0

rumus empiris dalam perkiraan anasir iklim

Posted by andi telaumbanua on Jul 23, 2018 in Agriculture

BAB 2

DASAR TEORI

 

2.1. Klimatologi

            Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsur-unsur cuaca atau iklim baik skala global, regional maupun lokal atau setempat dalam kegiatan pertanian. Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata, ekstrim (maksimun dan minimum), frekuensi terjadinya nilai tertentu dari unsur cuaca ataupun frekuensi dari tipe iklim. 

Iklim mengkaji dan membahas tentang pola tingkah laku cuaca pada suatu tempat atau wilayah berulang selama waktu periode waktu yang panjang. Sebagai suatu sistem, wilayah iklim cakupannya sangat luas mulai dari skala planiter sampai pada skala lokal atau setempat merupakan kisaran atmosfer secara bersambung. Kajiannya menyangkut berbagai aspek proses pembentukan iklim (Sabaruddin, 2014).

Berikut Beberapa anasir cuaca:

  1. Radiasi Matahari

Radiasi yang dipancarkan matahari walaupun hanya sebagian kecil yang diterima permukaan bumi merupakan sumber energi utama untuk proses-proses fisika atmosfer. Proses-proses fisika atmosfer tersebut menentukan keadaan cuaca dan iklim. Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: Pertama sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar matahari. 

Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus. Kedua lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima bumi.Ketiga keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.Keempat banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi.

  1. Suhu Udara

Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Secara fisis suhu didefinisikan sebagai tingkat gerakan yang berasal dari molekul benda, makin cepat gerakan molekulnya, makin tinggi suhunya. Suhu dapat pula didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda.Suhu di permukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang dan juga makin rendah dengan bertambahnya ketinggian. 

Selain itu variasi menurut tempat juga dipengaruhi oleh posisi daerah terhadap daratan dan lautan serta keadaan unsur iklim. Di daerah tropika fluktuasi rata-rata suhu harian relatif kecil sepanjang tahun.

  1. Tekanan Udara

Udara di atmosfer terdiri dari sejumlah gas. Gas-gas ini menekan ke bawah di permukaan bumi, memberikan kekuatan yang kita sebut tekanan atmosfer atau tekanan udara. Tekanan udara bervariasi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Makin tinggi suatu tempat, makin rendah tekanan udaranya.Udara dingin lebih berat dari pada udara hangat. 

Pada saat tekanan udara tinggi cuaca biasanya kering dan cerah. Sebaliknya, saat udara naik menyebabkan terjadi daerah tekanan rendah, cuaca biasanya basah dan berawan.Perubahan tekanan udara membuat angin bertiup membawa massa udara. Udara biasanya bergerak dari daerah bertekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah, dan ini menghasilkan angin.

  1. Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke tempat bertekanan udara rendah.Angin diberi nama dari mana ia bertiup, misalnya angin timur artinya angin yang bertiup dari timur, angin selatan adalah angin yang bertiup dari selatan.

  1. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah kandungan uap air di udara yang terdiri dari kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif), maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air persatuan volume, kelembaban relatif adalah membandungkan kandungan tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya.

 Kelembaban udara umumnya lebih tinggi pada malam hari. Kelembaban rata-rata harian atau bulanan di daerah tropika basah seperti Indonesia relatif tetap umumnya RH > 60 persen.

(Sabaruddin, 2014).

2.2. Evaporasi dan Evapotranspirasi

Penguapan (evaporasi) Evaporasi merupakan faktor penting dalam siklus hidrologi, evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif untuk tanaman. 

Air akan menguap dari tanah, baik tanah gundul atau yang tertutup oleh tanaman dan pepohonan, permukaan tidak tembus air seperti atap dan jalan raya, air bebas dan air mengalir. Laju evaporasi atau penguapan akan berubah-ubah menurut warna dan sifat pemantulan permukaan dan hal ini juga akan berbeda untuk permukaan yang langsung tersinari oleh matahari dan terlindungi dari sinar matahari (Suharyono, 2011).

