Faktor-Faktor Pembentukan Tanah

Posted by andi telaumbanua on Oct 10, 2018 in TAnah |

Faktor-Faktor Pembentukan Tanah

Tanah berkembang dari bahan induk berupa bebatuan. Bebatuan ini melapuk sebagai akibat interaksi faktor-faktor lingkungan, termasuk makhluk hidup. Bidang ilmu yang mempelajari pembentukan tanah dari bahan induknya dinamakan dengan genesa tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tanah pada dasarnya dapat dibedakan menjadi lima komponen (Jenny, 1946), yakni (1) iklim, (2) bahan induk, (3) organisme, (4) topografi, dan (5) waktu. Hubungan antara kelima faktor pembentukan tanah disajikan pada Gambar 4.

  1. Iklim

Iklim adalah faktor yang sangat penting dalam pemben­tukan tanah. Komponen iklim yang paling penting dalam hal ini adalah suhu dan curah hujan. Kedua komponen iklim ini sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika tanah.

Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam kecepatan reaksi kimia tanah. Setiap kenaikan suhu sebesar 10o C akan mempercepat reaksi kimia 2 kali lipat. Selanjutnya,  reaksi yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah juga sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya.

Curah hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam pelarutan dan pengangkutan (pencucian koloid tanah serta kation yang dikandung tanah). Di daerah tropis, curah hujan serta suhu biasanya cukup tinggi sehingga proses pelapukan serta pencucian berjalan dengan sangat cepat. Hal ini akan menghasilkan pelapu­kan lanjut, tanah miskin hara serta memiliki reaksi masam. Sebaliknya pada daerah kering, proses pencucian berjalan sangat lambat sehingga menghasilkan tanah yang kurang masam dan kandungan kation basa lebih tinggi.

  1. Bahan Induk

Bahan induk merupakan bahan asal terbentuknya tanah. Sifat-sifat bahan induk akan sangat mempengaruhi sifat tanah yang dihasilkan. Sifat-sifat ini bahkan masih dapat dilihat pada tanah yang terdapat di daerah humid yang telah mengalami pelapukan lanjut. Salah satu contoh adalah apabila tanah bertek­stur pasir, maka tentu dia berkembang dari bahan induk yang mengandung pasir dalam jumlah tinggi.

Susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya mempenga­ruhi intensitas tingkat pelapukan, akan tetapi juga menentukan jenis vegetasi yang tumbuh di atasnya. Sebagai contoh, tanah mineral yang kaya kapur akan menghambat terjadinya pemasaman tanah. Di samping itu vegetasi yang tumbuh di atasnya juga kaya akan kapur. Pengembalian vegetasi ini ke dalam tanah akan meng­hambat kemasaman tanah.

Bahan induk tanah pada dasarnya dibedakan menjadi tiga bagian, yakni (1) batuan beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan metamorfosa.

(1) Batuan beku

Batuan beku terbentuk karena magma yang membeku. Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan ini dibedakan menjadi :

  1. Batuan beku atas (batuan vulkanik) yakni magma yang membeku di permukaan bumi.
  2. Batuan beku gang yakni magma yang membeku di saluran (antara sarang magma dan permukaan bumi).
  3. Batuan beku dalam yakni magma yang membeku di sarang magma.

            Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi batuan beku masam, batuan beku intermedier, dan batuan beku basa. Semakin tinggi kadar SiO2 maka sifat batuan semakin asam.

(2) Batuan Sedimen

            Batuan sedimen (endapan) dibedakan menjadi batuan endapan tua dan batuan endapan baru.

  1. Batuan endapan tua yakni bahan endapan (pada umumnya endapan laut) yang telah diendapkan berjuta tahun yang lalu sehingga membentuk batuan yang keras. Contoh batuan ini adalah batuan gamping, batuan pasir serta batuan liat.
  2. Batuan endapan baru yakni bahan endapan yang masih baru sehingga belum menjadi batu. Contohnya adalah bahan yang diendapkan oleh air (di daerah banjir) dan bahan yang diendapkan oleh angin (di daerah pantai).

(3) Batuan Metamorfose

            Batuan ini berasal dari batuan beku atau batuan sedimen yang karena tekanan dan suhu yang tinggi akan berubah menjadi jenis batuan yang lain. Batuan ini pada umumnya bertekstur lembar (foliated texture) sebagai akibat rekristalisasi beberapa mineral dan orientasi mineral menjadi paralel sehingga membentuk lembaran. Beberapa contoh batuan ini adalah :

  1. Batuan metamorf dengan lembaran halus yang disebut dengan schist, misalnya mika schist.
  2. Batuan metamorf dengan lembaran kasar disebut dengan Ggneis, misalnya granit gneis.
  3. Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan tekstur lembar, misalnya kwarsit (dari batu pasir) dan marmer (dari batu kapur karbonat).

(4) Bahan Induk Organik

Pada daerah rawa yang selalu tergenang air, penghancuran bahan organik terjadi sangat lambat (lebih lambat daripada penimbunannya), sehingga terjadi penimbunan bahan organik. Bahan organik ini Selanjutnya,  akan menjadi bahan induk tanah gambut yang banyak dijumpai di daerah pantai di Indone­sia, misalnya di sepanjang Timur pantai Sumatera, pantai Barat, Selatan dan Timur Kalimantan, dan batas Selatan Irian Jaya.

