0

Faktor-Faktor Pembentukan Tanah

Posted by andi telaumbanua on Oct 10, 2018 in TAnah

Faktor-Faktor Pembentukan Tanah

Tanah berkembang dari bahan induk berupa bebatuan. Bebatuan ini melapuk sebagai akibat interaksi faktor-faktor lingkungan, termasuk makhluk hidup. Bidang ilmu yang mempelajari pembentukan tanah dari bahan induknya dinamakan dengan genesa tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tanah pada dasarnya dapat dibedakan menjadi lima komponen (Jenny, 1946), yakni (1) iklim, (2) bahan induk, (3) organisme, (4) topografi, dan (5) waktu. Hubungan antara kelima faktor pembentukan tanah disajikan pada Gambar 4.

  1. Iklim

Iklim adalah faktor yang sangat penting dalam pemben­tukan tanah. Komponen iklim yang paling penting dalam hal ini adalah suhu dan curah hujan. Kedua komponen iklim ini sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika tanah.

Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam kecepatan reaksi kimia tanah. Setiap kenaikan suhu sebesar 10o C akan mempercepat reaksi kimia 2 kali lipat. Selanjutnya,  reaksi yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah juga sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya.

Curah hujan merupakan faktor yang sangat penting dalam pelarutan dan pengangkutan (pencucian koloid tanah serta kation yang dikandung tanah). Di daerah tropis, curah hujan serta suhu biasanya cukup tinggi sehingga proses pelapukan serta pencucian berjalan dengan sangat cepat. Hal ini akan menghasilkan pelapu­kan lanjut, tanah miskin hara serta memiliki reaksi masam. Sebaliknya pada daerah kering, proses pencucian berjalan sangat lambat sehingga menghasilkan tanah yang kurang masam dan kandungan kation basa lebih tinggi.

  1. Bahan Induk

Bahan induk merupakan bahan asal terbentuknya tanah. Sifat-sifat bahan induk akan sangat mempengaruhi sifat tanah yang dihasilkan. Sifat-sifat ini bahkan masih dapat dilihat pada tanah yang terdapat di daerah humid yang telah mengalami pelapukan lanjut. Salah satu contoh adalah apabila tanah bertek­stur pasir, maka tentu dia berkembang dari bahan induk yang mengandung pasir dalam jumlah tinggi.

Susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya mempenga­ruhi intensitas tingkat pelapukan, akan tetapi juga menentukan jenis vegetasi yang tumbuh di atasnya. Sebagai contoh, tanah mineral yang kaya kapur akan menghambat terjadinya pemasaman tanah. Di samping itu vegetasi yang tumbuh di atasnya juga kaya akan kapur. Pengembalian vegetasi ini ke dalam tanah akan meng­hambat kemasaman tanah.

Bahan induk tanah pada dasarnya dibedakan menjadi tiga bagian, yakni (1) batuan beku, (2) batuan sedimen, dan (3) batuan metamorfosa.

(1) Batuan beku

Batuan beku terbentuk karena magma yang membeku. Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan ini dibedakan menjadi :

  1. Batuan beku atas (batuan vulkanik) yakni magma yang membeku di permukaan bumi.
  2. Batuan beku gang yakni magma yang membeku di saluran (antara sarang magma dan permukaan bumi).
  3. Batuan beku dalam yakni magma yang membeku di sarang magma.

            Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi batuan beku masam, batuan beku intermedier, dan batuan beku basa. Semakin tinggi kadar SiO2 maka sifat batuan semakin asam.

(2) Batuan Sedimen

            Batuan sedimen (endapan) dibedakan menjadi batuan endapan tua dan batuan endapan baru.

  1. Batuan endapan tua yakni bahan endapan (pada umumnya endapan laut) yang telah diendapkan berjuta tahun yang lalu sehingga membentuk batuan yang keras. Contoh batuan ini adalah batuan gamping, batuan pasir serta batuan liat.
  2. Batuan endapan baru yakni bahan endapan yang masih baru sehingga belum menjadi batu. Contohnya adalah bahan yang diendapkan oleh air (di daerah banjir) dan bahan yang diendapkan oleh angin (di daerah pantai).

(3) Batuan Metamorfose

            Batuan ini berasal dari batuan beku atau batuan sedimen yang karena tekanan dan suhu yang tinggi akan berubah menjadi jenis batuan yang lain. Batuan ini pada umumnya bertekstur lembar (foliated texture) sebagai akibat rekristalisasi beberapa mineral dan orientasi mineral menjadi paralel sehingga membentuk lembaran. Beberapa contoh batuan ini adalah :

  1. Batuan metamorf dengan lembaran halus yang disebut dengan schist, misalnya mika schist.
  2. Batuan metamorf dengan lembaran kasar disebut dengan Ggneis, misalnya granit gneis.
  3. Beberapa batuan metamorf tidak menunjukkan tekstur lembar, misalnya kwarsit (dari batu pasir) dan marmer (dari batu kapur karbonat).

