Acara 4 : Pengenalan Dasar Dan Identifikasi Alat & Mesin Pemanen : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mekanisasi sebagai suatu bentuk teknologi (alat dan mesin pertanian) dalam penerapan maupun pengembangannya di suatu tempat memerlukan persyaratan khusus (Handaka dan Prabowo 2014) seperti: (a) penguasaan teknis dan keterampilan pengguna; (b) dukungan finansial untuk mengadakan, mengoperasikan dan memelihara; (c) standar prosedur operasi dan pemeliharaan; (d) pengorganisasian kerja (teknis dan ekonomis); (e) kondisi manusia dan lingkungan pengguna (sosial-ekonomi-budayaekosistem), (f) kelembagaan dan kebijakan. Dalam perkembangannya, mekanisasi di Indonesia mengalami dinamika perubahan sesuai kondisi kebijakan pemerintah, khususnya Analisis kebijakan pembangunan pertanian dan bentuk usaha taninya. Oleh karena itu pengembangan mekanisasi pertanian, memiliki urgensi penting dalam pembangunan pertanian (PSEKP 2015).
Pengembangan mekanisasi pertanian dalam arti penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) dapat berperan dalam: (a) menyediakan tambahan tenaga kerja mekanis, sebagai komplemen terhadap kekurangan tenaga kerja manusia, (b) meningkatkan produktivitas tenaga kerja, (c) mengurangi susut dan mempertahankan mutu hasil, (d) meningkatkan nilai tambah hasil dan limbah pertanian, (e) mendukung penyediaan sarana/input, (f) mengurangi kejerihan kerja dalam kegiatan produksi pertanian, dan (g) berperan mentransformasikan pertanian tradisional ke pertanian modern yang lebih efisien dan efektif, sehingga terjadi perubahan kultur bisnis (Bastuti dan Sri, 2017).
Pascapanen (kegiatan setelah panen) merupakan ruas kegiatan usaha tani yang paling kritis, bukan hanya curahan tenaga kerja namun juga faktor kritis yang menyangkut masalah susut. Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi dan ergonomis serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai 9,52% apabila pemanenan padi dilakukan secara tidak tepat. 1) Umur Panen Padi Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) 90–95% gabah dari malai tampak kuning. (b) Malai berumur 30–35 hari setelah berbunga merata. (c) Kadar air gabah 22–26% yang diukur dengan moisture tester (Idawanni, 2017).
Penanganan pascapanen padi meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan yang meliputi proses umur panen, pemotongan dan perontokan, pengangkutan, perawatan dan pengeringan, penggilingan dan penyimpanan.
1. Umur panen dan Pemotongan: untuk mendapatkan gabah yang berkualitas tinggi, padi harus dipanen pada waktu yang tepat dan pemotongan tanaman padi antar varietas yang satu dengan yang lainnya kemungkinan berbeda.
2. Perontokan: untuk melepas butir gabah dari malainya yang dapat dilakukan secara manual maupun mengunakan alat dan mesin. Perontokan secara manual dilakukan degan cara menginjak sambil melintir padi dengan kaki. Penggunaan mesin perontok akan mempercepat proses perontokan dan dengan cara ini tingkat kehilangan hasil pada saat panen dapat ditekan.
3. Pengeringan: untuk menurunkan kadar air dalam gabah melalui proses penguapan air gabah dengan cara melewatkan udara panas dan kering ke dalam tumpukan gabah. Dapat pula pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran menggunakan sinar matahari. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan mesin pengering buatan (artficial dryer) .
4. Penyimpanan dan Penggilingan: pada masa penyimpanan gabah faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah suhu, kelembaban udara. Sedangkan faktor biologis yang berpengaruh yaitu hama gudang dan mikro organisme perusak biji. Hama gudang atau serangga mengakibatkan susut bobot dan mutu. Petani umumnya menyimpan gabah pada kadar air sekitar 16% dan kadar kotoran seitar 6%. Hal ini masih cukup baik kalau waktu simpannya hanya untuk 1 tahun di dalam lumbung (Idawanni, 2017).
