0

Acara 1 : Pengamatan Profil dan Pengambilan Sampel tanah

Posted by andi telaumbanua on Oct 9, 2018 in TAnah

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah dan Proses Pembentukannya

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan (Fitriani dkk., 2018).

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas yang menempati sebagian besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1990). Dari definisi tersebut Darmawijaya (1990) mengatakan bahwa terdapat lima faktor yang berpengaruh dalam pembentukan tanah, yaitu iklim, jasad hidup, bahan induk, relief, dan waktu. Peranan dari masing-masing faktor pembentuk tanah tersebut antara lain :

  1. Bahan induk (bahan asal) : bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah, dapat berupa mineral, batuan, dan bahan organik (sisa-sisa bahan organik/zat organik yang telah mati).
  2. Iklim : unsur iklim yang berperan dalam proses pembentukan tanah adalah temperatur udara dan curah hujan.
  3. Temperatur udara: dalam proses pembentukan tanah (pelapukan), fluktuasi harian dari temperatur udara mempunyai peranan penting dalam proses desintegrasi. Semakin besar fluktuasi temperatur harian semakin cepat proses desintegrasi berlangsung. Temperatur udara mempengaruhi besarnya evapotranspirasi sehingga mempengaruhi pula gerakan air dalam tanah,  temperatur juga berpengaruh terhadap reaksi kimia dalam tanah dan aktivitas bakteri pembusuk.
  4. Curah hujan : aktivitas hujan berpengaruh dimulai dari adanya tetesan air hujan yang mampu mengkikis batuan (bahan yang lain) yang ada di permukaan tanah. Di samping itu adanya air hujan yang meresap ke dalam tanah akan mempercepat berbagai reksi kimia yang ada dalam tanah, sehingga mempercepat proses pembentukan tanah.
  5. Organisme : semua makhluk hidup, baik selama masih hidup maupun setelah mati mempunyai pengaruh dalam pembentukan tanah. Akar-akar vegetasi mampu dalam melakukan pelapukan fisik karena tekanannya dan mampu melakukan pelapukan kimia karena unsur-unsur kimia yang dikeluarkan oleh akar, sehingga tanah-tanah di sekitar akar akan banyak mengandung bikarbonat. Di samping itu vegetasi yang telah mati akan menjadi bahan induk terbentuknya tanah, terutama tanah-tanah organik (humus).
  6.  Relief/topografi : berpengaruh dalam mempercepat atau memperlambat proses pembentukan tanah, pada daerah yang mempunyai relief miring proses erosi tanah lebih intensif sehingga tanah yang terbentuk di lereng seperti terhambat. Sedangkan pada daerah datar aliran air permukaan lambat, erosi kecil, sehingga proses pembentukan tanah lebih cepat.
  7. Waktu : lama waktu pembentukan tanah terutama tergantung dari bahan induk dan iklim, batuan yang keras lebih sulit terbentuk tanah daripada batuan yang lunak. Demikian juga iklim di daerah tropis akan lebih mudah dalam proses pembentukan tanah daripada iklim di daerah sedang atau arid. Oleh karena itu tanah-tanah di daerah tropis biasanya lebih tebal dibandingkan dengan tempat lainnya.

Pelapukan merupakan proses hancurnya/lapuknya batuan dari ukuran besar menjadi lebih kecil. Faktor penyebab utama pelapukan adalah iklim. Unsur iklim yang paling berperan adalah temperatur udara dan curah hujan. Pelapukan dapat terjadi dengan tanpa adanya perubahan susunan kimia bahan asal (desintegrasi), tetapi dapat juga terjadi perubahan kimia dari bahan asal dan bahan yang terbentuk (dekomposisi) (Ekosari, 2011).

  1. Desintegrasi: dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
  2. Desintegrasi akibat temperatur : Fluktuasi temperatur udara harian merupakan faktor utama terjadinya desintegrasi. Adanya suhu yang panas pada siang hari dan dingin pada malam hari menyebabkan proses pengembangan dan pengkerutan berjalan intensif, sehingga batuan mudah lapuk.
  3. Desintegrasi oleh air : air mempunyai peranan dalam proses desintegrasi mulai dari adanya tetesan air hujan sampai dengan aliran permukaan. Tetesan air hujan dalam waktu yang lama jika mengenai batuan dapat menyebabkan lapisan batuan paling atas mengalami pengelupasan sedikit demi sedikit. Sedangkan adanya aliran air permukaan yang membawa sedimen dapat menyebabkan terjadinya proses pengikisan batuan.
  4. Desintegrasi akibat angin : di daerah tropis, desintegrasi yang diakibatkan oleh aktivitas angin sangat kecil, namun di daerah arid atau gurun angin mempunyai peranan yang cukup besar. Kecepatan angin yang tinggi di daerah gurun dapat menerbangkan pasir-pasir dan menggerus batuan sehingga banyak batuan yang bentuknya seperti jamur (Ekosari, 2011).
  5. Dekomposisi

Pelapukan kimia adalah pecahnya batuan dari ukuran besar menjadi lebih kecil dengan terjadi perubahan susunan kimia. Syarat berlangsungnya pelapukan kimia ialah adanya air. Oleh karena itu di daerah humid pada umumnya proses dekomposisi lebih dominan dibandingkan dengan proses desintegrasi. Pelapukan kimia akan menyebabkan mineral terlarut dan mengubah strukturnya sehingga mudah terfragmentasi. Tanah yang dihasilkan oleh adanya dekomposisi sangat berbeda dengan susunan kimia bahan induknya. Pada dasarnya proses dekomposisi dapat disebabkan oleh aktivitas tumbuh-tumbuhan, hewan dan bahan yang terlarut (Ekosari, 2011).

  1. Dekomposisi oleh tumbuh-tumbuhan : akar tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi mempunyai peranan yang kuat dalam proses dekomposisi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kandungan bikarbonat pada tanah di sekitar akar. Kandungan bikarbonat ini akan memicu terjadinya pelapukan batuan.
  2. Dekomposisi oleh hewan : adanya hewan-hewan yang membuat lubang dalam tanah menyebabkan air hujan lebih banyak masuk ke dalam tanah sehingga membantu proses dekomposisi.
  3. Dekomposisi oleh air larutan : pada umumnya air yang ada di bumi ini mengandung mineral-mineral tertentu. Air yang mendekati murni adalah air hujan. Pada prinsipnya air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi kimia di dalam tanah. Peranan air tersebut antara lain dalam proses: solution, hidrolisis, karbonatasi, reduksi – oksidasi , hidratasi

2.2. Profil Tanah dan Horizon

Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tanah tersebut akan menghasilkan tanah. Penampang tegak dari tanah menunjukkan susunan horizon tanah yang diseuc

}ikn w 3abut profil tanah. Dalam pembuatan profil tanah di lapangan, terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan yaitu: vertikal, baru, dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Profil tanah yang sempurna berturut-turut dari atas ke bawah memiliki horizon O, A,E, B,C, dan R (Sutanto, 2005).

Setiap horizon tanah memiliki ciri-ciri morfologi, sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi yang khas. Menurut Sutanto (2005), secara umum horizon tanah dibedakan menjadi beberapa lapisan utama, yaitu sebagai berikut:

  1. Horizon O: Jenis ini terdiri dari berbagai material organik seperti sisa dedaunan serta bangkai hewan maupun tumbuhan. Horizon O ini biasanya terdapat di permukaan tanah paling atas tapi juga dapat terkubur.
  2. Horizon A: Jenis ini terdiri dari topsoil yaitu materi organik berwarna gelap yang bercampur dengan butiran mineral akibat aktivitas organisme. Pada partikel yang lebih halus akan mudah larut dan terbawa ke lapisan bawah.
  3. Horizon E: Jenis ini terdiri dari lapisan di bawah permukaan yang telah kehilangan sebagian besar kandungan mineralnya. Pada lapisan jenis ini sering melekat pada jenis Horizon A atau menggantikan lapisan tersebut.
  4. Horizon B: Jenis ini terdiri dari partikel dan liat yang tercuci oleh Horizon E yang terakumulasi. Pada lapisan ini hanya terdapat sedikit material organik.
  5. Horizon C: Jenis ini merupakan lapisan tanah paling bawah yang terdiri dari bahan induk tanah seperti batuan dasar atau sedimen yang belum padat.
  6. Horizon D atau R: Jenis ini menjadi dasar tanah yang terdiri dari batuan yang sangat padat, pejal dan belum mengalami pelapukan.