(4) Bahan Induk Organik

Pada daerah rawa yang selalu tergenang air, penghancuran bahan organik terjadi sangat lambat (lebih lambat daripada penimbunannya), sehingga terjadi penimbunan bahan organik. Bahan organik ini Selanjutnya,  akan menjadi bahan induk tanah gambut yang banyak dijumpai di daerah pantai di Indone­sia, misalnya di sepanjang Timur pantai Sumatera, pantai Barat, Selatan dan Timur Kalimantan, dan batas Selatan Irian Jaya.

  1. Organisme

Selain sebagai sumber bahan organik, organisme juga membantu dalam siklus hara, menstabilkan struktur serta mampu menghambat erosi tanah. Perbedaan jenis vegetasi antara lingkungan hutan dan padang rumput akan menghasilkan jenis tanah yang berbeda pula. Selain itu, kandungan unsur kimia pada tanaman juga mempengaruhi sifat tanah yang ada di sekitarnya. Misalnya, jenis cemara tertentu mengandung kation Ca, Mg, dan K yang rendah. Dengan demikian, , siklus hara yang berada di bawah tanaman ini akan lebih rendah dari pada yang terjadi di bawah tanaman yang berdaun lebar yang lebih kaya basa. Jadi, tanah yang berada di bawah pohon pinus/cemara akan lebih masam. Selain itu pencucian basa pada lingkungan ini juga lebih intensif.

  1. Topografi

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk le­reng. Topografi ini mempengaruhi pembentukan tanah dengan cara :

1).    Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh tanah.

2).    Mempengaruhi kedalaman air tanah.

3).    Mempengaruhi besarnya erosi.

4).    Mengarahkan gerakan air dan bahan yang terlarut di dalamnya.

Topografi suatu daerah dapat menghambat ataupun mempercepat pengaruh iklim dalam proses penghancuran bebatuan. Pada daerah datar atau cekung, air tidak begitu nampak. Sebaliknya di daerah bergelombang, drainase tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim (curah hujan dan temperatur) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat. Pada daerah lereng, erosi biasanya terjadi lebih cepat sehingga mengakibatkan tanah lebih dangkal. Sebaliknya pada daerah kaki bukit, terjadi penim­bunan bahan-bahan dari daerah atas sehingga tanah lebih tebal.

Sifat-sifat tanah yang biasanya berkaitan dengan relief ini antara lain :

1).    Ketebalan solum

2).    Ketebalan dan kadar bahan organik pada horizon A

3).    Kandungan air tanah

4).    Warna tanah

5).    Tingkat perkembangan horizon

6).    Kejenuhan basa

  1. Waktu

Tanah adalah benda alam yang terus menerus mengalami peruba­han. Adanya pencucian serta pelapukan yang berlangsung terus menerus akan menghasilkan tanah yang semakin tua dan semakin kurus. Pada tanah ini, mineral yang mudah lapuk sudah habis dan yang tert­inggal hanya mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Selain itu, seiring meningkatnya usia tanah, maka profil tanah juga semakin berkembang.

Berdasarkan waktu pembentukannya, tanah dibedakan menjadi :

1).    Tanah muda (immature atau young soil)

2).    Tanah dewasa (mature soil)

3).    Tanah tua (old soil).

 

Tingkat Perkembangan Tanah

  1. a)Tanah muda

Pada tanah ini, pembentukan tanah baru pada tahap pencampu­ran bahan organik dengan bahan mineral yang terdapat di permukaan tanah. Pembentukan struktur tanah terjadi karena adanya pengaruh bahan organik. Horizon yang terbentuk pada tanah ini baru horizon A dan C. Pada tanah ini, sifat tanahnya masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya. Contoh tanah ini adalah Entisol (Aluvial, Regosol).

  1. b)Tanah dewasa

Tanah muda masih akan terus mengalami pelapukan serta pencucian lanjut sehingga terbentuklah horizon B. Tingkat kesubu­ran tanah ini adalah yang paling tinggi karena di satu fihak unsur hara dari mineral telah tersedia dan di lain fihak pencucian belum begitu intensif. Contoh tanah ini adalah Inceptisol (latosol coklat, andosol), Vertisol, dan Mollisol.

  1. c)Tanah tua

Pada tanah ini pelapukan serta pencucian bahan-bahan telah berjalan secara lanjut. Kondisi ini mengakibatkan horizon tanah telah mengalami diferensiasi secara nyata. Pada horizon A dan B terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, dan B3. Adanya pencucian yang tinggi mengakibatkan tanah mengalami kekurangan kation basa sehingga tanah menjadi masam dan miskin unsur hara. Contoh tanah tua adalah Ultisol (P.M.K) dan Oxisol (Laterit).

Waktu yang diperlukan untuk pembentukan setiap jenis tanah berbeda-beda. Tanah yang berkembang dari bebatuan yang keras akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk pembentukan tanahnya dibandingkan dengan tanah yang berkembang dari bahan induk yang lunak dan lepas.

Adanya kekeringan serta erosi dapat menghambat perkembangan tanah. Dengan demikian, , tua atau mudanya tanah tidak dapat dinya­takan dari umur tanah tersebut dalam tahun, tetapi didasar­kan kepada tingkat perkembangan horizon-horizon tanah yang ada. Pembentukan tanah mula-mula berjalan agak cepat, tetapi semakin tua tanah proses ini berjalan semakin lambat.