Panen padi adalah semua proses kegiatan yang dilakukan di lahan (On Farm), sedangkan pascapanen padi adalah semua proses kegiatan yang dilakukan di luar lahan (Off Farm). Panen padi dimulai dengan pemotongan bulir padi yang telah tua (siap panen) dari batang pohon, dilanjutkan dengan perontokan yaitu pelepasan butir-butir gabah dari malainya. Sedangkan proses pascapanen meliputi kegiatan pengeringan, pembersihan dan penggilingan. Setiap kegiatan dalam proses panen dan pascapanen dapat dilakukan secara tradisional dengan bantuan alat atau secara moderen/semi modern dengan bantuan mesin (Sulistiadji, 2007).
Skema pemanenan tradisional : Panen (ani-ani atau sabit) > pengangkutan > pengeringan > penyimpanan (lumbung) > Pemberasan (lesung)
Skema pemanenan modern : Panen dan perontokan > pengangkutan > pengeringan > pengangkutan > penggilingan > penyimpanan (Sulistiadji, 2007).
Ada tiga macam cara panen padi di Indonesia yaitu (a) secara Tradisional (ani-ani),(b) secara Manual, tanaman padi dipotong panjang menggunakan sabit untuk selanjutnya dirontok menggunakan cara gebot, dan (c) secara Mekanis, padi dipotong pendek atau dipotong panjang menggunakan sabit; mesin Mower atau mesin Reaper (Sulistiadji, 2007).
Ani-ani
Hingga saat ini panen padi Tradisional cara ani-ani masih eksis dan terus berlangsung terutama terjadi di daerah pedalaman (Banten, Sumatera, Kalimantan, Papua) yaitu di daerah yang menanam padi varietas lokal berumur panjang (6 bulan), kapasitas kerja cara ani-ani berkisar antara 10 sampai 15 kg malai/jam dengan susut hasil (losses) berkisar antara 3,2 %. Cara panen Tradisional ani-ani merupakan suatu “System” panen yang akrab dengan kelestarian lingkungan dan terbukti mampu mengatasi ketahanan pangan rumah tangga petani (lokal), dimana seluruh proses sejak padi di tanam (pra panen) hingga proses gabah menjadi beras (pasca panen), secara keseluruhan ditangani oleh petani dan nilai tambah padi menjadi beras adalah milik petani, tanpa menimbulkan kerusakan alam dan pencemaran lingkungan, seluruh tubuh tanaman padi termanfaatkan mulai dari berasnya hingga jeraminya.
Tahapan proses panen padi cara Tradisional ani-ani berbeda dengan proses pada cara Modern. Pada cara ani-ani, padi dipanen dalam bentuk malai kemudian diangkut untuk dijemur (proses pengeringan) kemudian disimpan di lumbung (proses penyimpanan). Pelaksanaan proses perontokan dan pemberasan dilakukan sewaktu-waktu petani membutuhkan beras, mempergunakan alat tradisional (lesung) ataupun menggunakan mesin perotok Thresher untuk proses perontokannya dan Rice Milling Unit (RMU) untuk pemberasan (Sulistiadji, 2007).
Sabit
Sabit merupakan alat umum yang dipakai oleh petani, baik dalam bentuk sabit bergerigi maupun sabit tidak bergerigi (biasa), dimana cara kegiatan panen dan perontokan merupakan satu paket (on farm) :
1. Apabila proses perontokan dilakukan dengan cara di-iles (foot trampling), maka malai padi dipotong pendek (jerami plus malai ± 30 cm), tetapi apabila perontokan dilakukan dengan cara dibanting (gebot), padi dipotong panjang (jerami plus malai ± 75 cm). Untuk metode potong pendek masih akan dibutuhkan tambahan pekerjaan pembersihan tegakan jerami yang masih tertinggal di lapangan.
2. Apabila dipakai mesin perontok Thresher, metode potong panjang dilakukan untuk thresher dengan cara “hold on” (batang padi dipegang oleh tangan dan yang dirontok bagaian malainya). Sedangkan metode potong pendek digunakan untuk thresher dengan cara “throw in” (seluruh batang padi diumpankan masuk ke mesin thresher tanpa dipegang oleh tangan).