Pembentukan horizon tanah meliputi:

  1. Horizon organik : lapisan tanah yang sebagian besar terdiri dari bahan organik, baik masih segar maupun sudah membusuk, terbentuk paling atas di atas horizon mineral.
  2. Horizon mineral : lapisan tanah yang sebagian besar mengandung mineral, terbentuk pada horizon A dan B, di atas sedikit horizon C. Horizon ini memiliki ciri sebagai berikut: akumulasi basa, lempung besi, aluminium, dan bahan organik, terdapat residu lempung karena larutnya karbonat dan garam-garam, hasil perubahan (alterasi) dari bahan asalnya, berwarna kelam, teksturnya berat dan strukturnya lebih rapat.
  3. Regolith : lapisan batuan yang cukup besar yang terbentuk oleh pelapukan batuan induk, sementasi, gleisasi, sedimentasi, dan sebagainya.

2.3. Pengambilan Sampel Tanah

Menurut Pusat penelitian tanah dan agroklimat (2004), mengatakan bahwa pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk memperoleh data karakteristik tanah yang tidak dapat diperoleh langsung dari pengamatan lapangan. Lokasi pengambilan contoh tanah harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili areal yang diambil contoh tanahnya. Berdasarkan cara pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah, dihasilkan beberapa macam contoh tanah, antara lain:

  1. Contoh terduga (Judgement Sample)

Satu atau lebih contoh tanah yang diambil dipilih berdasarkan satuan pemetaan yang ditemui pada areal survei. Lokasi pengambilan contoh tanah ditentukan secara subyektif sehingga agak bias. Tingkat kepercayaan data yang diperoleh bisa tinggi bisa rendah tergantung dari tingkat pengalaman (keahlian) si pengambil contoh.

  1. Contoh acak (Random Sample)

Contoh tanah diambil sedemikian rupa sehingga setiap tanah di dalam daerah survei mempunyai kesempatan yang sama. Pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random. Satu pasangan angka random yang diperlukan untuk pemilihan lokasi contoh berdasarkan atas sistem koordinat.

  1. Contoh acak bertingkat (Stratified Random Sample)

Pengelompokkan populasi dari yang heterogen ke strata homogen adalah suatu cara yang paling efektif untuk dapat meningkatkan akurasi pengambilan contoh. Hal ini berarti dapat meningkatkan akurasi atau mengurangi jumlah contoh tanah yang diperlukan apabila kita dapat mengelompokkan areal survei ke dalam areal yang seragam. Pemilihan lokasi pada masing-masing satuan pemetaan ditentukan dengan bilangan random.

  1. Contoh sistematik (Systematic Sample)

Lokasi pengambilan contoh tanah dengan cara ini ditentukan dengan sistim Grid yaitu berjarak sama pada kedua arah. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan praktis terutama bagi tenaga yang kurang terampil.

Penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium memerlukan tiga macam contoh tanah yaitu :

  1. Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) untuk penetapan bobot isi (bulk density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas tanah. Tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka berat volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54, dan pF 4,2 dan permeabilitas.

Gambar 2.1.  contoh tanah utuh

  1. Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh tanah biasa (disturbed soil sample), merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman tertentu sebanyak 1-2 kg. Contoh tanah terganggu digunakan untuk keperluan analisis kandungan air, tekstur tanah, perkolasi, batas cair, batas plastis, batas kerut, dan lain-lain.

Gambar 4.2. contoh tanah tidak utuh

  1. Contoh Tanah Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregat) untuk penetapan stabilitas agregat, berupa bongkahan alami yang kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada kedalaman 0-20 cm. Bongkahan tanah dimasukkan ke dalam boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal. Dalam mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik harus hati-hati, agar bongkahan tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara dimasukkan ke dalam peti kayu atau kardus yang kokoh.

Gambar 4.3 contoh tanah agregat utuh

 (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).

2.5.Sifat-Sifat Tanah

  1. Sifat Fisik Tanah
  2. Tekstur

Ukuran relatif  partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Rayes, 2012).

Menurut Rayes (2012), tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:

  1. Pasir : apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
  2. Pasir berlempung : apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
  3. Lempung berpasir : apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
  4. Lempung : apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
  5. Lempung berdebu : apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
  6. Debu : apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
  7. Lempung berliat : apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
  8. Lempung liat berpasir : apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
  9. Lempung liat berdebu : apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
  10. Liat berpasir : apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
  11. Berdebu : apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
  12. Liat : apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.

  1. Struktur

Struktur tanah adalah pengelompokan/pengaturan partikel tanah kedalam agregat atau kumpulan yang mantap. Struktur yang baik ditandai dengan penetrasi air menjadi lebih baik, kemampuan tanah memegang air tinggi, mudah untuk digarap, mudah ditembus akar, air dapat mengalir dengan baik, tersedianya nutrisi dan internal drainasenya bagus. Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpulan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain (Sutanto, 2005). Struktur tanah menurut Sutanto (2005) dikelompokkan dalam 6 bentuk yaitu :

  1. Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous, struktur ini terdapat pada horison A.
  2. Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
  3. Prisma (prismatik), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
  4. Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membulot, struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
  5. Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau pada lapisan padas liat.
  6. Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.

  1. Konsistensi

Konsistensi tanah merupakan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah atau daya adhesi butir – butir tanah dengan benda ain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Rahayu dkk., 2014)Konsistensi tanah dapat dibedakan antara lain:

  1. Konsistensi basah
  • tidak lekat
  • agak lekat
  • lekat sangat
  • lekat
  1. Konsistensi lembab
  • Lepas-lepas
  • Sangat gembur
  • Gembur
  • Teguh
  • Sangat teguh
  • Luar biasa teguh
  1. Konsistensi kering
  • Lepas-lepas
  • Lunak
  • Agak keras
  • Keras
  • Sangat keras
  • Luar biasa keras
  1. Porositas

Porositas adalah total pori dalam tanah yaitu ruang dalam tanah yang ditempati oleh air dan udara. Pada keadaan basah seluruh pori baik makro, meso, maupun mikro terisi oleh air, pada keadaan kering pori makro dan sebagian pori meso terisi oleh udara. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi dan drainase tanah Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada umumnya pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali bila tanah kurang. Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang ditempati butiran padat (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).

  1. Suhu

Suhu tanah demikian berpengaruh pada tanaman, pengukuran biasanya dilakukan pada kedalam 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100cm. Pengaruh suhu tanah terhadap tanaman yaitu pada perkecambahan biji, pada aktivasi mikroorganisme, dan perkembangan penyakit tanaman. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor eksternal yaitu radiasi matahari keawanan,curah hujan, angin dan kelembapan udara sedangkan faktor internal yaitu tekstur tanah, struktur dan kadar air tanah, kandungan bahan organik dan warna tanah (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).

  1. Warna tanah

Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih, dan hitam serta warna-warna tanah di antara warna-warna tersebut, sedangkan yang berwarna hijau dan lembayung jarang sekali ditemui. Warna tanah itu tidak murni, dalam suatu warna coklat misalnya, di sana sini sering terdapat tambahan berupa kumpulan titik dan corengan merah, kuning, atau warna gelap (hitam). Warna coklat merupakan warna dasar, sedangkan warna merah, kuning, ataupun hitam merupakan warna noda atau warna bercak. Warna tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya kadar bahan organic, kadar mineral, kadar lengas, dan tingkat drainase tanah. Tanah dengan kadar bahan organic tinggi ditandai oleh warna tanah gelap (Ulfiyah. 2009).

Dalam Darmawidjaya (1980), Ulfiyah mengaatkan bahwa warna tanah dapat menunjukkan : (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan pengatusan dan aerasi tanah yang berhubungan dengan hidratasi, oksidasi dan proses pencucian, (c) tingkat perkembangan tanah, (d) kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air tanah, dan atau (e) adanya bahan bahan tetentu. Warna tanah dipengaruhi oleh empat jenis bahan, yaitu senyawa-senyawa besi, senyawa mangan dan magnesium, kuarsa dan feldspar, dan bahan organik. Berdasarkan Munsell Soil Color Chart,yang berupa buku yang berupa diagram warna baku yang tersusun atas 3 variabel yaitu:

  1. Hue : warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
  2. Value: menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.
  3. Chroma : menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefiniskan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna lainnya.

(Ulfiyah. 2009).

2.2.2    Sifat Kimia Tanah

  1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)

pH tanah adalah satuan derajat yang dipergunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau kebasaan terhadap tanah. pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).

  1. C-Organik

Bahan organik tanah merupakan hasil perombakan dan penyusunan yang dilakukan jasad renik tanah, senyawa penyusunnya adalah tidak jauh berbeda dengan senyawa aslinya, yang tentunya dalam hal ini ada berbagai tambahan bahan seperti glukosamin (hasil metabolis jasad renik) Sifat fisika yang dipengaruhi bahan organik adalah kemantapan agregat tanah, dan selain itu sebagai penyedia unsur-unsur hara, tenaga maupun komponen pembentuk tubuh jasad dalam tanah (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).