Evaporasi adalah air yang menguap langsung dari permukaan tanah dan permukaan air. Transpirasi adalah air yang menguap melalui tumbuh – tumbuhan. Jumlah kehilangan air tanah yang disebabkan kedua hal tersebut dinamakan evapotranspirasi. Perimbangan antara evaporasi dan curah hujan selama periode tertentu  menunjukkan  apakah selama periode tertentu tanaha dalam keadaan defisit air atau surplus ai. Untuk itulah dibedakan adanya bulan basah, bulan lembap, dan bulan kering (Risza, 2010).

Penguapan/evaporasi air laut merupakan tahapan pertama dalam daur hidrologi dan berpengaruh terhadap masukan air ke dalam daratan. Sekitar 85% evaporasi di bumi terjadi di lautan , sebagai proses fundamental yang menghubungkan antara laut dan atmosfer yaitu perpindahan massa air , sedangkan di daratan besarnya fluks evaporasi lebih kecil dibandingkan lautan, namun 60-70% volume curah hujan yang turun dievaporasikan di daratan . 

Proses evaporasi terjadi karena adanya ketersediaan energi bahang dan gradient/ defisit tekanan uap air yang tergantung pada faktor cuaca seperti suhu udara, kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari, kualitas air dan bentuk serta sifat dari permukaan yang berevaporasi (Trinah dkk., 2015).

Beberapa faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya tingkat evaporasi adalah sebagai berikut:

  1. Radiasi matahari, evaporasi adalah proses perubahan air dengan wujud cair menjadi wujud gas. Proses ini terjadi di siang hari dan kerap kali juga di malam hari. Perubahan dari wujud cair menjadi gas, memerlukan energi berupa panas. Sumber energi utama proses evaporasi adalah sinar matahari, dan proses tersebut terjadi semakin besar pada saat penyinaraan langsung dari matahari. Awan merupakan penghalang proses evaporasi, yang mengurangi input energi matahari.
  2. Angin, ketika air menguap ke atmosfir, maka lapisan batas antara tanah dengan udara menjadi jenuh dengan uap air, sehingga proses evaporasi berhenti. Agar proses evaporasi dapat terus berjalan, maka udara tersebut haruslah diganti dengan udara kering. Pergantian tersebut dapat dimungkinkan jika terjadi angin, jadi kecepatan angin memegang peranan dalam proses evaporasi.
  3. Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaban relatif udara. Jika kelembaban relatif ini naik, kemampuannya untuk menyerap uap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya akan menurun. Penggantian lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang sama kelembaban relatifnya tidak akan menolong untuk memperbesar laju evaporasi.
  4. Suhu/ temperatur, suatu input energi sangat diperlukan agar evaporasi berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasi akan berjalan lebih cepat dibandingkan jika suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas tersedia. Karena kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik jika suhunya naik, maka suhu udara memiliki efek ganda terhadap besarnya evaporasi, sedangkan suhu tanah dan air mempunyai efek tunggal.

(Khambali, 2017).

 Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor lainnya juga seperti faktor lokasi geografis, musim, interval waktu dan lain-lain sehingga proses evaporasi merupakan proses yang cukup rumit untuk dilakukan pengukuran dan perhitungannya. Kebutuhan pengetahuan tentang proses fisik mengenai evaporasi di permukaan bumi sangat penting terutama bagi ahli-ahli meteorologi, hidrologi dan lingkungan untuk mengetahui besarnya nilai rata-rata evaporasi saat ini, apakah laju evaporasi semakin menurun atau meningkat terkait dengan perubahan iklim. 

Pengukuran evaporasi dari panci terbuka dapat digunakan sebagai indikator evaporasi di lingkungan sekitarnya. Studi mengenai pengamatan evaporasi panci menjadi sangat menarik saat ini mengingat adanya fenomena “The Evaporation Paradox” di beberapa negara yang menunjukkan adanya penurunan tren evaporasi yang disebabkan oleh peningkatan keawanan (Abteu dan Assefa, 2013).