3. Letak lokasi sawah, jauh dekatnya dengan rumah petani, akan menjadi pertimbangan apakah padi akan dirontok di sawah atau akan dirontok di rumah.
4. Dikenal ada dua cara pembayaran ongkos tenaga kerja pemanen, yaitu kerja harian (dibayar dengan uang plus konsumsi) dan kerja borongan atau “bawon” (dibayar yewqaewp;-[ujtghyedzjmhn/;berdasarkan persentase gabah yang dihasilkan). Pada kerja borongan (bawon) dikenal istilah 1 banding 7, artinya untuk sejumlah 7 kaleng gabah, maka enam kaleng gabah untuk pemilik, satu kaleng untuk upah kerja borongan (bawon). Berdasarkan variasi jumlah gerigi pada bilah pisau, sabit bergerigi dikelompokkanmenjadi 3 (tiga) yaitu : (a) Gerigi halus, lebih dari 16 gerigi dalam 1 inchi ; (b) Gerigi sedang, 14 s/d 16 gerigi dalam 1 inchi ; (c) Gerigi kasar, kurang dari 14 gerigi dalam 1 inchi (Sulistiadji, 2007).
Penggunaan alat sabit bergerigi mempunyai keunggulan dibanding dengan penggunaan sabit biasa. Petani yang sudah terbiasa menggunakan sabit bergerigi akan merasakan perbedaan yang signifikan dibanding menggunakan sabit non bergerigi. Sabit bergerigi semakin sering dipakai akan semakin tajam pisau geriginya. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pada saat proses panen terdapat pengaruh signifikan penggunaan sabit bergerigi dengan sabit non bergerigi terhadap detak jantung petani, sabit bergerigi lebih berpihak kepada kesehatan.
3. Mesin Mower
Apabila sabit biasa ataupun sabit bergerigi disebut sebagai alat pertanian, maka jenis teknologi panen padi yang berupa mesin sabit (mower) dapat disebut sebagai mesin pertanian, karena tenaga penggeraknya adalah enjin (engine) bensin 2 tak 2 HP 6000 rpm, berbahan bakar bensin campur. Apabila enjin diisi dengan bahan bakar bensin murni akan berakibat pada kerusakan enjin yang serius. Mesin sabit mower atau disebut sebagai mower, merupakan modifikasi dari mesin sejenis yang diproduksi di China. Mesin tersebut merupakan hasil modifikasi kerjasama antara BBP Mektan dengan PT Shang Hyang Sri, bekerja mirip pemotong rumput untuk memotong tegakan tanaman padi di lahan saat panen tiba dengan kapasitas kerja 18 s/d 20 jam per hektar. Mesin mower sangat cocok pengganti alat sabit. Mesin ini tidak hanya mampu dipakai untuk memotong tanaman padi, akan tetapi juga mampu untuk panen tanaman jenis lain seperti jagung, kedelai dan gandum (Sulistiadji, 2007).
Uji Kinerja mesin sabit (mower) dilaksanakan pada kecepatan rata-rata pemanenan padi 9.07 m/min ( 0.57 km/jam). Dengan lebar kerja 100 cm (4 alur x 25 cm) dengan arah tegak lurus baris alur tanaman padi, didapatkan kapasitas kerja 9,50 m2/min (0.054 ha/jam atau 18 jam/ha). Lebar kerja optimum yang disarankan alur padi yang akan dipotong adalah 4 baris alur tanaman padi.
Tabel 2.1. Kapasitas kerja mesin sabit (Mower) pada 3 dan 4 baris pemotongan
4. Mesin Reaper
Prinsip kerjanya mirip dengan cara panen menggunakan sabit, bekerja hanya memotong dan merebahkan tegakan tanaman padi di sawah. Mesin ini sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut kearah samping (disebut mesin Reaper), dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar (disebut mesin Reaper Binder). Hasil panen yang direbahkan menggunakan mesin Reaper ini selanjutnya akan dirontok menggunakan perkakas atau mesin tertentu misalnya Thresher (Sulistiadji, 2007).
· Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur kecepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja.
· Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan.
· Unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-macam.
· Pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya 120 cm.
· Unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.
· Motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM. Penggunaan reaper dianjurkan pada daerah-daerah yang kekurangan tenaga kerja dan dioperasikan di lahan dengan kondisi baik (tidak tergenang, tidak berlumpur dan tidak becek). Menurut hasil penelitian, penggunaan reaper dapat menekan kehilangan hasil sebesar 6,1%. Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper :
· Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya mesin reaper.
· Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen. Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.
· Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan akan terlempar satu tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.
· Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.
Cara Pemanenan Padi dengan Reaper Binder Reaper binder merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran besar. Bagian komponen mesin reaper binder adalah sebagai berikut :
· Kerangka utama yang terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja terserot.
· Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai dengan reduksi tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan.
· Unit pisau pemotong merupakan rangkaian mata pisau berbentuk segitiga yang panjangnya antara 40-60 cm.
· Pisau pengikat terbuat dari besi plat baja, kawat baja dan besi bulat yang ukurannya bermacam-macam. Unit roda dapat diganti-ganti antara roda karet dan roda besi/keranjang.
· Motor penggerak bensin 3 HP – 2200 RPM. Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper binder :
· Sebelum mengoperasikan mesin pemanen, terlebih dahulu potong/panen padi dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m sebagai tempat berputarnya mesin stripper.
· Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan dipanen. Pemanenan dilakukan mulai dari sisi sebelah kanan petakan.
· Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman dan akan terlempar ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami yang sudah terpotong diikat dengan tali pengikat melalui mekanisme pengikat pada mesin tersebut.
· Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah petakan.
(Badan Litbang Pertanian, 2013).
Jenis dan Tipe Mesin Reaper
Tipe dan ukuran mesin Reaper ditentukan dari lebar kerjanya. Tipe dengan lebar kerja satu meter biasanya mempunyai 3 alur (row). Terdapat 3 jenis tipe mesin Reaper (Gambar 7) yaitu : (a) Reaper 3 row ; (b) Reaper 4 row ; dan (c) Reaper 5 row. Didasarkan kepada jenis transmisi traktor penggeraknya terdapat dua jenis mesin Reaper yaitu : (a) Sistem copot-gandeng (hitching) dan (b) Sistem gerak mandiri (self propeller).
(1) Sistem copot-gandeng (hitching)
Bagian keseluruhan mesin reaper dapat dicopot dan digandengkan pada transmisi
penggeraknya. Transmisi penggeraknya berupa box transmisi traktor roda dua lengkap dengan enjin nya. Traktor tangan ini mempunyai fungsi ganda, yaitu dapat dipakai sebagai traktor pengolah tanah dan dapat dipakai sebagai penggerak mesin Reaper. Pada tipe ini gerak pisau reaper terhubung langsung ke puli poros transmisi. Dengan demikian setiap kali kopling penegang sabuk diaktifkan akan memberikan reaksi gerak maju roda dan sekaligus gerak pisau pemotong. Gerakkan pisau dapat di-non-aktifkan dengan melepas sabuk puli penghubung ke pisau, hal ini dilakukan saat mesin reaper dibawa ke lapangan (transportasi). Saat akan beroperasi, sabuk puli penghubung ke pisau dipasang kembali. Mesin ini tidak memiliki fasilitas gerakan mundur (Sulistiadji, 2007).
(2) Sistem gerak mandiri (self propeller)
Keseluruhan mesin Reaper merupakan suatu unit kesatuan utuh terhadap box transmisi traktor penggeraknya (tidak dapat dipisah-pisahkan) dan memang dirancang khusus sebagai mesin Reaper. Pada umumnya jenis komponen transmision box pada mesin ini dilengkapi dengan fasilitas gerakan mundur. Terdapat dua buah handel tuas kopling kanan dan kiri di stang kemudinya.