  1. N-Total

Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik halus dan bahan organik kasar), pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara, pupuk, dan air hujan (Pusat penelitian tanah dan agroklimat, 2004).

 
0

PENGENALAN DASAR DAN LATIHAN PENGENDALIAN TRAKTOR

Posted by andi telaumbanua on Oct 9, 2018 in ALAT Dan MESIN PERTANIAN

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jenis Traktor Pertanian

Traktor adalah kendaraan yang didesain secara spesifik untuk keperluan  traksi tinggi pada kecepatan rendah, atau untuk menarik trailer atau implemen yang digunakan dalam pertanian atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk mendefinisikan suatu jenis kendaraan untuk pertanian. implemen pertanian umumnya digerakkan dengan menggunakan  kendaraan  traktor  ini,  ditarik  ataupun  didorong,  dan  menjadi  sumber utama mekanisasi pertanian. Traktor roda empat merupakan mesin berdaya gerak sendiri berupa motor diesel, beroda empat (ban karet atau ditambah roda sangkar dari baja) yang mempunyai tiga titik gandeng, berfungsi untuk menarik, menggerakkan, mengangkat, mendorong alat dan mesin pertanian dan juga sebagai sumber daya penggerak (SNI 7416:2010).

Supli R (2013), dalam Kadirman ( 2017) Menyatakan bahwa di Inggris, Irlandia, Australia, India, Spanyol, Argentina, dan Jerman, kata “traktor” umumnya berarti “traktor pertanian”, dan penggunaan kata traktor yang merujuk pada jenis kendaraan lain sangat jarang. Di Kanada dan Amerika Serikat, kata “traktor” juga berarti truk semi-trailer . Kata traktor diambil dari bahasa Latin, trahere yang berarti “menarik”. Ada juga yang mengatakan traktor merupakan gabungan dari kata traction motor, yaitu motor yang menarik. Awalnya dipakai untuk memberikan penjelasan “suatu mesin atau kendaraan yang menarik implemen, untuk menggantikan istilah “mesin penarik” (traction engine).

Mesin Traktor tangan terdapat  tiga bagian utama yaitu a.) Tenaga penggerak motor : jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor diesel. Selain motor diesel, ada yang menggunakan motor bensin atau minyak tanah atau kerosin. b.) Kerangka dan transmisi atau penerus tenaga traktor tangan : Fungsi kerangka adalah sebagai tempat kedudukan motor penggerak, transmisi, dan bagian traktor lainnya. Kopling utama dioperasikan dari tuas kopling utama. Bila tuas ditarik ke posisi netral, maka tenaga motor tidak disalurkan ke gigi persneleng. Akibatnya traktor akan berhenti, meskipun kondisi   motor  penggerak dihidupkan. Di samping kopling utama, terdapat dua kopling kemudi untuk menggerakkan traktor ke kanan atau ke kiri. Traktor tangan juga bisa bergerak maju mundur dengan kecepatan tertentu karena putaran poros motor penggerak disalurkan sampai ke roda. Ada tiga jenis roda yang digunakan pada traktor tangan, yaitu:, roda besi, roda apung atau roda sangkar/cage wheell. Roda ban berfungsi untuk transportasi dan mengolah tanah kering. Pada pengamatan ini Mesin hand traktor menggunakan roda besi. Roda besi digunakan untuk pembajakan di lahan kering. c.) Tuas kendali; digunakan untuk mengendalikan jalannya traktor (Saifoem, 2012).

Bajak Singkal berfungsi untuk memotong, membalikkan, memecah tanah serta pembenaman sisa-sisa tanaman kedalam tanah, dan digunakan untuk tahapan kegiatan pengolahan tanah pertama. Bajak singkal dirancang dalam beberapa bentuk untuk tujuan agar diperoleh kesesuaian antara kondisi tanah (basah dan kering) dengan tujuan pembajakan. Komponen utama pada bajak singkal ialah: a.) singkal (moldboard) berfungsi untuk mengangkat, menghancurkan dan membalik tanah yang telah dipotong oleh pisau bajak. Karena bentuknya yanng melengkung, pada waktu bajak bergerak maju, tanah yang telah terpotong akan terangkat ke atas kemudian akan dibalik dan dilempar sesuai dengan arah pembalikan bajak. b.) Pisau bajak (share): untuk memotong tanah secara horisontal. c.) Mata bajak (point of share): memotong tanah dan mengarahkan lempengan tanah hasil pemotongan ke bagian moldboar d.) penstabil bajak (land side), berfungsi untuk mempertahankan gerakan maju bajak agar tetap lurus (Latiefuddin dan Musthofa, 2013).

Penggolongan traktor belum diperoleh keseragaman karena umumnya didasarkan menurut  selera  dan  kepentingan  masing-masing.  Klasifikasi  traktor  yang  digunakan terutama dalam bidang pertanian dapat didasarkan pada :

  1. Menurut besar tenaga/dayanya :
  2. a)Traktor Besar ( diatas 15 HP )
  3. b)Traktor Kecil ( lebih kecil atau sama dengan 15 HP )
  4. Menurut bahan bakar :
  5. a)Traktor  Diesel  (berbahan  bakar  solar),  sekarang  traktor  diesel  merupakan  jenis traktor yang paling banyak digunakan
  6. b)Traktor Bensin (berbahan bakar bensin), biasanya hanya untuk traktor dengan daya yang kecil, beroda satu atau beroda du Banyak digunakan untuk di kebun rumah tangga
  7. Menurut Jenis dan jumlah roda dan sistem traksinya serta putaran roda:
  8. a)Traktor Roda Ban
  9. Traktor dengan roda satu
  10. Traktor dengan roda dua
  11. Traktor dengan roda tiga (Roda depan terdiri dari satu roda atau dua roda yang dipasang secara berhimpitan dan roda belakang dua buah. Memungkinkan traktor dapat berbelok dengan radius yang kecil. Traktor ini cocok untuk pekerjaan penanaman, pemeliharaan tanaman atau panen)
  12. Traktor dengan roda empat
  • Satu gardan (Two Wheel Drive / dua roda penggerak)
  • Dobel gardan (Four Wheel Drive / empat roda penggerak)
  1. b)Traktor  Roda  Rantai  (crawler  tractor);  Traktor  ini  mempunyai  ground preassure (tekanan ke tanah) yang kecil, sehingga  kemungkinan traktor terbenam ke dalam tanah  kecil.  Ground  pressure  yang  kecil  diperoleh  dengan  memperlebar  track (luasan kontak roda dengan tanah).
  2. c)Traktor Beroda Kombinasi roda ban dan rant
  3. d)Traktor tanpa roda

Roda ban berfungsi untuk transportasi.dan mengolah tanah kering. Bentuk permukaan roda ban beralur agak dalam untuk mencegah slip. Roda ban dapat meredam getaran, sehingga tidak merusak jalan. Roda besi digunakan untuk pembajakan di lahan kering. Sirip pada roda besi akan menancap ke tanah, sehingga akan mengurangi terjadinya slip pada saat menarik beban berat. Roda apung digunakan pada saat pengolahan tanah basah. Roda apung ini ada yang lebar, ada juga yang diameternya besar, sehingga dapat menahan beban traktor agar tidak tenggelam dalam lumpur. Ukuran roda disesuaikan dengan spesifikasi traktor. Besar kecilnya roda akan berpengaruh terhadap lajunya traktor.

  1. 4.Berdasarkankegunaannya
  2. a)General purpose tractor/ Traktor umum (Traktor ini dirancang untuk melaksanakan pekerjaan yang bersifat umum)
  3. b)Special  purpose  tractor/  Traktor  khusus  (traktor  yang  dirancang  untuk melaksanakan  pekerjaan  yang  lebih  khusu  Mudah  dirangkai  dengan  peralatan yang khusus).

(Mardinata dan Zulkifli, 2014).

2.2.   Bagian – Bagian Traktor tangan

Pada traktor tangan, jenis tenaga penggerak yang sering dipakai adalah motor diesel. Selain motor diesel, ada yang menggunakan motor bensin atau minyak tanah atau kerosin. Dengan menggunakan satu silinder, daya yang dihasilkan kurang dari 12 Hp. Pada kerangka dipasang motor penggerak dengan empat buah baut pengencang. Lubang baut pada kerangka dibuat memanjang agar posisi motor dapat digerakkan maju mundur. Tujuannya adalah untuk memperoleh keseimbangan traktor dan untuk menyesuaikan ukuran v-belt yang digunakan. Engkol digunakan untuk menghidupkan motor diesel, sedangkan untuk motor bensin dan minyak tanah menggunakan tali starter (Mifflin, 2000).