             Pengaruh relatif dari faktor-faktor cuaca terhadap evaporasi sulit untuk dievaluasi dan beberapa simpulan harus dilihat berdasarkan interval waktu seperti jam-jaman, harian, 10-harian (dasarian), dan bulanan. Evaluasi perbandingan antara evaporasi panci dengan radiasi surya, defisit tekanan uap air, kelembaban relatif, kecepatan angin dan suhu udara pada interval waktu jam-jaman, harian, 10 harian dan bulanan di Changines Switzerland menunjukkan bahwa peran faktor pengendali evaporasi berbedabeda berdasarkan interval waktu. 

Defisit tekanan uap air memiliki paling berpengaruh terhadap proses evaporasi panci dengan korelasi terkuat pada semua interval waktu, sedangkan kecepatan angin tidak mempengaruhi proses evaporasi panci dengan korelasi paling kecil terutama pada interval waktu lebih dari satu hari (Abteu dan Assefa, 2013).

2.3. Evapotranspirasi Potensial (Eto)

Rumus empiris adalah rumus yang didapatkan secara empiris dari suatu kejadian (kejadian alam). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses transpirasi adalah suhu, kecepatan angin, kelembaban tanah, sinar matahari, gradien tekanan uap. Juga dipengaruhi oleh faktor karakteristik tanaman dan kerapatan tanaman (Kodoatie dan Roestam, 2005). Ada 3 faktor yang mendukung kecepatan evapotranspirasi yaitu:

 (1) faktor iklim mikro, mencakup radiasi netto, suhu, kelembaban dan angin,

       (2) faktor tanaman, mencakup jenis tanaman, jumlah daun derajat penutupannya, struktur tanaman, stadia perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata, mekanisme menutup dan membukanya stomata,

(3) faktor tanah, mencakup kondisi tanah, aerasi tanah, potensial air tanah dan kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman

(Linsley dkk., 1985).

Evapotranspirasi acuan (Eto) adalah nilai evapotransirasi tanaman rumput-rumputan yang terhampar menutupi tanah dengan ketinggian 8-15 cm, tumbuh secara aktif dengan cukup air, untuk menghitung evapotranspirasi acuan (Eto) dapat digunakan beberapa metode yaitu metode Penman, Metode panci evaporasi, metode Radiasi, metode Blanney-Criddle dan metode Penman modifikasi FAO (Prijono, 2012).Untuk metode Blanney Criddle rumus yang digunakan yaitu :

Eto = c (p(0,46T+8))

Keterangan :

c          : koefisien tanaman bulanan

p          : presentase bulanan jam-jam hari terang dalam tahun

T          : suhu udara

Untuk jika menentukan evapotranspirasi berdasarkan metode radiasi menggunakan persamaan empiris maka menggunakan rumus sebagai berikut:

( Eto ) = c (W *Rs )  

Keterangan :

Eto      : evapotranspirasi untuk tanaman referensi untuk suatu periode tertentu

Rs        :  radiasi matahari ( mm / hari )

W        : faktor pemberat yang tergantung dari temperatur

C         : faktor yang disesuaikan , tergantung dari RH rata – rata dan kecepatan       angin siang hari pada ketinggian 2 m di atas permukaan tanah.

  1. 4. Manfaat Evapotranspirasi bagi Tanaman

Evapotranspirasi merupakan peubah yang sangat berkaitan dengan produksi tanaman.  Pengamatan evapotranspirasi harian dapat digunakan sebagai peringatan dini terhadap kekurangan air. Defisit evapotranspirasi merupakan selisih antara evapotrans-pirasi potensial dengan evapotranspirasi aktual. 

Evapotranspirasi potensial terjadi pada kondisi air tersedia maksimum atau kapasitas lapang, evapotrans-pirasi aktual terjadi pada kondisi air tersedia dibawah kapasitas lapang.  Jika kekurangan air dapat diatasi sedini mungkin maka penurunan produksi dapat dihindari. Evapotranspirasi merupakan proses yang sangat penting bagi tanaman. 