Handel tuas kopling sebelah kanan dipakai untuk mengkontrol gerak roda. Handel tuas kopling sebelah kiri dipakai untuk mengkontrol gerak pisau reaper. Jenis ini sudah diproduksi oleh fabrikan besar lokal. Dari aspek ekonomi, reaper dapat bersaing dengan mesin sabit Mower, sehingga ada kemungkinan aplikasi teknologi mesin reaper akan bergeser dari fungsi utamanya (panen padi) menjadi panen jerami (batang tanaman), karena jerami mempunyai nilai jual yang tinggi untuk bahan baku industri papan (board) (Suliatiaji, 2007).
Tabel 2.2 Spesifikasi mesin Reaper
Kegiatan perontokan biji-bijian khususnya padi dilakukan setelah kegiatan panen (memotong tegakan batang tanaman padi menggunakan sabit atau mesin Reaper). Prinsip dasar proses perontokan padi adalah bertujuan melakukan pemisahan butir gabah dari tangkai malai dan ini dapat dilakukan dengan cara: gebot yaitu membantingkan malai padi pada kayu atau rangka bamboo hingga gabah terlepas dari malai. Cara mekanis, terdapat 4 macam mekanisme gerak pada mesin thresher yaitu : (1) Stripping (serut); (2) Hammering (pukul); (3) Impact (tabrakan) ; dan (4) Kombinasi dua atau lebih mekanisme gerak akibat kerja dinamis faktor centrifugal (Sulistiadji, 2007).
Gebot
Merontok padi dengan cara digebot (manual) merupakan cara sederhana yang populer dilakukan oleh mayoritas petani di Indonesia. Kapasitas panen dengan cara digebot berkisar antara 0,10 sampai dengan 0,16 ha/jam (28 – 34 kg/orang/jam), dan untuk padi varietas ulet berkisar antara 0,05 sampai dengan 0,06 ha/jam (10 – 12 kg/orang/jam), dengan syarat padi dipanen dengan malai panjang agar dapat dipegang tangan saat digebot tergantung kepada kekuatan orang (Sulistiadji, 2007).
Tabel 3. Kapasitas panen dan prosentase susut pada berbagai cara panen
Sistem panen | Kapasitas | Susut Tercecer (%) | Susut Mutu (%) | |
Butir rusak | Butir retak | |||
Sabit + Gebot | 55 s/d 60 kg/jam/orang | 8,1 s/d 9,4 | 0,7 s/d 2,3 | 1,6 s/d 5,4 |
Reaper+ Thresher | 0,261 ton/jam | 6,1 s/d 6,7 | 1,2 s/d 1,9 | 2,0 s/d 4,0 |
SG 800+ Thresher | 0,229 s/d 0,343 ton/jam | 2,0 s/d 2,5 | 0,8 | 2,2 s/d 3,9 |
Sumber : Purwadaria dkk.(1996)
Thresher
Pada dekade 1960-1970, mesin pertanian yang diintroduksikan di Indonesia adalah mesin mini buatan Jepang yang suku cadangnya masih diimpor oleh dealer-dealer pemegang merk swasta (Yanmar, Kubota, Iseki, Satoh, Mutoh, dsb.). Namun thresher yang sekarang cukup populer di Indonesia mayoritas merupakan hasil karya pengrajin lokal yaitu hasil modifikasi thresher yang telah dikembangkan oleh proyek IRRI di Indonesia.
Berbagai Macam Jenis Mesin Perontok Padi (Thresher)
Bermacam-macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di Indonesia, mulai dari kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar (mobile Thresher). di pasaran dikenal beberapa jenis thresher, yaitu:
1. Pedal Thresher Stationary
Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, terbuat dari kayu dan dapat dibuat sendiri oleh petani. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi. Thresher jenis pedal ini dikatagorikan sebagai “Perkakas” karena tidak menggunakan sumber tenaga penggerak enjin ataupun motor. Di Jawa Tengah umumnya disebut “dos” dengan penggerak pedal bertransmisi engkol (crank), untuk mengangkatnya ke tempat padi yang akan dirontokkan diperlukan paling tidak dua orang (Sulistiadji, 2007).