Fungsi kerangka adalah sebagai tempat kedudukan motor penggerak, transmisi, dan bagian traktor lainnya. Kerangka berfungsi sebagai tempat kedudukan motor penggerak, transmisi dan bagian traktor lainnya. Bagian traktor dikaitkan dengan kerangka dengan menggunakan beberapa buah baut pengencang.
Tenaga dari motor berupa putaran poros disalurkan melalui pully dan v-belt ke kopling utama untuk diteruskan ke gigi persneleng sehingga menggerakkan poros roda dan poros PTO (Mardinata dan Zulkifli, 2014).

Gigi persneling juga berfungsi untuk mengatur kecepatan putaran poros roda dan poros PTO. Kemudian, tenaga disalurkan ke mesin rotary. Kopling utama dioperasikan dari tuas kopling utama. Bila tuas ditarik ke posisi netral, maka tenaga motor tidak disalurkan ke gigi persneleng. Akibatnya traktor akan berhenti, meskipun kondisi   motor  penggerak dihidupkan. Di samping kopling utama, terdapat dua kopling kemudi untuk menggerakkan traktor ke kanan atau ke kiri. Traktor tangan juga bisa bergerak maju mundur dengan kecepatan tertentu karena putaran poros motor penggerak disalurkan sampai ke roda.

Ada tiga jenis roda yang digunakan pada traktor tangan, yaitu: roda ban, roda besi, roda apung atau roda sangkar/cage wheell. Roda ban berfungsi untuk transportasi dan mengolah tanah kering. Roda besi digunakan untuk pembajakan di lahan kering. Roda apung digunakan pada saat pengolahan tanah basah. Ukuran roda disesuaikan dengan  spesifikasitraktor. Besar kecilnya roda akan berpengaruh terhadap lajunya traktor (Mardinata dan Zulkifli, 2014).

2.3. Tuas Kendali

  •  Tuas kendali digunakan untuk mengendalikan jalannya traktor. Traktor tangan memiliki banyak tuas kendali untuk mempermudah pekerjaan. Akibatnya, traktor menjadi lebih berat dan harganya lebih mahal. Oleh karena itu, sekarang banyak diproduksi traktor yang dilengkapi hanya dengan beberapa tuas kendali agar lebih ringan dengan harga yang lebih murah. Namun, kemampuan traktor jadinya juga terbatas (Kadirman, 2017).

Tuas kendali dibedakan atas:

  1. Tuas perneling utama traktor tangan
  2. Tuas persneleng cepat lambat traktor tangan
  3. Tuas kopling utama traktor tangan
  4. Tuas persneleng mesin rotary traktor tangan
  5. Tuas persneleng kemudi
  6. Stang kemudi dan kemudi pembantu
  7. Tuas gas traktor tangan
  8. Tombol lampu dan bel traktor tangan
  9. Tuas penyangga depan

Tuas kendali adalah tuas-tuas yang digunakan untuk mengendalikan jalannya traktor. Untuk mempermudah jalannya operasional, traktor roda dua ada banyak tuas kendali. Namun begitu banyaknya tuas kendali ini akan mengakibatkan traktor menjadi lebih berat, dan harganya lebih mahal. Untuk itu sekarang banyak diproduksi traktor yang hanya dilengkapi dengan beberap tuas kendali. Tujuannya agar traktor menjadi ringan, dan harganya menjadi lebih murah. Meskipun kemampuan traktor menjadi terbatas. Tuas kendali yang sering ada pada traktor roda dua adalah sebagai berikut:

1)   Tuas persneleng utama

Tuas persneleng utama berfungsi untuk memindah susunan gigi pada persneleng, sehingga  perbandingan  kecepatan  putar  poros  motor  penggerak  dan  poros  roda dapat diatur.Traktor roda dua yang lengkap biasanya mempunyai 6 kecepatan maju dan 2 kecepatan mundur. Kecepatan ini dapat dipilih  sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan. Sebagai patokan awal dapat digunakan sebagai berikut:

  1. a)Kecepatan satu untuk membajak tanah dengan mesin rotary
  2. b)Kecepatan dua untuk membajak tanah dengan bajak singkal/piringan c)   Kecepatan tiga untuk membajak tanah sawah yang tergenang
  3. c)Kecepatan empat untuk berjalan di jalan biasa
  4. d)Kecepatan lima dan enam untuk menarik trailer/gerobak
  5. e)Mundur satu digunakan pada saat operator berjalan
  6. f)Mundur dua digunakan pada saat operator naik di trailer/gerobak

(Kadirman, 2017).

Gambar 2.1. Kecepatan satu untuk membajak tanah dengan mesin rotary

Gambar 2.2. Kecepatan dua untuk membajak tanah dengan bajak singkal/ piringan

Gambar 2.3. Kecepatan tiga untuk membajak tanah sawah yang tergenang

 

Gambar 2.4. Kecepatan empat untuk berjalan di jalan biasa

Gambar 2.5. Kecepatan lima dan enam untuk menarik traler/gerobak

2)   Tuas persneleng cepat lambat

Tuas  ini  tidak  selalu  ada.  Apabila  tuas  persneleng  utama  hanya  terdiri  dari 3 kecepatan maju dan 1 kecepatan mundur, biasanya traktor roda dua dilengkapi dengan tuas persneleng cepat lambat. Fungsi persneleng ini untuk memisahkan antara pekerjaan mengolah tanah dengan pekerjaan transportasi (berjalan dan menarik trailer/gerobak). Dengan adanya tuas cepat lambat, kemungkinan salah dalam memilih posisi persneleng bisa dikurangi (Kadirman, 2017).

Gambar 2.6. Tuas Persneleng Utama

3)   Tuas kopling utama

Tuas kopling utama berfungsi untuk mengoperasikan kopling utama. Bila tuas dilepas pada posisi pasang/ON, maka tenaga motor akan tersambung ke   gigi persneleng. Sebaliknya apabila ditarik ke posisi netral/bebas/OFF, maka tenaga motor tidak disalurkan ke gigi persneleng. Apabila ditarik lagi maka tuas kopling utama akan tersambung dengan rem yang berada pada rumah kopling utama (Kadirman, 2017).

Gambar 2.7. Tuas Kopling Utama

4)   Tuas persneleng mesin rotary

Tuas persneleng mesin rotary berfungsi sebagai pengatur kecepatan putar poros PTO. Biasanya ada dua macam kecepatan dan satu netral. Apabila hasil pengolahan yang diharapkan halus dan gembur, maka tempatkan posisi tuas persneleng mesin rotary pada posisi cepat. Begitu juga sebaliknya. (Kecepatan putar  pisau  rotary  dapat  juga  diatur dari posisi pemasangan rantai penghubung) (Kadirman, 2017).

Gambar 2.8. Tuas Persneleng

5)   Tuas persneleng kemudi

Ada dua buah tuas kopling kemudi pada setiap traktor roda dua, masing-masing ada di sebelah kanan dan kiri. Tuas ini digunakan untuk mengoperasikan kopling kemudi (kanan dan kiri). Apabila tuas kopling kemudi kanan ditekan, maka putaran gigi persneleng tidak tersambung dengan poros roda kanan. Sehingga roda kanan akan berhenti, dan traktor akan berbelok ke kiri. Begitu juga sebaliknya apabila kopling kiri ditekan (Kadirman, 2017).

Gambar 2.9. Tuas Persneleng Kemudi

6)   Stang kemudi dan kemudi pembantu

Stang kemudi merupakan bagian traktor yang digunakan untuk berpegangnya operator. Stang kemudi digunakan untuk membantu membelokan traktor. Meskipun sudah ada tuas kopling kemudi, namun agar berbeloknya traktor dapat lebih tajam, perlu dibantu dengan stang kemudi. Stang kemudi juga digunakan untuk mengangkat implemen pada saat pengoperasian. Kemudi pembantu digunakan untuk tempat bertumpu bahu operator. Maksudnya agar menambah beban bagian belakang traktor, sehingga hasil pengolahan tanah bisa lebih dalam (Kadirman, 2017).

Gambar 2.10. stang kemudi dan kemudi bantu

7)   Tuas gas

Tuas gas traktor dihubungkan dengan tuas gas pada motor penggerak. Tuas ini digunakan untuk mengubah kecepatan putaran poros motor penggerak yang sesuai dengan tenaga yang dibutuhkan. Tuas ini juga berfungsi untuk mematikan motor traktor, apabila posisinya ditempatkan pada posisi “STOP”.