Metabolisme tanaman berlangsung jika evapotranspirasi terjadi. Jadi dengan mengetahui data evapotranspirasi pada tanaman kita dapat: 1. Menghitung kebutuhan air tanaman dengan mudah. 2. Sistem irigasi semakin berkembang, pemberian air irigasi dapat diprediksi waktu yang tepatnya (Suharyono, 2011).

 

 

 

 
0

Perumpamaan tentang seorang penabur

Posted by andi telaumbanua on Jul 23, 2018 in Umum

Lukas 8:4-15

Perumpamaan tentang seorang penabur

 

8:4 Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan 1 8:5 2 “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. 8:6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. 8:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. 8:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar! b ” 8:9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu. 8:10 Lalu Ia menjawab: “Kepadamu c  diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti. d 8:11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. e  8:12Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu 3  dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. 8:13 Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad 4 . f  8:14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan g  dan kenikmatan hidup 5 , sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. 8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”

Penjelasan Perumpamaan

Tipe yang pertama dari kelompok yang tidak diselamatkan adalah orang-orang yang hatinya mengeras. Kunci pemahaman perumpamaan ini sebenarnya sangat sederhana. Pertama, benih itu adalah Firman Allah.  Orang yang mengabarkan Firman Allah adalah penaburnya.

Setiap kali Anda memberi kesaksian demi Kristus atau mengabarkan Firman Allah, maka Anda sedang menabur benih. Penabur yang pertama adalah Yesus sendiri, namun sesudah itu, kita semua yang mengabarkan Injil adalah penabur. Itu sebabnya para murid juga disebut sebagai penabur benih di Matius 10. Tugas mereka adalah menabur benih.

Benih adalah Firman Allah, atau disebut juga sebagai Firman Kerajaan Allah atau Firman tentang Kerajaan Sorga (Matius 13:19). Kata ‘kerajaan’ berarti pemerintahan, pengaturan atau kehendak Allah. Kerajaan Allah terletak di setiap tempat di mana kehendak Allah dijalankan.

Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu.” Itu sebabnya mengapa kata ‘kerajaan’ dan ‘kehendak’ memiliki makna yang sama karena kerajaan Allah berada di setiap tempat di mana kehendakNya dijalankan. Firman tentang Kerajaan Sorga adalah pesan yang berisi panggilan kepada setiap orang untuk menyerahkan hidupnya kepada Allah.

Setiap pengajar yang tidak menjadikan hal ini sebagai pokok utama, yang tidak mengajarkan bahwa setiap orang Kristen sejati adalah orang yang hidup di bawah kehendak Allah, berarti tidak sedang mengajarkan Firman Allah dengan sejujurnya.

Jika kita mengabarkan keselamatan hanya dengan mengatakan, “Datanglah kepada Yesus untuk menerima damai sejahtera dan sukacita”, maka tindakan itu bukanlah mengabarkan Firman Allah. Pertama-tama kita harus mengatakan, “Datanglah dan hiduplah di bawah pemerintahan Allah, di bawah kehendak Allah.

Biarkan Allah yang menjadi Raja dalam kehidupan Anda! Biarlah Yesus menjadi Tuan dan Penguasa dalam hidup Anda!” Itulah yang disebut mengabarkan Injil. Jika Anda hidup seperti itu, maka akan ada damai sejahtera dan sukacita di dalam hati.

Dan akan ada juga penindasan, penganiayaan dan penderitaan, sebagaimana yang akan kita lihat nanti. Setiap pengkhotbah yang tidak menyebutkan hal ini sangat tidak layak untuk mengabarkan Injil karena ia tidak mengabarkan Injil sebagaimana yang dimaksudkan oleh Yesus.

Tidak ada orang yang senang diberitahu bahwa ia berada dalam keadaan sakit yang parah. Jadi kita dapat melihat di sini bahwa mengabarkan Firman Allah berarti mengabarkan kerajaan Allah, kehidupan di bawah kedaulatanNya dan hidup di bawah pemerintahanNya. Tidak ada orang yang layak menjadi Kristen yang belum menyerahkan kehidupannya kepada Yesus sang Raja.