 
0

Jenis – jenis tanah utama di Indonesia

Posted by andi telaumbanua on Oct 10, 2018 in TAnah

Jenis – jenis tanah utama di Indonesia

1. Jenis-jenis tanah pada lahan kering
Tanah-tanah yang biasa terdapat dilahan kering di Indonesia meliputi ordo ultisol (podsolid merah-kuning), Oxisol, Alfisol, inceptisol, dan Andosol.

  1. Ultisol
    Ultisol adalah tanah tua yang sudah mengalami tingkat pelapukan yang lanjut. Tanah ini dibentuk dari tufa masam, batu pasir, batu endapan pasir masam ; terletak diatas medan bergelombang hingga berbukit. Vegetasi utama adalah hutan tropic, padang alang-alang, melastoma dan pepakuan.
    Kandungan mineral tanah mineral ini yang dapat dilapuk sangat rendah, sehingga suplai hara yang berasal dari tanah sangat kecil. Tanah ini bersifat masam (pH rendah). Kejenuhan basa kurang dari 35 %, kandungan liat tinggi, dengan kestabilan agregat yang sangat tinggi, kandungan bahan organik sangat rendah, sehingga miskin akan cadangan haranya.
  2. Oxisol
    Oxisol adalah tanah mineral yang kaya akan seskuioksida, telah mengalami pelapukan lanjut. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga KTK rendah (< 16 Me/100 g liat). Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. sifat-sifat khusus tanah ini antara lain cadangan unsur hara sangat rendah, kesuburan alami sangat rendah, kandungan Al yang dapat dipertukarkan tinggi, permeabilitas baik, tahan trhadap erosi.
    Proses pembentukan tanah yang utama pada tanah oxisol adalah proses desilikasi dan konsentrasi besi bebas dan kadang-kadang gibsit yang kemudian mempengaruhi jenis mineral dominan pada tanah tersebut.
  3. Alfisol
    Alfosol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kandungan liat tinggi di horison B (horison argilik). Pelapukannya belum lanjut, tanah alfisol banyak ditemukan di daerah beriklim sedang, tetapi dapat pula ditemukan didaerah tropika dan subtropika terutama ditempat-tempat dengan tingkat pelapukan sedang.
    Ada dua syarat untuk terbentuknya alfisol yaitu:
    • Mineral liat kristalin jumlahnya sedang
    • Terjadi akumulasi liat di horison B yang jumlahnya memenuhi syarat horison argilik, atau kandik.
    Tanah alfisol adalah tanah yang ralatif muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin, dan kaya unsur hara. Alfisol dapat ditemukan di daerah datar sampai berbukit. Alfisol merupakan tanah yang subur, banyak digunakan untuk pertanian, rumput ternak, atau hutan. Tanah ini mempunyai kejenuuhan basa tinggi, KTK tinggi, dan cadangan unsur hara tinggi.
  4. Inceptisol
    Inceptisol adalah tanah-tanah yang kecuali dapat memiliki epipedon okrik dan horison albik. Inceptisol merupakan tanah yang belum matang dengan perkembangan profil yang lebih lemah disbanding dengan tanah matang, dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya.
    Beberapa faktor yang memprngaruhi pembentukan inceptisol adalah :
    • Bahan induk yang sangat resisten
    • Posisi dalam landsekap yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah
    • Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.
  5. Andosol
    Tanah ini dujumapi didaerah curah hujan 2000 mm/tahun tanpa bulan kering yang pasti, iklim tergolong Afs, Cfa, atau CW terbentuk dari bahan induk tufa atau abu vulkan, terletak diatas medan datar, agak miring, bergelombang sampai di sekitar puncak gunung berapi. Vegetasi utama adalah hutan tropic lebat atau hutan daerah iklim sedang. Proses pembentukan tanah adalah alterasi lemah.
    Solum tanah andosol agak tebal, berwarna hitam sampai kuning, mempunyai horison Al yang jelas dan B lemah, struktur kersai, konsistensi gembur, berminyak, tidak berbalik bila kering yang kadang-kadang membentuk pasir palsu dan fragipan, tekstur kaya debu. Reaksi tanah berkisar dari agak masam sampai netral, berkadar bahan organik kaya dilapidsan permukaan tetapi menurun dengan jeluk; kerapatan isi < 0,85, kejenuhan basa sedang dengan KTK liat > 24 Me/100 g, fiksasi P tinggi, mineral liat dominan alofan, permeabilitas sedang dan peka erosi air atau angin.