Gambar 2.11. Tuas Gas

8)   Tombol lampu dan bel

Kadang-kadang traktor digunakan pada waktu malam hari, sehingga diperlukan penerangan.Tombol bel  diperlukan apabila traktor dijalankan di jalan raya. Dengan adanya tombol lampu dan bel ini, motor traktor harus dilengkapi dengan kumparan sebagai sumber arus listrik.

Gambar 2.12. Tombol Lampu dan Bel

9)   Tuas penyangga depan

Tuas  ini  dihubungkan  dengan  penyangga  depan.  Tuas  ini  akan  menggerakkan penyangga depan. Apabila tuas didorong akan mendorong penyangga depan turun untuk menyangga traktor. Traktor roda dua hanya mempunyai dua roda. Apabila traktor dalam keadaan berhenti (ditinggal operator),  maka  untuk  menegakkan traktor diperlukan penyangga (Kadirman, 2017).

Gambar 2.13. Tuas Penyangga Depan

Gambar  2.14. Bagan sisi samping kanan traktor roda empat

Gambar 2.15. Bagan sisi samping kiri traktor roda empat

Traktor roda empat mempunyai kisaran daya motor penggerak yang besar. Traktor yang biasa digunakan di taman/kebun mempunyai daya sekitar 11 kW (15 hp). Traktor ini di pasaran biasa disebut traktor mini atau traktor kebun. Traktor raksasa yang biasa digunakan di perkebunan yang luas mempunyai daya sampai 150 kW (200 hp). Namun begitu, biasanya traktor roda empat yang biasa digunakan  mempunyai daya antara 30 – 60 kW (40 – 80 hp) (Al Farisi, 2012).

2.4. Pengendalaian Traktor

  1. a. Menghidupkan Traktor Roda Empat

Sebagian  besar,  traktor  roda  empat  menggunakan  motor  diesel  sebagai tenaga penggerak dan dihidupkan dengan motor stater. Sebelum traktor dihidupkan, harus diperiksa terlebih dahulu, sehingga traktor siap untuk dioperasikan.  Kran  bahan  bakar  dalam  posisi  “OPEN” (Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenai kejuruan, 2013).

Langkah menghidupkan traktor adalah sebagai berikut:

1)      Naik ke traktor dengan posisi maju, karena sekalian melihat bagian pengendali. Hati-hati tidak boleh menyentuh bagian pengendali, baik tangan maupun kaki.

2)      Duduklah  yang  baik  di  tempat  duduk,  pastikan  seluruh  alat kendali/kontrol terjangkau, karena seluruh anggota badan, diperlukan untuk mengendalikan traktor. Pastikan juga seluruh indikator juga terlihat dengan jelas (tidak terhalang). Posisi tempat duduk bisa disetel.

3)      Semua  saklar  diposisikan  “OFF”,  untuk  menghemat  strom  accu  pada saat kunci kontak pada posisi “ON

4)      Semua tuas dan pedal netral. Sehingga pada saat traktor dihidupkan, seluruh peralatan traktor tidak berjalan.

5)      Masukkan  kunci  kontak  dan  putar ke kanan ke arah “ON

6)      Lihat,    apakah    lampu    indikator pengisian accu dan indikator sirkulasi oli pelumas menyala

7)      Putar kunci kontak ke  kiri ke arah “PREHEAT” selama kurang lebih 10

or

–  20  detik.  Atau  sampai  indikat pemanas   mesin   berpijar,   sebagai tanda     ruang  pembakaran  sudah cukup panas. Dengan panasnya ruang pembakaran,  akan  mempermudah terjadinya proses pembakaran.

8)      Injak penuh pedal kopling, untuk menjaga agar traktor tidak berjalan pada saat distater.

9)      Geser tuas gas pada posisi “START”atau gas tinggi

10)  Putar kunci kontak ke kanan penuh ke  arah “START”,  sehingga motor stater akan memutar motor penggerak.

11)  Setelah      motor      hidup,      segera lepaskan kunci kontak,   sehingga kunci kontak secara otomatis kembali ke posisi “ON”. Untuk mematikan motor stater.

12)  Setelah      motor      hidup,      lampu indikator pengisian accu dan indikator  sirkulasi  oli  pelumas mati.

13)  Kecilkan posisi gas ke idle

14)  Lepaskan pedal kopling pelan-pelan

(Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenai kejuruan, 2013).

  1. Hal-hal yang  perlu  diperhatikan  pada  saat  menghidupkan  traktor  roda empat
  2. Pada traktor yang masih menggunakan tuas dekompresi maka pada saat accu lemah, sebelum memutar kunci kontak ke kanan, ke posisi “START”, tarik tuas dekompresi,  sehingga putaran motor lebih ringan. Setelah motor berputar dengan cepat selama 3–5 detik, doronglah tombol dekompresi, untuk menghasilkan tekanan kembali
  3. Bila  motor  tidak  hidup  selama  10 detik, putarlah kunci kontak pada posisi “ON” kembali. Tunggu sekitar 20     detik     untuk     mendinginkan motor stater. Ulangi langkah menghidupkan. Melakukan stater yang terlalu lama akan merusak motor stater.
  4. Biarkan  motor  berputar  tanpa  beban  (idle)  selama     beberapa  saat.  Jangan memberikan beban berat begitu motor hidup
  5. Untuk menjaga keamanan, jangan menghidupkan traktor di dalam ruangan yang sirkulasi udaranya kurang baik.

(Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenai kejuruan, 2013).

  1.  Mematikan traktor roda empat
  2. Lepaskan  beban  motor  (Apabila traktor baru dioperasikan)

1)      Kecilkan   gas   pada   posisi   “idle” atau  stasioner,  sehingga  putaran mesin akan pelan, selama 1 menit.

  1. d.Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat mematikan traktor roda empat
  2. Tuas atau pedal gGas tidak perlu dinaik-turunkan sebelum dimatikan
  3. Jangan tergesa-gesa dalam mematikan motor
  4. Tidak boleh mematikan traktor dengan tuas dekompresi
  5. Sebelum meninggalkan traktor, semua tuas dalam kondisi netral
  6. Pada  saat  turun,  posisinya  mundur,  tidak  boleh  menyentuh  bagian pengendali.

(Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenai kejuruan, 2013).

  1.  Pemeriksaan pada saat traktor dioperasikan
  2. Lampu indikator pengisian accu, sirkulasi oli pelumas dan temperatur air pendingin harus tetap mati, apabila hidup, hentikan traktor dan matikan motor
  3. Bunyi dan bau traktor yang tidak wajar. Apabila ada bunyi yang tidak wajar  dan  bau  barang  terbakar,  segera  matikan  traktor  dan  lacak sumbernya
  4.  Tengok kondisi bahan bakar, jangan sampai kehabisan
  5. Warna gas buang. Bila knalpot mengeluarkan asap tebal atau kelabu, tanyakan pada teknisi perawatan atau guru pembimbing.

 

Menjalankan traktor di jalan

Menjalankan traktor di jalan, biasa digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu; Menjalankan traktor tanpa implemen, dan untuk alat transportasi. Menjalankan traktor dengan impplemen, biasa dilakukan dari garasi/bengkel ke lahan pertanian atau sebaliknya. Traktor disambung dengan trailer, berguna untuk mengangkut bahan, dalam hal ini termasuk juga untuk mengangkut implemen dari bengkel/garasi ke lahan.

Memulai menjalankan traktor roda empat

  1. Lakukan  langkah  menghidupkan traktor
  2. Posisi  gas  digeser  sedikit  lebih besar dari posisi idle.
  3. Tuas rem parkir dilepas
  4. Pedal kopling diinjak penuh
  5. Tuas persneleng cepat lambat dipindah ke  posisi  “cepat”  atau “lambat”
  6. Tuas persneleng utama dipindah ke posisi jalan (1,2,3 atau R).
  7. Pedal    kopling    utama    dilepas pelan-pelan   agar   traktor   tidak meloncat pada saat mulai jalan.

(Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenai kejuruan, 2013).

Menjalankan lurus ke depan

1)       Lakukan langkah “mulai menjalankan traktor roda empat”

2)       Pada saat traktor berjalan, kedua tangan berada pada kemudi. Posisi ibu jari keluar.

3)       Mata memandang ke depan.

4)       Gas diperbesar untuk mempercepat jalannya traktor sesuai keinginan.

5)       Kedua kaki dipindah ke landasan, jangan di pedal gas, kopling atau rem.

6)       Jangan membelokkan stang kemudi

7)       Jangan memindah posisi gigi persneleng

Menghentikan traktor

1)  Gas dikecilkan pada posisi idle untuk mengurangi kecepatan

2)  Injak pedal kopling sehingga posisi transmisi terlepas

3)  Injak pedal rem, traktror akan berhenti.