Itulah yang disebut sebagai Firman Allah, dan si penabur adalah orang yang mengabarkan hal itu. Sebagai pendahulu, Yesus menjadi penabur yang pertama, dan selanjutnya kitalah yang melakukannya. Setiap kali Anda bersaksi kepada teman, setiap kali Anda berbicara tentang Firman Allah kepada orang lain, itu berarti Anda sedang menabur benih.

Jika benih adalah Firman Allah, dan penabur adalah orang yang mengabarkannya, lalu apa arti tanah? Tanah, yang menerima benih, sebagaimana yang dijelaskan oleh Yesus, adalah hati. Hati seseorang digambarkan seperti tanah, tempat benih ditabur.

Hal ini dapat dilihat di Matius 13:19. Benih ditaburkan ke dalam hati seseorang. Ini berarti bahwa berbagai macam tanah yang digambarkan di dalam perumpamaan ini merupakan gambaran dari berbagai macam sikap hati.

(sumber:http://www.cahayapengharapan.org/old/khotbah/perumpamaan/texts/073_perumpamaan_tentang_penabur1.htm )

  1. Pertama, orang-orang yang mendengar Injil dan segera melupakannya, adalah orang-orang terhilang.

Mereka adalah orang yang datang dan mengunjungi gereja satu atau dua kali. Mereka mendengar Firman Tuhan, pesan keselamatan. Tetapi “datanglah burung dan memakannya sampai habis” (Markus 4:4). Burung-burung yang memakan benih itu menggambarkan Setan dan roh-roh jahatnya. “Iblis mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka” (Markus 4:15).

  1. Kedua, orang-orang yang mendengar Injil dan menerimanya dengan sukacita, namun kemudian murtad ketika mereka dicobai, adalah orang-orang terhilang.

Orang-orang yang digambarkan tanah berbatu ini adalah kebalikan dari kelompok pertama. Mereka menerima Injil dengan gembira dan sukacita. Mereka datang ke gereja dan menyukainya. Mereka segera menyanyikan lagu-lagu pujian dengan penuh semangat. Mereka datang ke pertemuan doa. Mereka pergi penginjilan. Itu bagus! Mereka menyukainya! Mereka membawa naskah khotbah pulang ke rumah dan membacanya dengan cermat.

Tetapi ada sesuatu yang hilang. Mereka “tidak berakar.” Mereka tidak berakar di dalam Kristus, tidak “berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia” (Kolose 2:7). Dan “tahan sebentar saja.” Dr. J. Vernon McGee berkata, “Mereka benar-benar mendapatkan antusias, tetapi mereka tidak memiliki hubungan nyata dengan Kristus. Itu hanya sebuah emosi meluap-luap saja” (Thru the Bible, perhatikan Matius 13:20, 21).

III. Ketiga, orang-orang yang mendengar Injil, namun terhimpit oleh kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan, dan keinginan-keinginan akan hal yang lain, adalah orang-orang terhilang.

 “Iblis merampas benih yang jatuh di pinggir jalan, dan kedagingan merampas benih yang jatuh di tanah berbatu, tetapi dunia menghimpit Firman dari kelas pendengar ini. Kekuatiran dunia menghimpitnya… Saya menemukan bahwa banyak orang telah terhimpit oleh kekuatiran dunia berbondong-bondong meninggalkan Firman Allah”

  1. Keempat, orang-orang yang mendengar Injil, menerimanya, dan menghasilkan buah, adalah orang-orang yang sudah diselamatkan.

Siapakah orang-orang ini? Mungkin yang paling mudah untuk memberikan beberapa nama. Mereka adalah orang-orang yang harus Anda teladani. Mereka adalah orang-orang yang harus Anda jadikan model dalam kehidupan Anda

Itu dimulai dengan percaya Kristus. Bertumbuh melalui percaya Kristus. Mengalir ke dalam pemuridan melalui percaya Kristus. Seperti sebuah lagu pujian tua mengatakan, “Percayalah kepada-Nya apapun yang menimpa, Percayalah Yesus, itu saja!”