    2. Jenis-jenis Tanah pada Lahan Basah
    Beberapa jenis tanah yang banyak dijumpai pada lahan basah adalah Histosol dan Entisol.
    a.Histosol
    Tanah ini biasa disebut dengan tanah gambut, banyak dijumpai didaerah dengan curah hujan tahunan > 2500 mm/tahun, air tanah dangkal dan tidak mempunyai bulan kering yang berarti, iklim tergolong Af / Cf (koppen). Bahan induk berasal dari bahan organik hutan rawa dan rerumputan. Tanah ini banyak dijumpai didaerah datar pada dataran rendah atau didaerah cekungan dataran tinggi.
    Tanah Histosol terbentuk bila produksi dan penimbunan bahan organik lebih besar dari bahan mineralisasinya. Keadaan demikian terdapat di tempat-tempat yang selalu digenangi air sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat. Akibatnya dekomposisi bahan organic terhambat dan terjadilah akumulasi bahan organik.
    Tanah ini tidak mempunyai horizon, ketebalan solum tidak lebih dari 0,5 m, bewarna kroma mantap, teksturnya beragam, tanpa struktur atau berblok di lapisan atas, bahan organic fibrik, hemik, atau saprik dan bila bertekstur pasir maka berkadar bahan organic 20 % atau bila bertekstur liat berbahan organik 30 %. Untuk dapat digunakan bagi usaha pertanian tanah histosol harus dilakukan perbaikan drainase. Akibat perbaikan drainase tersebut terjadilah penyusunan volume tanah histosol. Kebakaran merupakan bahaya yang sering terjadi pada tanah histosol yang sudah diperbaiki drainasenya. Kebakaran pada tanah ini sering terjadi di bawah permukaan tanah sehingga sulit dikendalikan.
    b. Entisol
    Tanah ini disebut juga tanah alluvial. Jenis tanah ini dapat dijumpai pada daerah dengan beriklim beragam, terbentuk dari bahan induk alluvial atau koluvial. Proses tanpa struktur, konsistensi adalah lembab adalah teguh, basah adalah plastic, dan kering adalah keras. Reaksi tanah beragam, kadar bahan organic tergolong rendah, kejenuhan basa sedang hingga tinggi dengan KTK tinggi, kadar hara tergantung bahan induk, permeabilitas lambat dan peka erosi. Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Tanah entisol yang berasal dari tanah alluvium umumnya merupakan lahan yang subur.

 
0

Proses Pelapukan Batuan dan Mineral Tanah

Posted by andi telaumbanua on Oct 10, 2018 in TAnah

Proses Pelapukan Batuan dan Mineral Tanah

Bebatuan penyusun tanah pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk, yakni batuan keras dan batuan lunak. Batuan keras terdiri atas : batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Sedangkan batuan lunak terdiri atas abu vulkan dan bahan endapan.

Pelapukan batuan mengakibatkan berubahnya bebatuan ini menjadi bahan lebih lunak yang disebut dengan regolit. Bagian atas regolit inilah yang Selanjutnya,  berubah menjadi tanah. Pelapukan batuan ini dapat berlangsung melalui 3 cara, yakni :

  1. Pelapukan secara fisik
  2. Pelapukan secara kimiawi
  3. Pelapukan secara biologi-mekanik.
  1. Pelapukan Secara Fisik

Pelapukan batuan terjadi akibat pengaruh lingkungan yang mengakibatkan berubahnya sifat fisik (terutama ukuran mineral). Pelapukan secara ini dapat terjadi karena perubahan iklim (suhu) atau kiondisi lingkungan yang lain, misalnya gesekan antar batuan sehingga mengakibatkan hancurnya mineral. Beberapa contoh pelapukan secara fisik ini adalah :

(1)    Adanya pengaruh suhu yang mengakibatkan terjadinya pemuaian atau pengkerutan mineral tanah. Oleh karena tingkat pemuaian dan pengkerutan mineral yang terdapat di dalam bebatuan itu berbeda-beda, maka kegiatan ini mengakibat­kan retak/hancurnya batuan yang bersangkutan.

(2)    Di daerah yang beriklim dingin, air yang meresap pada pori-pori batuan akan berubah menjadi es dan bertambah besar volumenya. Pada saat suhu meningkat, terjadi pencairan es dan volumenya mengalami penurunan. Hal ini juga dapat mengakibat­kan pecahnya bebatuan yang bersangkutan.

(3)    Pengangkutan bebatuan dari satu tempat ke tempat lain oleh air (sungai) juga akan mempercepat terjadinya hancuran fisik batuan yang bersangkutan.

  1. Pelapukan Secara Kimiawi

Pelapukan secara kimiawi merupakan tahapan yang sangat penting dalam penyiapan batuan menjadi sumber hara bagi tanaman. Proses ini pada dasarnya hanya terjadi apabila terdapat air sebagai medianya. Akibat kegiatan ini adalah hancurnya mineral-mineral yang semula tergabung di dalam bebatuan sehingga dapat terbentuk mineral-mineral baru dan membebaskan sebagian unsur yang terkandung di dalam mineral tersebut sehingga dapat digunakan oleh tanaman.

Pelapukan secara kimiawi terjadi melalui empat proses utama yakni (1) hidrasi-dehidrasi, (2) oksidasi-reduksi, (3) hidro­lisis, dan (4) pelarutan.