2. Pedal Thresher Lipat
Pedal Thresher Lipat mempunyai prinsip kerja yang sama dengan pedal thresher stationary, berbeda hanya pada komponen kerangka yang dapat dilipat sehingga mudah dibawa ke tengah sawah. Pedal thresher lipat ini diciptakan pada tahun 1984, dimaksudkan untuk mengatasi besarnya susut tercecer akibat perontokan padi menggunakan cara Gebot, kemampuan kerjanya dapat mencapai antara 90 sampai 120 kg/jam hanya dengan satu orang operator (Sulistiadji, 2007).
Pedal Thresher tipe Raspbar.
Bentuk dan konstruksinya mirip dengan Pedal Thresher Lipat, hanya berbeda di bagian gigi drum perontoknya (tipe Raspbar) dan tenaga penggeraknya yaitu enjin bensin 2HP. Konsep perancangan yang dipakai adalah konsep perancangan Pedal Thresher lipat, dengan menggunakan enjin penggerak motor bensin 41cc, 7000 rpm dan drum perontok tipe raspbar menggunakan karet ban bekas .
Thresher dengan tipe drum (silinder) tertutup
Pada umumnya menggunakan sumber tenaga penggerak enjin bensin 5 HP. Thresher jenis ini hanya cocok untuk merontok padi. Konstruksi Drum (silinder) tipe tertutup dimaksudkan agar dalam pengoperasiannya apabila jerami dipotong pendek, maka cara pengumpanannya boleh secara “masuk penuh” (Throw in), sedangkan apabila jerami dipotong panjang perontokan dilakukan secara “ditahan” (Hold on) yakni jerami tetap dipegang tangan saat perontokan, sehingga jerami sisa menjadi utuh dan dapat disusun secara rapi untuk dimanfaatkan untuk keperluan lain. Kapasitas kerja thresher ini 500 kg per jam dan dioperasikan oleh 2 sampai 3 operator. Kualitas hasil perontokkannya masih sangat kotor sehingga perlu dibersihkan lebih lanjut (Sulistiadji, 2007).
Thresher dengan tipe drum (silinder) terbuka
Merupakan pengembangan modifikasi dari thresher tipe drum tertutup Thresher IRRI-TH6 sehingga mampu dipakai untuk merontok komoditas padi dan kedelai, dan telah dilengkapi dengan pengayak sehingga biji-bijian yang dihasilkan relatif bersih. Dikenal dengan nama IRRI-TH 7. Kapasitas kerja thresher jenis ini 500 kg per jam, hampir sama dengan thresher tipe drum tertutup akan tetapi kualitas hasilnya lebih bersih (Sulistiadji, 2007).
Umur Teknis Mesin
Mesin perontok padi yang memiliki umur teknis panjang (lama) terbuat dari bahan konstruksi yang berkualitas dan tingkat presisi yang tinggi serta difabrikasi secara teliti dan cermat. Dari segi kualitas komponen logam bahan konstruksi yang difabrikasi, secara mudah dapat dicirikan melalui bobot mesin perontok padi. Apabila bobot mesin perontok tanpa enjin mencapai lebih dari 100 kg (satu kuintal) berarti logam bahan konstruksinya berkualitas dan dijamin umur teknis mesin akan panjang (lama).
Keselamatan kerja
1. Jalankan mesin hanya bila operator benar-benar telah memahami cara pengoperasiannya…
2. Jaga bagian tubuh (tangan, lengan, rambut dan kaki) dari sentuhan komponen mesin yang berputar. Kenakan pakaian yang tidak longgar supaya tidak tersangkut bagian mesin yang berputar
3. Jangan bekerja dengan mesin pada kondisi yang buruk (mur, baut kendor, dll).
4. Apabila digunakan enjin diesel dengan pendingin air, usahakan uap air pada tangki pendingin tidak berpengaruh terhadap bahan yang akan/sedang dirontok.