(sumber:https://www.rlhymersjr.com/Online_Sermons_Indonesian/2015/110815PM_ParableOfSower.html )

 
0

Budidaya Buah Naga

Posted by andi telaumbanua on Jul 21, 2018 in Uncategorized

Buah naga dikelompokan kedalam keluarga tanaman kaktus, berasal dari Meksiko. Pada tahun 1870, bangsa Perancis membawa buah naga dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Karena rasanya manis, buah naga kemudian dikonsumsi secara meluas di Vietnam dan Cina.

Saat ini terdapat beberapa spesies tanaman buah naga yang banyak dibudidayakan. Jenis-jenisnya buah populer yaitu:

  1. Hylocereus undatus kulitnya merah dengan daging buah putih
  2. Hylocereus polyrhisus kulit merah dengan daging buah merah
  3. Hylocereus costaricensis kulit merah dengan daging buah merah pekat agak keunguan
  4. Hylocereus megelanthus kulitnya berwarna kuning dengan daging buah putih.

Syarat Tumbuh Tanaman Buah Naga

Syarat tumbuh tanaman buah naga hampir sama dengan kaktus dan tanaman gurun pasir lainnya. Karena tanaman buah naga juga berasal dari daerah gurun pasir yang kering dan panas, maka buah naga umumnya dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah, yaitu :

 

  1. Buah naga jenis Hylocereus Undatus, yaitu buah naga daging putih. Dapat tumbuh baik di ketinggian kurang dari 300 mdpl

  2. Sedangkan buah naga jenis Hylocereus Costaricensis, yaitu buah naga daging merah super (super red). Dapat tumbuh baik di ketinggian 0-100 mdpl

  3. Buah naga jenis Selenicereus Megalanthus, yaitu buah naga berkulit kuning dan daging putih tanpa sisik. Dapat tumbuh baik di daerah dingin dengan ketinggian lebih dari 800 mdpl

Tanaman buah naga menyukai kondisi kering dengan curah hujan rendah 720 mm per tahun. Buah naga dapat tumbuh di lingkungan dengan curah hujan tinggi yaitu 1.000-1.300 mm per tahun, tetapi akan rentan terserang penyakit busuk batang dan busuk akar. Karena tanaman buah naga tidak tahan terhadap genangan air.

 

Karena tanaman buah naga memerlukan penyinaran sinar matahari penuh, lokasi untuk menanam sebaiknya dilakukan di lahan terbuka tanpa pelindung. Lahan terbuka juga akan memberikan sirkulasi udara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Suhu lingkungan yang ideal untuk tanaman buah naga sekitar 26-36ºC.

 

Kondisi tanah untuk menanam adalah tanah gembur yang banyak mengandung hara dan bahan organik, dengan pH sekitar 6-7. Tanah yang terlalu asam menyebabkan akr tanaman jadi pendek dan rusak. Tanaman buah naga juga membutuhkan cukup air tetapi jangan sampai berlebihan dan tergenang.

(Sumber: http://ptnasa.net/blog/cara-menanam-buah-naga/ )

 

Memilih bibit buah naga

Budidaya buah naga pada umumnya dilakukan secara vegetatif karena lebih cepat menghasilkan buah. Selain itu, sifat-sifat tanaman induk sama dengan anaknya.

Berikut ini langkah-langkah penyetekkan buah naga:

  1. Penyetekkan dilakukan terhadap batang atau cabang tanaman yang pernah berbuah, setidaknya 3-4 kali. Hal ini berguna agar hasil setek bisa berproduksi lebih cepat dan produktivitasnya sudah ketahuan dari hasil buah terdahulu.

  2. Pilih batang yang berdiameter setidaknya 8 cm, keras, tua, berwarna hijau kelabu dan sehat. Semakin besar diameter batang akan semakin baik, karena batang tersebut akan jadi batang utama tanaman.

  3. Pemotongan dilakukan terhadap batang yang panjangnya sekitar 80-120 cm. Jangan dipotong semua, sisakan sekitar 20%, bagian yang 80% akan dijadikan calon bibit.

