalah tanah yang teksturnya kasar, berstruktur remah dengan konsistensi lepas-gembur. Tanah mediteran adalah tanah yang terbentuk dari pelarutan batuan kapur, bertekstur geluh dengan konsistensi lekat dan kandungan bahan organik yang sedikit. Tanah rendzina adalah tanah padang rumput yang tipis dan memiliki warna gelap,
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah. Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien layu. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya (Buckman, 1982).
Air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanh hampir seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama didaerah tropis air hujan itu dapat mrembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah. Air infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah secara vertikal dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi, yang akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian kumpul disitu menjadi air (Hanafiah, 2004).
Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan kandungan air pada tanaman lapang dikurangi dengan persentase keadaan tanah pada titik layu permanen. Dalam hal ini nilai-nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang lebih tinggi mempunyai tekstur yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah mempunyai tekstur yang kasar nilainya akan lebih rendah lagi (Hanafiah, 2004).
Kapasitas kandungan air tanah maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah hujan turun dengan sangat lebat atau besar. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam keadaan terisi oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh dengan air. Jika terjadi penambahan air lebih lanjut, maka akan terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak lurus terus kebawah. Pada keadaan ini air tanah akan ditahan oleh tanah dengan kandungan Pf=0 atau 0 atm (Hanafiah, 2004).
Air bebas (air gravitasi) : air yang diatus oleh gaya gravitasi. Air dalam kondisi jenuh dan berada diantara pF 0 dan pF 2,54 (diantara jenuh air dan kapasitas lapang). Air kapiler : air dalam pori-pori tanah dengan tegangan antara pF 2. Air higroskopis : air di permukaan tanah yang dipegang antara pF 4,5 dan 7,0 (antara koefisien higroskopis dan kering oven) 4 dan 4,5 (kapasitas lapang dan koefisien higroskopis). Air tidak berguna : setara dengan air bebas menurut klasifikasi fisik. Kelas ini tidak berlaku bagi padi di sawah dan hidrofit yang hidup dalam jenuh air. Air tersedia : air yang terdapat diantara kapaasitas lapang dan titik layu tetap (pF 2,54 dan 4,17), dan air tidak tersedia : air yang berada pada tegangan diatas titik layu tetap (diatas pF 4,17). Air dipegang tanah dengan tegangan lebih kuat dibanding kekuatan akar menyerap air.
Jenuh, tanah dikatagorikan jenuh manakala seluruh rongga pori terisi air sampai air pada rongga pori makro habis, dan pada saat air pada rongga pori makro habis karena gaya gravitasi mulai dinyatakan dalam keadaan kapasitas lapang, tegangan lengas tanah = 0 cm H2O, 0 bar atau pF 0. Kapasitas lapang, berdasarkan beberapa penelitian kapasitas lapang biasanya dicapai dua hari setelah tanah mengalami penjenuhan total baik akibat hujan lebat atau irigasi. Tegangan kelembaban tanah pada kapasitas lapang untuk tanah pasir mendekati 1/10 atm, sedangkan untuk tanah liat (clay) mendekati 1/3 atm. Tegangan kelembaban tanah ini dapat pula dinyatakan dalam satuan pF, dan pada kapasitas lapang umumnya besarnya pF ini adalah = 2,54. Pada keadaan kapasitas lapang sebagian besar air tanah berupa kapiler dan sebagian lagi berupa air higroskopis yang terikat pada partikel tanah. Tegangan lengas = 346 cm H2O; 0,3 bar atau pF 2,54.
Layu permanen, batas bawah dari air kapiler adalah layu permanen, yaitu batas terendah dimana air dalam tanah sudah tidak lagi mampu diserap oleh tanaman dan kalau mencapai batas ini tanaman layu dan kalaupun disiran lagi tanaman akan tetap layu dan mati, sedangkan bila kadar airnya diatas itu, yaitu pada batas layu, tanaman mengalami layu dan bila disiram lagi tanaman dapat tumbuh kembali. Air tanah pada keadaan layu permanen terikat kuat oleh partikel tanah dengan tegangan kelembaban tanahnya antara 7 atm sampai 40 atm atau 15,849 cm H2O; 15 bar; pF 4,17 Nilai ini tergantung dari tekstur tanah dan kadar garam.
Kering, kadar air tanah setelah diangin-anginkan di tempat teduh sampai mencapai keseimbangan dengan kelengasan atmosfer. Tegangan lengas = 106 cm H2O; 1000 bar; pF 6. Kadar air tanah setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 °C sampai tidak ada lagi air yang menguap (timbangan tetap; biasanya membutuhkan waktu 16-18 jam). Tegangan lengas tanah = 107 cm H2O; 10.000 bar; atau pF 7,0 (Saiful dan Riko, 2016).
Kebutuhan air tanaman merupakan air yang dibutuhkan untuk memenuhi sejumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi suatu tanaman sehat, tumbuh pada areal luas pada tanah yang menjamin cukup lengas tanah, kesuburan tanah, dan lingkungan hidup tanaman cukup baik, sehingga secara potensial tanaman akan berproduksi dengan baik. Besarnya kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan perkembangannya, kadar air tanah, dan kondisi cuaca. Kebutuhan air tanaman juga dipengaruhi oleh fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Umumnya pada fase vegetatif tanaman memerlukan air dalam jumlah yang besar. Kekurangan air pada periode tertentu akan mengurangi hasil, yaitu pada awal pertumbuhan akan mengurangi hasil sampai 50%, awal fase pembungaan akan mengurangi hasil 25%. Tumbuhan sering mendapatkan cekaman air (water stress) karena kekurangan pasokan air di daerah perakaran dan laju evapotranspirasi yang melebihi laju absorbsi air oleh tumbuhan pada musim kemarau (Solichatun, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Buckman. 1982. Irigasi Dan Pengolahannya. Jakarta.
Danial N., Margareth E., dan Tri M. 2012. Penggunaan Gypsum Block Untuk Mengukur Kadar Air Pada Tanah Lempung. Jurnal Teknik Sipil 1(4) : 61-73.
Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.
Hardiyatmo, H.C., 2006, Mekanika Tanah I, Universitas Gajah Mada,Yogyakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan, UGM.
Prasetyo, A., Eka F., dan Lilik S. 2016. Perancangan Dan Pengujian Unjuk Kerja Sistem Monitoring Kadar Lengas Berbasis Gypsum Block Untuk Memantau Dinamika Tanah Polietilen, Polistiren dan Other. Jurnal Teknologi Technoscientia 8(2): 100-106.
Saiful, R. dan Riko C. 2016. Pengelolaan Lengas Tanah Dan Laju Pertumbuhan Tanaman Karet Belum Menghasilkan Pada Musim Kemarau Dan Penghujan. Jurnal Warta Perkaretan 35 (1): 1-10.
Skinner, A, 1997. Resurrecting The Gypsum Block for Soil Moisture Measurement, Measurement Engineering Australia, in Australian Viticuluture.