(1)   Hidrasi-dehidrasi

Hidrasi adalah reaksi pengikatan molekul air oleh senyawa tertentu, sedangkan dehidrasi adalah reaksi kebalikannya. Proses ini dapat mengakibatkan di satu fihak terjadinya “pelunakan” mineral-mineral sehingga mudah larut dan di lain fihak mengakibatkan terjadinya penambahan volume mineral sehingga mempercepat pelapukan. Contoh proses ini adalah pengikatan dan pelepasan dua molekul air oleh CaSO4 sebagai berikut :

            CaSO4 + 2H2O ——–> CaSO4.2H2O (hidrasi)

            CaSO4.2H2O ——–> CaSO4 + 2H2O (dehidrasi)

(2)   Oksidasi-reduksi

Oksidasi adalah reaksi pengurangan elektron karena terdapat oksigen, sedangkan reduksi adalah reaksi penambahan elektron pada suasana kekurangan oksigen. Contoh proses ini adalah oksidasi dan reduksi ion besi seperti berikut

            Fe2+ —————-> Fe3+ + e (oksidasi)

            Fe3+ + e ———–> Fe2+ (reduksi)

Oksidasi dan reduksi merupakan proses yang sangat penting bagi pelapukan mineral-mineral yang kaya akan besi fero seperti biotit, glaukonit, hornblende, piroksin, dan sebagainya. Perubahan fero (Fe2+) ke feri (Fe3+) mengakibat­kan terjadinya perubahan ukuran serta muatan sehingga mem­percepat penghancuran mineral. Perubahan dari feri ke fero akan memperbesar mobilitas ion besi sehingga mempercepat pencucian. Apabila fero tidak tercuci, maka ion ini akan bereaksi dengan unsur lain seperti S dan membentuk senyawa FeS serta senyawa lainnya dan memberikan warna hijau kebiruan pada tanah sebagai tanda adanya proses reduksi pada tanah yang bersangkutan (warna gley pada tanah sawah).

(3)   Hidrolisis

Hidrolisis merupakan proses penggantian kation yang terdapat di dalam struktur kristal oleh ion hidrogen (H+). Proses ini mengakibatkan hancurnya struktur kristal mineral yang bersangkutan. Hidrolisis mengakibatkan terjadinya pelapukan yang “sempurna” atau modifikasi yang drastis pada mineral-mineral yang mudah lapuk. Contoh proses ini adalah hancurnya mineral feldspar oleh ion hidrogen seperti berikut

KAlSi3O8 (feldspar) + H+ ———-> HAlSi3O8 + K+

(4)   Pelarutan

Pelarutan terutama terjadi pada garam-garam sederhana seperti karbonat, klorida, dan sebagainya.

CaCO3 + 2H+ ————> H2CO3 + Ca2+

  1. Pelapukan Secara Biologi-Mekanik

Pelapukan batuan dapat diakibatkan oleh kegiatan makhluk hidup seperti akar tanaman dan juga oleh kegiatan mikroorganisme tanah. Kegiatan makhluk hidup ini dapat mengakibatkan hancurnya bebatuan karena tekanan (oleh akar) atau karena pelarutan oleh zat-zat tertentu yang dibebaskan oleh jasad renik yang bersinggungan dengan bebatuan yang bersangkutan.

Pelapukan bebatuan oleh penembusan akar terjadi karena sel-sel tanaman yang berkembang dapat menimbulkan kekuatan pene­kanan yang sangat besar (> 10 atmosfer). Selanjutnya,  beberapa enzim dan asam-asam organik yang dibebaskan oleh jasad renik juga mengakibatkan hancurnya bebatuan yang sangat keras.

 
0

Profil Tanah dan Horizon tanah

Posted by andi telaumbanua on Oct 10, 2018 in TAnah

Profil Tanah dan Horizon tanah

Pedon dan Polipedon

Tanah yang berkembang di bawah pengaruh berbagai faktor pembentukan tanah akan memiliki sifat yang berbeda dalam hal :

  • Profil (jenis dan susunan horizon)
  • Kedalaman solum
  • Kandungan bahan organik
  • Sifat-sifat lainnya.

Perbedaan ini tidak hanya terjadi antara satu daerah dengan daerah yang lain, melainkan juga pada daerah yang sama bahkan hanya dipisahkan oleh jarak beberama meter saja. Dengan demikian, , jelas bahwa pada areal yang luas kita tidak dapat mempelajari sifat tanah hanya pada satu tempat saja sebab mungkin pada areal tadi terdiri atas beberapa jenis tanah.

Satuan individu terkecil dalam tiga dimensi yang masih disebut dengan tanah dinamakan dengan pedon. Sifat-sifat tanah yang tergabung dalam pedon ini memiliki keseragaman yang sama. Biasanya pedon memiliki luas antara 1 hingga 10 m2. Sehingga cukup luas untuk dapat mempelajari sifat tanah dan susunan hori­zon tanah yang ada.

Karena kecilnya pedon yang ada, maka pedon tidak dapat digunakan sebagai satuan dasar untuk pengelompokan tanah di lapang. Guna keperluan ini, maka digunakan kumpulan pedon yang menunjukkan sifat tanah yang sama. Kumpulan pedon ini kita namakan dengan polipedon. Polipedon ini menghasilkan “seri tanah” tertentu pada klasifikasi tanah. Satu satuan polipedon akan memiliki sifat seperti satu seri tanah tertentu.