  4. Potong-potong batang calon bibit dengan panjang sekitar 20-30 cm. Ujung bagian atas dipotong rata, sedangkan pangkal bawah yang akan ditancapkan ke tanah dipotong meruncing. Gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar.

  5. Potongan setek harus memiliki setidaknya 4 mata tunas. Panjang setek bisa lebih pendek namun konsekuensinya akan berpengaruh pada kecepatan berbuah.

  6. Biarkan batang setek yang telah dipotong-potong tersebut hingga getahnya mengering. Apabila langsung ditanam getah yang masih basah bisa menyebabkan busuk batang. Untuk menghindari resiko serangan jamur batang setek bisa di celupkan pada larutan fungisida.

  7. Siapkan bedengan atau polybag untuk menanam setek-setek tersebut. Untuk campuran tanah atau media tanamnya silahkan lihat cara membuat media persemaian.

  8. Siram bedengan atau polybag yang telah diisi dengan media tanam. Kemudian tancapkan bagian yang runcing dari setek kedalam media tanam sedalam 5 cm.

  9. Berikan naungan atau sungkup untuk melindungi setek tersebut. Lakukan penyiraman sebanyak 2-3 hari sekali.

  10. Setelah 3 minggu, tunas pertama mulai tumbuh dan naungan atau sungkup harus dibuka agar bibit mendapatkan cahaya matahari penuh.

  11. Pemeliharaan bibit biasanya berlangsung hingga 3 bulan. Pada umur ini tinggi bibit berkisar 50-80 cm.

(sumber: https://alamtani.com/budidaya-buah-naga/ )

 

 

Persiapan budidaya buah naga

.

  1. Pembuatan tiang panjat

Tanaman buah naga tumbuh tinggi, tapi batangnya tidak kokoh. Ini karena ia sejenis kaktus yang menyimpan air di batangnya.

Kondisi ini membuat petani buah naga harus membuat tiang panjat yang tingginya 1,5 Meter, dibagian atas berbentuk tanda tambah. Anda bisa melihat video atau gambar di bawah ini.

Anda bisa membuat tiang panjat dari beton atau kayu. Ingat ya, umur buah naga bisa sampai 20 tahun. Pemakaiaan kayu mewajibkan kita mengganti kayu bila sudah lapuk dan membersihkan dedaunan kayu jika kayunya hidup.

  • Pertama, siapkan tiang panjat yang terbuat dari beton. Tiang ini berfungsi untuk menopang tanaman.

    Tiang panjat berbentuk bisap pilar segiempat atau silinder.

    Diameternya berkisar antara 20-35 cm. Tiang panjat memiliki ketinggian 1,5-2,5 meter. Biasanya ditanam pada kedalaman 50 cm. Tujuannya supaya lebih kuat berdiri.

  • Buatlah penopang pada bagian atas tiang panjat sehingga membentuk tanda plus (+). Lalu, tambahkan ban motor bekas sehingga membentuk seperti kemudi mobil.

  • Tiang panjat tersebut diatur berbaris. Jarak tanam buah naga umumnya 3 meter. Jarak tersebut untuk mengurangi keurangan sinar matahari. Jangan lupa, buatlah saluran air dengan kedalaman 25 cm di antara barisan tiang panjat.

Umumnya petani menggunakan tiang panjatan beton seperti gambar di atas, tapi ada juga yang menggunakan tiang panjat kayu dan bambu seperti di bawah ini.

2. Membuat Lubang tanam

  • Setiap tiang panjat dikelilingi 4 lubang tanam
  • Ukuran masing-masing lubang tanam yakni 60×60 cm. Kedalamannya sekitar 25 cm.
  • Lubang tanam yang sudah disiapkan lalu diisi media berupa campuran pupuk, tanah, dan pasir dan kapur pertanian jika ada .
  • Masukkan campuran tadi ke lubang tanam,  siramlah dengan air.
  • Siram sampai basah tapi tidak boleh tergenang. Diamkan lubang hingga beberapa hari sampai kering dan terkena cahaya matahari.
  • Berikan 25 gram pupuk TSP setelah 2-3 hari. Cara memberikannya dengan melingkari tiang panjat berjarak 10 cm dari tiang. Diamkan selama sehari.Anda boleh menanaminya setelah satu hari kemudian.
  • Anda Juga bisa memberikan pupuk dari kotoran ayam yang dicampur tets tebu dan cairan empa, fungsinya menguatkan batang pohon buah naga.