4)  Persneleng utama dan persneleng cepat lambat dinetralkan.

Menjalankan lurus ke belakang.

  1. Lakukan langkah “mulai menjalankan traktor roda empat”
  2. Badan diputar ke kiri atau ke kanan sedikit untuk melihat ke belakang.
  3. Pada saat traktor berjalan, kedua tangan berada pada kemudi
  4. Mata memandang ke belakang.
  5. Gas diperbesar untuk mempercepat jalannya traktor sesuai keinginan.
  6. Jangan membelokkan stang kemudi
  7. Jangan memindah posisi gigi persnele

Mengganti gigi persneleng

  1. Lakukan langkah menghentikan traktor
  2. Pindahkan posisi gigi persneleng sesuai kecepatan yang diinginkan.
  3. Mulai menjalankan traktor lagi.

Membelokkan traktor di jalan

  1. Gas dikecilkan sebelum traktor dibelokkan.
  2. Biarkan setengah badan traktor melewati belokan
  3. Putar stir kemudi ke kanan atau ke kiri
  4. Pada saat mulai membelok jangan terlalu ke tepi, karena untuk haluan

(Direktorat Pembinaan Sekolah Mengenai kejuruan, 2013).

 
0

Penggilingan dan Pengeringan

Posted by andi telaumbanua on Oct 9, 2018 in ALAT Dan MESIN PERTANIAN

Penggilingan dan Pengeringan

Tanaman padi-padian dengan biji yang kecil, biji harus sudah dirontokkan dari tangkainya. Untuk memisahkan biji dari bahan pengikatnya pada berbagai tanaman diperlukan jenis mesin yang berbeda. Dahulu padi-padian dipotong dengan suatu pengikat dan ikatan-ikatan tersebut di bawa ke suatu mesin perontok yang stasioner, ditempat tersebut padi-padian dirontokkan kemudian dimasukkan ke dalam karung. Sebuah paten diberikan kepada Samuel Lane untuk gabungan pemanen perontok. Mesin pemanen perontok terpadu, memotong bulir-bulir tanaman yang berdiri, merontok dan membersihkan gabahnya (Hardjosentono, 1978).

Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU rata-rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0 ton/jam, walau mungkin sudah ada yang lebih besar lagi. Mesin ini bila dilihat fisiknya menyerupai mesin tunggal dengan fungsi banyak, namun sesungguhnya memang terdiri dari beberapa mesin yang disatukan dalam rancangan yang kompak dan bekerja secara harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU sesungguhnya terdapat bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan BPK dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik beras (beras utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir). Kesemua fungsi tersebut dikemas dalam satu mesin yang kompak dan padat, sehingga praktis dan mudah digunakan. Salah satu bentuk RMU (Rizaldi, 2006).

Rice milling unit merupakan suatu mesin yang berfungsi untuk mngupas kulit luar padi dan memutihkan padi supaya mutu serta kualitas padi tetap terjaga. Rice milling unit memilliki berbagai kelabihan dibandingkan dengan pengupasan padi tradisional diantanya adalah sebagai berikut:

  1. Beras yang dihasilkan lebih bersih dan mengkilap sehingga meningkatkan harga jual.
  2. Proses produksi lebih cepat mudah dan menyenangkan
  3. Mengurangi kebutuhan tenaga kerjaHasil produksi lebih banyak dengan waktu yang singkat
  4. Minimalnya beras pacah (broken) sehingga dapat mempertahankan mutu.

Beras merupakan sumber utama kalori bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pangsa beras pada konsumsi kalori total adalah 54.3% atau dengan kata lain setengah dari intake kalori masyarakat Indonesia bersumber dari beras (Harianto, 2001). Mutu beras giling dikatakan baik jika hasil proses penggilingan diperoleh beras kepala yang banyak dengan beras patah minimal. Mutu giling ini juga ditentukan dengan banyaknya beras putih atau rendemen yang dihasilkan. Mutu giling ini sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomis dari beras. Salah satu kendala dalam produksi beras adalah banyaknya beras pecah sewaktu digiling. Hal ini dapat menyebabkan mutu beras menurun (Allidawati dan Kustianto,1989).

Penggilingan beras berfungsi menghilangkan sekam dari bijinya dan lapisan aleuron, sebagian mapun seluruhnya agar menhasilkan beras yang putih serta beras pecah sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan alat pecah kulit, kemudian gabah tersebut dimasukkan ke dalam alat penyosoh untuk membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras. selama penyosohan terjadi, penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi butir patah. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988).

Beras giling dipengaruhi banyak faktor yang terbagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1 adalah faktor yang mempengaruhi rendemen melalui pengaruhnya terhadap mutu gabah sebagai bahan baku dalam proses penggilingan yang meliputi varietas, teknik budidaya, cekamaman lingkungan, agroekosistem, dan iklim. Kelompok 2 merupakan faktor penentu rendemen yang terlibat dalam proses konversi gabah menjadi beras, yaitu teknik penggilingan dan alat penggilingan. Kelompok 3 menunjukkan kualitas beras terutama derajat sosoh yang diinginkan, karena semakin tinggi derajat sosoh maka rendemen akan semakin rendah. Susut mutu dari suatu hasil giling dapat diidentifikasikan dalam nilai derajat sosoh serta ukuran dan sifat butir padi yang dihasilkan. Umumnya semakin tinggi derajat sosoh, persentase beras patah menjadi semakin meningkat pula. Ukuran butir beras hasil giling dibedakan atas beras kepala, beras patah, dan menir (Nugraha et al, 1998).

Berdasarkan persyaratan yang dikeluarkan oleh Bulog, beras kepala merupakan beras yang memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh. Beras patah memiliki ukuran butiran 2/10 bagian sampai 6/10 bagian beras utuh. Menir memiliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh  atau melewati lubang ayakan 2.0 mm (Waries, 2006).

Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang dikandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya, kandungan air bahan tersebut di kurangi sampai batas sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai apabila telah dikeringkan, misalnya tembakau, kopi dan biji-bijian (Djarwo, 1988).

Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan air. Proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan biji- bijian akibat aktivitas biologi  dan kimia sebelum bahan diolah (digunakan). Cara ini dilakukan dengan cara menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan tejadinya aliran uap air dari bahan ke udara.

Pengeringan mempunyai beberapa kerugian yaitu karena sifat asal bahan yang di keringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, misalnya bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya. Kerugian yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan tambahan sebelum di pakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi) sebelum digunakan. Pengeringan dapat berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan uap air yang di ambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Factor-faktor yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan (Mujumdar, 1995).

Pengeringan merupakan proses mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Semakin banyak kadar air dalam suatu bahan, maka semakin cepat pembusukannya oleh mikroorganisme. Bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan kandungan nutrisinya masih ada. Akan tetapi misalnya pada ikan asin, dilakukan penggaraman terlebih dulu sebelum dikeringkan. Ini dilakukan agar spora yang dapat meningkatkan kadar air dapat dimatikan (Ranganna, 1997).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan antara lain:

  1. Laju pemanasan waktu energy (panas) dipindahkan pada bahan.
  2. Jumlah panas yang dibutuhkanuntuk menguakan tiap pound air.
  3. Suhu maksimum pada bahan.
  4. Tekanan pada saat terjadinya penguapan.
  5. Perubahan lain yang mungkin terjadi didalam bahan selama proses penguapan

Alat pengering mempunyai banyak jenis, antara lain yaitu alat pengering tipe bak dan alat pengering tipe rak (tray dryer). Alat pengering tipe rak (tray dryer) mempunyai bentuk persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Pada umumnya rak tersebut tidak dapat dikeluarkan. Beberapa alat pengering jenis ini raknya mempunyai roda sehingga dapat dikeluarkan dari alat pengeringnya. Bahan diletakkan di atas rak (tray) yang terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang-lubang ini untuk mengalirkan udara panas dan uap air (Rizaldi, 2006).

Jenis alat pengering yang lain, yaitu alat pengering hampa udara. Alat ini digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan yang peka terhadap suhu tinggi seperti sari buah dan larutan pekat lainnya. Ukuran alat ini hampir sama dengan pengering tipe rak (tray dryer) tapi dioperasikan dalam keadaan hampa udara. Pengering pada alat ini berlangsung dengan cepat pada suhu rendah. Pemanasan terjadi dengan jalan memasukkan udara panas ke dalam ruang pengering melalui lubang-lubang yang terdapat pada setiap rak. Bahan ditebarkan setipis mungkin diatas rak-rak yang terletak diatas papan yang berlubang. uap air yang terbentuk  dihisap dengan menggunakan vektor uap (Rizaldi,2006).