Profil Tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke batuan induk tanah. Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sbb: O –A – E – B – C – R. Solum Tanah terdiri dari: O – A – E – B. Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah. Sedangkan horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil pembentukan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan tanah. Apabila kita membuat irisan tegak tanah (biasanya hingga kedalaman 110 cm), maka kita akan melihat lapisan-lapisan tanah (horizon) ini, yang secara berturut-turut dari permukaan tanah adalah :
Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A. Lapisan Tanah Bawah : E – B.
Keterangan:
• O : Serasah / sisa-sisa tanaman (Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa).
• A : Horison mineral ber BOT tinggi sehingga berwarna agak gelap.
• E : Horison mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar (BOT, liat silikat, Fe dan Al) rendah tetapi pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) dan mineral resisten lainnya tinggi, berwarna terang.
• B : Horison illuvial atau horison tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari harison diatasnya (akumulasi bahan eluvial).
• C : Lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
• R : Bahan Induk tanah

          Yang kita namakan tanah pada hakekatnya adalah gabungan horizon A dan B yang disebut solum. Solum berbeda dengan regolit, yakni lapisan batuan yang telah mengalami pelapukan yang berada di atas batuan induk. Regolit meliputi horizon A, B dan C Horizon-horizon pada profil tanah

  • Horizon O : Horizon ini diketemukan pada tanah hutan yang belum terganggu. Horizon ini merupakan horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Horizon O pada dasarnya dibeda­kan menjadi horizon O1 dan O2 :
  • Horizon O1 : bentuk asli sisa-sisa tanaman masih dapat dibe­dakan secara jelas.
  • Horizon O2 : bentuk asli sisa-sisa tanaman tidak lagi dapat dibedakan secara jelas.

  •  Horizon A : merupakan horizon yang berada di permukaan tanah, terdiri atas campuran antara bahan organik dan bahan mineral. Horizon ini merupakan horizon pencucian (eluviasi) dari bahan-bahan seperti liat, asam-asam organik, serta kation tanah terutama Ca2+, K+, Na+, dan Mg2+.

       Secara umum, horizon A dibedakan menjadi tiga (3) bagian, yakni A1, A2 dan A3.

Ø  Horizon A1: bahan mineral bercampur dengan bahan organik (humus) dan memiliki warna yang gelap.

Ø  Horizon A2: horizon A yang telah mengalami pencucian (elu­viasi) yang maksimal terhadap bahan-bahan seper­ti liat, bahan organik dan kation. Warna horizon ini lebih terang dibandingkan dengan horizon A1.

Ø  Horizon A3: merupakan horizon peralihan dari A ke B namun,  masih memiliki sifat-sifat yang lebih menyerupai horizon A (terutama struktur tanahnya).

  • Horizon B: Horizon B merupakan horizon penimbunan (iluviasi) bahan-bahan tercuci dari horizon A.

Horizon B dibedakan menjadi tiga (3) bagian, yakni B1, B2 dan B3.

Ø  Horizon B1 : peralihan horizon A ke B, namun,  sifat-sifatnya lebih menyerupai horizon B.

Ø  Horizon B2 : horizon penimbunan (iluviasi) yang maksimum terhadap bahan-bahan seperti liat, kation, Fe, Al, dan bahan organik.

Ø  Horizon B3 : horizon peralihan dari B ke C, namun,  lebih menyerupai horizon B.

  • Horizon C : merupakan lapisan bahan induk tanah yang telah mengalami pelapukan. Proses pelapukan yang terjadi pada horizon ini baru pada tahap pelapukan fisik dan belum mengalami peruba­han secara kimiawi. Pengaruh makhluk hidup belum mencapai horizon ini.

  • Horizon D atau R: lapisan ini merupakan hamparan batuan yang belum mengalami pelapukan, baik secara fisik maupun kimia. Horizon ini merupa­kan sumber bahan penyusun tanah yang sangat menentukan sifat-sifat tanah yang terbentuk (lihat bahasan lebih lanjut).

Perlu dijelaskan di sini, bahwa tanah yang kita jumpai di alam tidak selalu memiliki horizon seperti yang diterangkan di atas. Perkembangan tanah pada hakekatnya akan mengakibatkan terbentuknya horizon-horizon seperti yang diberikan pada Gambar 1. Semakin lama proses pembentukan tanah, semakin lengkap horizon yang terbentuk. Namun, , berbagai kondisi lingkungan juga sangat menentukan pembentukan horizon ini. Erosi tanah, misalnya, akan mengakibatkan hilangnya horizon A, sehingga yang tertinggal hanya horizon B dan C. Selain itu, pekerjaan/tindakan manusia dapat juga menyebabkan terjadinya penimbunan tanah dari tempat lain, sehingga horizon A tidak lagi terdapat di permukaan tanah melainkan di bawah timbunan tanah tersebut. Horizon O hanya dijumpai pada tanah yang belum pernah diolah. Pengolahan tanah mengakibatkan hilangnya horizon ini. Selanjutnya,  tanah yang masih muda biasanya belum memiliki horizon A2 atau B3, atau bahkan belum memiliki horizon B sehingga hanya terdiri atas A dan C.