5. Sediakan selalu kotak perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Mesin Pemanen Sekaligus Perontok Padi
Mesin STRIPPER IRRI SG 800
Mekanisme Kerja Mesin Penyisir Padi (Stripper Harvester type Gatherer) adalah melakukan panen padi dengan cara menyisir tegakan tanaman padi yang siap panen, mengambil butiran padi dari malainya dan meninggalkan tegakan jerami di lapangan. Dibelakang komponen drum rotor penyisir padi yang berputar searah jarum jam (850 rpm), terdapat boks penampung hasil (container) yang mudah dilepas dan atau dibongkar muat (dengan cara menarik kebelakang atau mendorong kedepan) mirip bentuk laci mesin ini sangat potensial dalam penghematan tenaga kerja untuk panen dan dapat dioperasikan di lahan sempit, dimana mesin modern seperti “Combine Harvester” tidak mampu beroperasi (Sulistiadji, 2007).
Namun kendala yang dihadapi saat pengoperasian SG 800 adalah ketidak mampuan beroperasi di lahan yang berlumpur dalam atau berair melimpah. Di lahan sawah pasang surut yang berlumpur dangkal dengan genangan air kurang dari 5 cm, mesin SG 800 ini masih mampu beroperasi secara lancar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tado et al. (2000) menunjukkan bahwa kinerja optimum ”Stripper Harvester” desain IRRI dapat dicapai apabila memenuhi syarat-sayarat: Maksimum Kecepatan maju: 6 km/jam; Kecepatan poros drum (rotor): 850 rpm, tinggi moncong mesin: 100 mm dibawah ujung malai tanaman padi, tinggi poros drum (rotor): 150 mm dibawah ujung malai tanaman padi.
Komponen mesin Stripper yang cepat aus adalah gigi karet penyisir yang berkorelasi terhadap besarnya susut hasil, dimana pada kecepatan putar drum rotor penyisir kurang dari 850 rpm, mesin stripper ini berpotensi menimbulkan susut panen diatas 1 %.
Combine Harvester
Di Indonesia Mesin Combine Harvester lebih cocok dipakai di Rice Estate (PT Shang Hyang Sri, Jawa Barat) atau Plantation (di Propinsi Sumatera Selatan) dengan petakan lahan yang luas dan sarana jalan menuju sawah telah dipersiapkan untuk itu (Land Development). Tidak menutup kemungkinan di tahun tahun mendatang Combine Harvester akan berkembang penggunaanya di Asia terutama di Indonesia, karena Cina telah mempersiapkan jenis teknologi ini dengan memproduksi secara besar besaran Combine Harvester tipe medium yang mampu bekerja di lahan lahan sempit. (Ketut, 2012).
Alat Dan Mesin Pembersih Padi (Winnower)
Pembersihan padi atau Winnowing adalah proses “penampian” atau memisahkan gabah (padi) dari kotoran. Proses “pembersihan padi” ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah proses pengeringan. Apabila panen padi dilakukan menggunakan mesin Combine Harvester, teknologi pembersihan padi tidak diperlukan lagi karena outlet mesin combine harvester telah menghasilkan padi yang bersih dari kotoran dan gabah hampa. Namun bila proses perontokan padi menggunakan thresher atau gebot, maka proses pembersihan padi perlu dilakukan untuk memperoleh gabah bersih (Murti, 2017).
Pembersihan padi dapat dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan hembusan angin alami saat berada di lapang menggunakan garpu, shovel, atau keranjang (terbuat dari anyaman bambu, plastik, atau logam). Mekanisme kerjanya adalah pada saat ada angin kencang, gabah di taburkan dari atas ke bawah, sehingga kotoran ringan akan terhembus kesamping dan gabah bersih akan jatuh vertikal ke bawah secara grafitasi. Cara pembersihan padi semacam ini sangat sederhana dan mudah, akan tetapi kurang efektif dan efisien. Selain itu juga membutuhkan waktu kerja yang hampir sama dengan proses perontokan manual, yaitu 40-45 kg per jam. Cara yang lebih efektif dan efisien adalah dengan membuat hembusan angin buatan (artificial wind). Aliran angin sebaiknya bersifat laminer bukan angin turbulent. Aliran angin laminer adalah aliran angin yang bergerak kearah maju secara sejajar, sedangkan aliran angin turbulen bergerak kearah maju secara berputar (Murti, 2017).