 
0

Alat dan Mesin Pertanian

Posted by andi telaumbanua on Oct 9, 2018 in ALAT Dan MESIN PERTANIAN

Alat dan Mesin Pertanian

Penggunaan alat traktor sebagai alat pengolah tanah merupakan sarana substitusi tanah maupun tenaga kerja, karena dapat bersifat memudahkan penguasaan tenaga yang lebih besar sehingga dapat ditanami tanah yang lebih luas. Teknologi yang memberi peluang pengganti tenaga kerja dengan faktor produksi lain sering disebut teknologi hemat tenaga, sedangkan teknologi yang memberikan peluang yang menggantikan tanah dengan faktor-faktor produksi lain disebut teknologi hemat tanah (Hardijiseutomo, 1978).

Penggunaan alat dan mesin pertanian sudah sejak lama digunakan dan perkembangannya mengikuti dengan perkembangan kebudayaan manusia. Pada awalnya alat dan mesin pertanian masih sederhana dan terbuat dari batu atau kayu kemudian berkembang menjadi bahan logam. Susunan alat ini mula-mula sederhana, kemudian sampai ditemukannya alat mesin pertanian yang komplek. Dengan dikembangkannya pemanfaatan sumber daya alam dengan motor secara langsung mempengaruhi perkembangan dari alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

Traktor roda dua adalah suatu alat pengolahan lahan yang biasanya dipakai di kebun, tetapi bisa digunakan di sawah apabila dilengkapi dengan suatu peralatan seperti bajak, garu perata tanah, pembuat pematang, dll. Tenaga penggerak 15 PK, poros tunggal, dikendalikan dengan tangan oleh pengemudi yang berjalan dibelakangnya, dengasn atau tidak dengan kopling sedangkan kemudi dan gas ditangan (Nawawi, 2001).

Traktor roda dua atau traktor tangan adalah mesin-mesin yang dapat digunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain pekerjaan pertanian dengan alat pengolah tanahnya digandengkan atau dipasang dibagian belakang mesin. Mesin ini mempunyai efisiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dilakukan dalam waktu bersamaan (Hardjosentono, 1996).

Traktor roda empat adalah salah satu alat pengolah tanah jika dilengkapi dengan peralatan pengolah tanah, seperti bajak singkal, bajak piring, garu piring, dll. Secara umum traktor roda empat adalah traktor dengan tenaga  penggerak dari motor diesel dengan didukung empat buah roda. Traktor ini dirancang untuk bekerja di lahan kering, bukan untuk lahan sawah. Berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi traktor mini, menengah, dan traktor besar (Hardjomidjojo, 1988).

Traktor besar dicirikan sebagai traktor yang mempunyai dua buah poros roda (beroda empat atau lebih), panjangnya berkisar 1740–2010 mm dan dayanya berkisar 20–120 HP. Jenis traktor ini harganya sangat mahal sehingga petani masih belum mampu untuk memiliki secara perorangan. Di samping itu penggunaannya pun kurang efisien mengingat bentuk petakan sawah yang relatif kecil. Traktor ini banyak dijumpai pada perusahaan-perusahaan yang mempunyai areal yang luas dan modal yang cukup besar (Rizaldi, 2006).

Alat dan mesin penanaman adalah suatu peralatan yang digunakan untuk menempatkan benih, tanaman, atau bagian tanaman pada areal yang telah disiapkan baik di dalam ataupun diatas permukaan tanah. Tujuan penanaman adalah  menempatkan biji didalam tanah untuk memperoleh perkecambahan dan tegakan yang baik, tanpa harus melakukan penyulaman Alat mesin penanam dibedakan menjadi dua, yaitu seeder dan rice transplanter (Purwadi, 1990).

Dalam perkembangan alat dan mesin penanam ini dikenal dari bentuk  tradisional sampai dalam bentuk yang modern. Pada umumnya bahwa prinsip dasar kerja dari alat tanam adalah sama, baik jenis yang didorong atau ditarik tenaga manusia, ditarik  hewan atau traktor. Prinsip kerjanya yaitu pembukaan alur atau lubang, mekanisme penjatuhan benih, dan penutupan alur atau lubang (Ananto, 1997).

Fungsi mesin penanam, yaitu meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman, jumlah tertentu dan seragam, dan pada sebagian besar alat penanam akan menutup dengan tanah kembali. Alat dan Mesin Pertanian dapat membantu petani dalam mengatasi masalah keterbatasan tenaga kerja. Penggunaan alat dan mesin pertaniandapat membantu petani dalam memperluas garapan dan intensitas tanam serta pelaksanaan kegiatan yang tepat waktu. Penanaman yaitu usaha menempatkan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarluaskan biji di atas permukaan tanah (Irwanto, 1980).

 

Alat penanaman dengan sumber bahan tanam yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

  1. Transplanter

Transplanter merupakan alat penanam bibit dengan jumlah, kedalaman, jarak dan kondisi penanaman yang seragam. Pada penanaman padi, dapat dibedakan berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit padinya. Yang pertama, yaitu mesin yang memakai bibit yang ditanam/disemai di lahan. Kelebihannya dapat digunakan tanpa harus mengubah cara persemaian bibit yang biasa dilakukan secara tradisional sebelumnya. Namun demikian waktu yang dibutuhkan untuk mengambil bibit cukup lama, sehingga kapasitas kerja total mesin menjadi kecil. Yang kedua adalah mesin tanam yang memakai bibit yang secara khusus disemai pada kotak khusus. Mesin jenis ini mensyaratkan perubahan total dalam pembuatan bibit. Persemaian harus dilakukan pada kotak persemaian bermedia tanah, dan bibit dipelihara dengan penyiraman, pemupukan hingga pengaturan suhu.

Dilihat dari jenis sumber tenaga untuk menggerakkan mesin, terdapat 3 jenis mesin tanam bibit yaitu alat tanam yang dioperasikan secara manual, mesin tanam yang digerakkan oleh traktor dan mesin tanam yang memiliki sumber tenaga atau enjin sendiri. Berdasarkan sistem pendukungnya, mesin ini dapat dibedakan menjadi yang bergerak dengan roda, dan yang bergerak dengan roda dan dilengkapai dengan papan pengapung. Jenis mesin yang manapun dipergunakan, permukaan lahan sawah harus datar dan rata, kedalam air harus rata, demikian juga kekerasan tanah juga harus sama, karena hal ini akan memberikan kestabilan operasi. Jika tidak, akan banyak terjadi kegagala penancapan bibit, sehingga akan butuh waktu yang cukup lama untuk penyulaman secara manual (Pearson, 1990).

  1. Seeder

Alat penanam berfungsi meletakkan benih yang akan ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif tinggi. Bila benih dengan menggunakan alat tanam, maka mekanisme kerja alat akan mempengaruhi penempatan benih di dalam tanam, yaitu berpengaruh pada kedalaman tanam, jumlah benih tiap lubang, jarak antar lubang dalam baris, dan jarak antar baris. Disamping itu ada kemungkinan kerusakan benih dalam proses aliran benih dalam alat tanam. Benih tanaman yang berupa biji-bijian memiki bentuk, ukuran, kekuatan agronomis yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan alat tanam yang memiliki kekuatan tanam yang berbeda. Beberapa sifat fisis benih yang mempengaruhi alat tanam, yaitu ukuran, bentuk, keseragaman bentukdan ukuran, density per satuan volume, dan tekanan terhadap tekanan dan gesekan (Irwanto, 1980). Penebaran benih dan pola pertanaman dengan alat penanam digolongkan menjadi 5 macam:

  1. a)Broadcasting (benih disebar pada permukaan tanah)
  2. b)Drill seedling (benih dijatuhkan secara random dan diletakkan pada kedalaman tertentu dalam alur sehingga diperoleh jalur tanaman tertentu).
  3. c)Pesicion drilling (benih ditanam secara tunggal dengan interval yang sama dengan alur)
  4. d)Hill dropping (kelompok benih dijatuhkan secara random dengan interval yang hampir sama dengan alur)

Chezktow planting (benih diletakkan pada tempat tertentu sehingga diperoleh lajur tanaman dengan dua arah yang sama)

Berdasarkan tenaga yang digunakannya alat penyemprot dibedakan menjadi alat penyemprot dengan tenaga tangan (handsprayer), dan alat penyemprot dengan pompa tekanan tinggi. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan (Hidayat, 2001).

Umumnya kriteria yang banyak diutamakan pemakai adalah kriteria jaminan ketersediaan suku cadang, keamanan dalam penggunaan alat, ekonomis, kapasitas dan kepraktisan. Demikian pula kesimpulannya yaitu bahwa sprayer yang paling baik dari segi kinerja penyemprotannya adalah sprayer elektrostatik dan yang paling buruk sprayer hidrolik (Mimin et.al, 1992).