Kegunaan Profil Tanah :
a. Untuk mengetahui kedalaman lapisan olah (Lapisan Tanah Atas = O – A) dan solum tanah (O – A – E – B).
b. Kelengkapan atau differensiasi horison pada profil.
c. Warna Tanah.

Komponen Tanah
4 komponen penyusun tanah :
a. Bahan Padatan berupa bahan mineral.
b. Bahan Padatan berupa bahan organik.
c. Air.
d. Udara.

Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air dan 25% udara.

 
0

Definisi Tanah

Posted by andi telaumbanua on Oct 10, 2018 in TAnah

Definisi Tanah

Definisi Tanah
a. Pendekatan Geologi (Akhir Abad XIX)
Tanah: adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
b. Pendekatan Pedologi (Dokuchaev 1870)
Pendekatan Ilmu Tanah sebagai Ilmu Pengetahuan Alam Murni. Kata Pedo = i gumpal tanah. Tanah adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: Bahan Induk, Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu.
c. Pendekatan Edaphologis (Jones dari Cornel University Inggris)
Kata Edaphos = bahan tanah subur. Tanah adalah media tumbuh tanaman.

Tanah merupakan lapisan yang menyelimuti bumi dengan kete­balan yang bervariasi dari beberapa sentimeter hingga lebih dari 3 meter. Dibandingkan dengan massa bumi, lapisan ini sebenarnya tidak berarti, namun,  dari tanah inilah segala makhluk hidup yang berada di muka bumi, baik tumbuhan maupun hewan memperoleh segala kebutuhan mineralnya. Selain itu, antara tanah dan makhluk hidup ini membentuk suatu hubungan yang dinamis. Dari tanah diperoleh kebutuhan mineral makhluk hidup dan ke dalam tanah akan dikembalikan residu dari makhluk tersebut. Kehidupan sangat vital bagi tanah dan tanah sangat vital bagi kehidupan.

Pandangan manusia tentang tanah sangat dipengaruhi oleh latar belakang setiap individu. Seorang petani menganggap tanah sebagai media tempat tumbuh tanamannya, sedangkan seorang insinyur bangunan memandang tanah sebagai tempat berdirinya bangunan serta sebagai sumber bahan bangunan yang bernilai ting­gi. Bagi kita, tanah merupakan sumber yang dapat menghasilkan makanan, pakaian, bahkan tempat tinggal kita. Jelas bahwa keberadaan kita sangat tergantung kepada tanah.

Istilah tanah berasal dari bahasa Yunani solum yang artinya lantai. Beberapa ahli kimia, seperti Liebig, menganggap tanah sebagai gudang cadangan makanan bagi tumbuhan. Sedangkan para ahli geologi terdahulu menganggap tanah sebagai hasil lapu­kan batuan. Kedua konsep ini tidak salah namun,  keduanya belumlah lengkap.

Beberapa ahli telah mencoba mendefinisikan tanah ini sesuai bidangnya masing-masing. Para edafolog, yang memandang tanah dalam kaitannya dengan penggunaannya sebagai media tumbuh tanaman, mendefinisikan tanah sebagai suatu campuran bahan-bahan organik dan mineral yang mampu mendukung kehidupan tumbuhan. Sedangkan para pedolog, yang memandang tanah sebagai suatu bentuk utuh yang tersendiri, mendefinisikan tanah sebagai suatu hasil alami yang terbentuk dari pelapukan batuan sebagai akibat kegia­tan iklim dan jasad renik. Pada kedua konsep ini terlihat bahwa kehidupan sangat penting artinya bagi tanah. Di satu segi tanah merupakan media yang sangat diperlukan bagi kehidupan, sedangkan di lain segi sifat-sifat tanah sangat dipengaruhi oleh kehidupan yang terdapat di sekitarnya.

Di bawah lapisan tanah ini terdapat sekumpulan hasil lapukan batuan yang terhampar di atas lapisan batuan dan belum terkena pengaruh kegiatan makhluk hidup. Bagian batuan yang telah melapuk ini dinamakan dengan lapukan batuan atau lebih sering dikenal dengan nama bahan induk tanah yang berbeda dengan tanah yang didefinisikan sebelumnya. Sedangkan bahan-bahan lepas yang terda­pat di atas lapisan batuan, yang telah atau yang belum terkena pengaruh makhluk hidup dinamakan dengan regolit.

Tanah berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batuan induknya dan bahan organik yang berasal dari makh­luk hidup yang terdapat di sekitarnya. Bahan-bahan ini membentuk bagian padat tanah yang dinamakan dengan kerangka tanah. Di antara partikel padat ini terdapat rongga yang dapat berisi udara atau berisi air. Ruang pori ini meliputi sekitar setengah volume tanah pada horizon A, sedangkan pada horizon B dan C ruang pori ini lebih sedikit jumlahnya. Bagian pori yang lebih kecil biasanya diisi oleh air sedangkan udara mengisi bagian pori yang lebih besar.

Bahan mineral tanah terdiri atas partikel yang berukuran sangat beragam, yakni dari yang berukuran sangat kasar (pasir, kerikil, batu) hingga yang berukuran halus (debu, liat). Bahan mineral ini sangat besar perannya bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan penyediaan hara serta air. Tanah yang ideal biasanya mengandung sekitar 45% mineral dari volumenya.Bahan organik tanah menyusun antara 1 hingga 6% volume tanah. Bahan ini paling banyak dijumpai di bagian atas tanah dan kadangkala membentuk horizon organik.