  1. Organisme

Selain sebagai sumber bahan organik, organisme juga membantu dalam siklus hara, menstabilkan struktur serta mampu menghambat erosi tanah. Perbedaan jenis vegetasi antara lingkungan hutan dan padang rumput akan menghasilkan jenis tanah yang berbeda pula. Selain itu, kandungan unsur kimia pada tanaman juga mempengaruhi sifat tanah yang ada di sekitarnya. Misalnya, jenis cemara tertentu mengandung kation Ca, Mg, dan K yang rendah. Dengan demikian, , siklus hara yang berada di bawah tanaman ini akan lebih rendah dari pada yang terjadi di bawah tanaman yang berdaun lebar yang lebih kaya basa. Jadi, tanah yang berada di bawah pohon pinus/cemara akan lebih masam. Selain itu pencucian basa pada lingkungan ini juga lebih intensif.

  1. Topografi

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk le­reng. Topografi ini mempengaruhi pembentukan tanah dengan cara :

1).    Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh tanah.

2).    Mempengaruhi kedalaman air tanah.

3).    Mempengaruhi besarnya erosi.

4).    Mengarahkan gerakan air dan bahan yang terlarut di dalamnya.

Topografi suatu daerah dapat menghambat ataupun mempercepat pengaruh iklim dalam proses penghancuran bebatuan. Pada daerah datar atau cekung, air tidak begitu nampak. Sebaliknya di daerah bergelombang, drainase tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim (curah hujan dan temperatur) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat. Pada daerah lereng, erosi biasanya terjadi lebih cepat sehingga mengakibatkan tanah lebih dangkal. Sebaliknya pada daerah kaki bukit, terjadi penim­bunan bahan-bahan dari daerah atas sehingga tanah lebih tebal.

Sifat-sifat tanah yang biasanya berkaitan dengan relief ini antara lain :

1).    Ketebalan solum

2).    Ketebalan dan kadar bahan organik pada horizon A

3).    Kandungan air tanah

4).    Warna tanah

5).    Tingkat perkembangan horizon

6).    Kejenuhan basa

  1. Waktu

Tanah adalah benda alam yang terus menerus mengalami peruba­han. Adanya pencucian serta pelapukan yang berlangsung terus menerus akan menghasilkan tanah yang semakin tua dan semakin kurus. Pada tanah ini, mineral yang mudah lapuk sudah habis dan yang tert­inggal hanya mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Selain itu, seiring meningkatnya usia tanah, maka profil tanah juga semakin berkembang.

Berdasarkan waktu pembentukannya, tanah dibedakan menjadi :

1).    Tanah muda (immature atau young soil)

2).    Tanah dewasa (mature soil)

3).    Tanah tua (old soil).

 

Tingkat Perkembangan Tanah

  1. a)Tanah muda

Pada tanah ini, pembentukan tanah baru pada tahap pencampu­ran bahan organik dengan bahan mineral yang terdapat di permukaan tanah. Pembentukan struktur tanah terjadi karena adanya pengaruh bahan organik. Horizon yang terbentuk pada tanah ini baru horizon A dan C. Pada tanah ini, sifat tanahnya masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya. Contoh tanah ini adalah Entisol (Aluvial, Regosol).

  1. b)Tanah dewasa

Tanah muda masih akan terus mengalami pelapukan serta pencucian lanjut sehingga terbentuklah horizon B. Tingkat kesubu­ran tanah ini adalah yang paling tinggi karena di satu fihak unsur hara dari mineral telah tersedia dan di lain fihak pencucian belum begitu intensif. Contoh tanah ini adalah Inceptisol (latosol coklat, andosol), Vertisol, dan Mollisol.

  1. c)Tanah tua

Pada tanah ini pelapukan serta pencucian bahan-bahan telah berjalan secara lanjut. Kondisi ini mengakibatkan horizon tanah telah mengalami diferensiasi secara nyata. Pada horizon A dan B terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, dan B3. Adanya pencucian yang tinggi mengakibatkan tanah mengalami kekurangan kation basa sehingga tanah menjadi masam dan miskin unsur hara. Contoh tanah tua adalah Ultisol (P.M.K) dan Oxisol (Laterit).

Waktu yang diperlukan untuk pembentukan setiap jenis tanah berbeda-beda. Tanah yang berkembang dari bebatuan yang keras akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk pembentukan tanahnya dibandingkan dengan tanah yang berkembang dari bahan induk yang lunak dan lepas.

Adanya kekeringan serta erosi dapat menghambat perkembangan tanah. Dengan demikian, , tua atau mudanya tanah tidak dapat dinya­takan dari umur tanah tersebut dalam tahun, tetapi didasar­kan kepada tingkat perkembangan horizon-horizon tanah yang ada. Pembentukan tanah mula-mula berjalan agak cepat, tetapi semakin tua tanah proses ini berjalan semakin lambat.

Reply

Copyright © 2025 All rights reserved. Theme by Laptop Geek.