Alat penyemprot (sprayer) merupakan alat mesin untuk memecah suatu cairan atau larutan suspensi menjadi tetesan (butiran tetesan) dengan besar ukuran tertentu. Pada dasarnya penyemprot yang umum digunakan dikalangan pertanian adalah penyemprot tipe gendong. Tipe ini dibagi dua jenis yaitu penyemprot automatis dan semi automatis. Komponen penyemprot tipe gendong terdiri dari tiga bagian, yaitu tangki (reservoir), bagian pompa (unit pompa), bagian pengabut (unit selang dan pelengkap nozzle) (Hardjosentono, 1978).

Sprayer merupakan alat aplikator pestisida yang sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama & penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi. samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pestisida yang diaplikasikan tidak sesuai (melebihi) dari dosis yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi (Siregar, 1984).

Pompa adalah alat untuk menggerakan cairan atau adonan. Pompa menggerakan cairan dari tempat bertekanan rendah ke tempat dengan tekanan yang lebih tinggi, untuk mengatasi perbedaan tekanan ini maka diperlukan tenaga (energi) (Haryono, 1982).

Ada beberapa tipe pompa yang digunakan pada area pertanian, yaitu:

  1. Pompa plunyer
  2. Pompa torak
  3. Pompa sentrifugal
  4. Pompa propeller (aksial)

Pompa plunyer, pompa ini sesuai untuk sumur yang dalam. Pompa ini diletakkan dalam sumur dan digerakkan dengan system tungkai dan poros engkol di atas tanah. Plunyer ini biasanya terbuat dari kunigan yang dilengkapi dengan katup-katup hisap dan tekan. Pompa plunyer ini digerakkan oleh motor listrik.

Pompa torak, pompa ini digunakan untuk sumur yang rendah. Alat ini terdiri dari torak yang bergerak bolak-balik di dalam silinder kecil yang mempunyai lubang-lubang hisap dan pengeluaran.

Pompa sentrifugal merupakan jenis yang sederhana dan mudah dalam pemeliharaan, tetapi efisiensinya lebih rendah dibanding dengan pompa torak dan plunyer. Dalam tipe yang sederhana, baling-baling melentur digerakkan dengan kecepatan tinggi dalam rumah-rumah yang berbentuk piringan. Baling-baling merupakan bagian penting dari pompa sentrifugal.

Pompa propeller merupakan pompa tipe sedot rendah yang cocok untuk operasi traktor pada pekerjaan pengairan limpah atau pada waktu pengisian persediaan air.

Suatu hal yang paling mendasar yang masih belum diperhatikan dalam pengembangan teknologi pertanian di Indonesia hingga kini adalah kurang memadainya dukungan prasarana pertanian. Prasarana pertanian kita belum dikelola secara baik, sehingga masih agak sulit atau lambat dalam melakukan introduksi mesin-mesin pertanian. Pengelolaan lahan, pengaturan dan manejemen pengairan yang meliputi irigasi dan drainase, serta pembuatan jalan-jalan transportasi daerah pertanian, dan masih banyak lagi aspek lainnya yang belum disentuh secara sungguh-sungguh dan professional (Robbins, 2005).

 
0

Macam-macam Pengolahan Tanah Kering

Posted by andi telaumbanua on Oct 9, 2018 in ALAT Dan MESIN PERTANIAN

 Macam-macam Pengolahan Tanah Kering

 b.  Pengolahan Tanah Primer atau Pertama (awal) :

–  Tanah dipotong, diangkat, terus dibalik agar sisa tanaman yang berada di permukaan dapat terbenam ke dalam tanah.

–      Ke  dalam pemotongan dan pembalikan umumnya lebih dari 15 cm.

–  Hasil pengolahan tanah pertama masih berupa bongkah-bongkah besar, kerena proses penggemburan belum berlangsung efektif.

–  Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama sekali digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan membalik tanah. Alat-alat tersebut dikenal ada beberapa macam, yaitu :

  1.  bajak singkal (moldboard plow)

  2.  bajak piring (disk plow)

  3.  bajak pisau berputar (rotary plow)

  4.  bajak chisel (chisel plow)

  5.   bajak subsoil (subsoil plow)

  1.  Bajak Singkal

Bajak singkal ini dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang memotong dan membalik tanah disebut bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau lebih. Bottom ini dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : 1) singkal (moldboard), 2) pisau (share), dan 3) penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut diikat pada bagian yang disebut pernyatu (frog). Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam). Bagian-bagian dari bajak singkal satu bottom secara terperinci dapat dilihat pada gambar berikut.

  1. Bajak Piring

Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik melalui bantalan (bearing), sehingga pada saat beroperasi ditarik oleh traktor maka piringannya dapat berputar. Dengan berputaraya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi gesekan dan tahanan tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak dapat berada disamping rangka atau berada di bawah rangka. Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam pembalikan potongan tanah. Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur belakang (rear furrow wheel). Beberapa keuntungan menggunakan bajak ini adalah :

  1. Dapat bekerja ditanah keras dan kering

  2. Dapat untuk tanah-tanah yang lengket

  3. Dapat untuk tanah-tanah yang berbatu

  4. Dapat untuk tanah-tanah berakar

  5. Dapat untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang dalam.

  1. Bajak Rotari / Pisau Berputar

Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar. Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar karena digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi.

Ada tiga jenis bajak rotari yang biasa dipergunakam. Jenis pertama yang disebut dengan tipe tarik dengan mesin tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis ini terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan gerak majunya ditarik oleh traktor.

Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull power take off driven rotary plow). Alat ini digandengkan dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor.

Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun berpenggerak sendiri (self propelled garden type rotary plow). Alat ini terdapat pada traktor-traktor roda 2. Bajak rotari digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk. Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping mengolah tanah bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak .

  1. Bajak Chisel

            Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka. Digunakann untuk memecah tanah yang keras  sampai kedalaman  sekitar   18  inci.Diperlengkapi dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman pemecah tanah.  Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 inci.  Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai.

  1. Bajak Subsoil

            Alat ini hampir sama dengan bajak  chisel hanya bentuknya lebih besar dan digunakan untuk pengolahan tanah yang lebih dalam. Menggunakan alat ini dapat memecahkan tanah pada kedalaman 20 sampai 36 inci.

Alat ini sering juga digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah (hardpan), atau untuk  memperbaiki drainase tanah.

  1. Bajak Raksasa

Alat ini sesuai dengan namanya, berbentuk sangat besar dan digunakan untuk membalik tanah pada kedalaman 100 sampai 180 cm. Dengan menggunakan alat ini tanah subur yang ada di dalam tanah dap at diangkat keatas permukaan tanah. Dapat berbentuk bajak singkal atau bajak piringan.

   a. Pengolahan Tanah Sakunder

–  Pembajakn bertujuan untuk meningkatkan peredaran air dan udara dalam tanah. Ketersediaan O2 di alam pada dasarnya cukup dapat diserap oleh tanah. O2 biasanya berpengaruh pada kehidupan bakteri dan tanaman. Pengolahan tanah dapat meningkatkan penyerapan O2 dari udara sehingga ketersediaan O2 dalam tanah cukup tersedia.

–   Maksudnya diadakan penggemburan adalah agar drainase dan aerasi tanah menjadi baik sehingga baik untuk ditanami tanaman budidaya.

– Pembuatan parit untuk menghindari penggenangan oleh air, maka sekeliling bedengan harus dibuat parit. Parit dibuat dengan lebar 50 cm dan kedalaman 30-50 cm dibuat mengelilingi bedengan, lahan dicangkul maju dengan mengisi parit sebelumnya. Dengan demikian paritnya akan berpindah lebih maju, cara ini dilakukan sampai seluruh lahan terolah.

–  Pemupukan biasanya diberikan untuk mengganti unsur-unsur hara makro, karena unsur hara makro relatif lebih banyak diperlukan tanaman daripada unsur hara mikro. Setelah selesai pengolahan tanah, tanah diberi pupuk SP36 dan KCl. Pemberian pupuk tersebut dilakukan sebelum dilakukan penaburan benih dan penanaman bibit. Maksud dari pemberian pupuk SP36 adalah untuk mempercepat pertumbuhan akar selain itu juga untuk mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman dewasa pada umumnya serta untuk meningkatkan biji-bijian dan memperkuat tubuh tanaman. Sedangkan tujuan dari pemberian pupuk KCl adalah untuk meningkatkan kualitas biji serta untuk meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit.

Copyright © 2024 All rights reserved. Theme by Laptop Geek.