Tanah yang mengandung 20 hingga 30% bahan organik biasanya diklasifikasikan dalam tanah organik. Hal ini tergantung kepada ketebalannya dalam suatu profil tanah. Bahan organik memiliki peran yang sangat besar bagi kesuburan tanah, baik fisik, kimia, maupun biologi. Tanah yang mengandung bahan organik tinggi biasanya dicirikan oleh struktur tanah yang mantap, aerasi yang baik, serta mampu menyediakan hara bagi tanaman.

Pada tanah yang ideal, biasanya mengandung susunan bahan padat 50% (mineral 45%, bahan organik 5%), udara 25%, dan air 25% dari seluruh volume tanah. Lapisan tanah yang demikian biasanya sangat sesuai bagi pertumbuhan serta perkembangan pera­karan tanaman.

Tanah berkembang dari bebatuan yang terdapat di bawahnya. Perkembangan ini berjalan secara terus-menerus seiring dengan berjalannya waktu dan di bawah pengaruh interaksi lingkungan yang ada di sekitarnya, baik lingkungan hayati (makhluk hidup), maupun lingkungan non hayati (terutama iklim). Perkembangan tanah ini mengakibatkan berubahnya sifat fisik tanah, morfologi tanah, sifat kimia tanah serta sifat biologinya.

Perkembangan tanah ini mengakibatkan terjadinya penurunan potensi tanah sebagai sumber hara tanaman. Tanah yang masih muda (baru terbentuk) biasanya memiliki cadangan mineral yang lebih tinggi daripada tanah yang telah tua (telah mengalami pelapukan lanjut). Proses pencucian bahan penyusun tanah seperti liat, bahan organik dan,kapur mengakibatkan terja­dinya pemiskinan lapisan tanah atas sehingga tanah menjadi kurang subur. Selanjutnya,  pengendapan bahan liat pada lapisan tanah bawah mengakibatkan terbentuknya lapisan yang keras dan kurang permeabel bagi air maupun akar tanaman.

Tanah merupakan bagian ekosistem yang sangat penting. Bagi manusia, tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang tidak dapat diabaikan perannya. Dari tanahlah tanaman dapat tumbuh dan berkembang, sementara itu manusia tidak dapat hidup tanpa meman­faatkan tanaman yang ada di sekitarnya. Selanjutnya,  tanah merupa­kan tempat tinggal serta berpijaknya manusia di muka bumi. Dapat dibayangkan seandainya seluruh permukaan bumi ini dilapisi oleh air, tentu manusia tidak akan dapat bertahan hidup.

Sebagai sumber daya alam yang sangat penting, manusia hen­daklah mampu mengelola tanah yang ada di sekitarnya secara arif dan bijaksana agar kondisi tanah yang ada tidak rusak akibat perilaku manusia. Segala kegiatan yang mengakibatkan turunnya mutu tanah hendaknya dikurangi agar peran tanah sebagai sumber kehidupan tetap dapat dipertahankan. Manusia harus mengurangi kegiatan yang mengakibatkan erosi tanah, hancurnya struktur tanah, atau meningkatnya polusi di dalam tanah.

 Perbedaan Pedologis dan Edaphologis
• Kajian Pedologis
Mengkaji tanah berdasarkan dinamika dan evolusi tanah secara alamiah atau berdasarkan Pengetahuan Alam Murni. Kajian ini meliputi: Fisika Tanah, Kimia Tanah, Biologi tanah, Morfologi Tanah, Klasifikasi Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentang Lahan, dan Ilmu Ukur Tanah.

• Kajian Edaphologis:
Mengkaji tanah berdasarkan peranannya sebagai media tumbuh tanaman.
Kajian ini meliputi: Kesuburan Tanah, Konservasi Tanah dan Air, Agrohidrologi, Pupuk dan Pemupukan, Ekologi Tanah, dan Bioteknologi Tanah.

• Paduan antara Pedologis dan Edaphologis:
Meliputi kajian: Pengelolaan Tanah dan Air, Evaluasi Kesesuaian Lahan, Tata Guna Lahan, Pengelolaan Tanah Rawa, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

Definisi Tanah (Berdasarkan Pengertian yang Menyeluruh)
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan. Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu:
1. Menurut ahli geologi (berdasarkan pendekatan Geologis)
Tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan partikel halus).
2. Menurut Ahli Ilmu Alam Murni (berdasarkan pendekatan Pedologi)
Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu.

  1. Menurut Ahli Pertanian (berdasarkan pendekatan Edaphologi)
    Tanah didefinisikan sebagai media tempat tumbuh tanaman.
    Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah sebagai berikut: “Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan”.
  2. Fungsi Tanah
    a. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.
    b. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara).
    c. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara).
    d. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.

    Dua Pemahaman Penting tentang Tanah:

    1. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman, dan
    2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama & penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang berbahaya.

Copyright © 2024 All rights reserved. Theme by Laptop Geek.