3. Cara Penanaman

  • Empat bibit buah naga membutuhkan satu tiang panjat. Keempatnya ditanam mengelilingi tiang panjat. Jaraknya berkisar 10 cm.
  • Gali lubang tanam yang sudah kita buat dan kita campur dengan tanah, pasir, dan pupuk.  kedalamannya sekitar 10-15 cm
  • Pindahkan bibit buah naga anda dari polybag ke lubang tanam yang sudah digali. Polybagnya dibuang, tanahnya diikutkan tidak apa-apa.
  • Timbun bibit menggunakan tanah hingga padat.
  • Ikat batang keempat bibit tersebut sampai menyatu dengan tiang. Pengikatan terus dilakukan ketika tanaman buah naga memanjang 20-30 cm.
  • Potong tunas buah naga apabila ia akan bercabang sebelum mencapai puncak tiang panjatan, sisakan 1 saja. Apabila sudah sampai tiang panjatan, buah naga boleh bercabang banyak, umumnya 5 cabang.

(Sumber: https://erakini.com/budidaya-tanam-buah-naga/ )

Pemeliharaan Tanaman Buah Naga.

  1. Pengairan

Tanaman buah naga tidak memerlukan irigasi khusus. Pengairan dilakukan dengan sistem tadah hujan. Karena akarnya yang sangat lebat, buah naga tahan terhadap kekeringan tetapi tetap membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya.

Kekurangan air selama pertumbuhan bisa menyebabkan tanaman layu dan sulit bertunas. Penyiraman dilakukan cukup seminggu sekali sampai berumur 6 bulan. Jika kondisi tanah sangat kering, penyiraman dilakukan 2-4 hari sekali.

Saat fase generatif (fase munculnya bunga dan buah), penyiraman dilakukan setiap 10-14 hari sekali atau menyesuaikan kondisi lahan. Jika kekurangan air pada fase ini dapat mengakibatkan bunga rontok dan buah terbentuk tidak sempurna. Penyiraman pada pagi hari.

Penyiraman bisa dilakukan dengan mengalirkan air pada parit-parit drainase. Selain itu juga bisa menggunakan gembor atau irigasi tetes. Sistem irigasi tetes lebih hemat air dan tenaga kerja namun perlu investasi yang cukup besar.

Penyiraman dengan parit drainase dilakukan dengan merendam parit selama kurang lebih 2 jam. Bila penyiraman dilakukan dengan gembor, setiap lubang tanam disiram dengan air sebanyak 4-5 liter. Frekuensi penyiraman 3 kali sehari di musim kering, atau sesuai dengan kondisi tanah.

Penyiraman bisa dikurangi atau dihentikan ketika tanaman mulai berbunga dan berbuah. Pengurangan atau penghentian penyiraman bertujuan untuk menekan

2. Penyulaman Tanaman

Penyulaman yaitu mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya terhambat karena serangan hama dan penyakit atau sebab lain. Tujuan penyulaman adalah supaya tanaman dapat berproduksi optimal. Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam hingga tanaman berumur 2 bulan.

3. Pengikatan Batang dan Cabang

Letak batang dan cabang perlu diatur supaya tanaman dapat tumbuh normal dan tidak salah bentuk. Pengaturan batang dan cabang berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman. Pengaturan batang dan cabang dilakukan dengan cara mengikat batang dan cabang ke tiang panjatan. Pengikatan jangan terlalu kencang supaya batang dan cabang tidak terjepit karena dapat mengakibatkan batang luka dan patah.

4. Pemupukan

Pada masa awal pertumbuhan pupuk yang dibutuhkan harus mengandung banyak unsur nitrogen (N). Pada fase berbunga atau berbuah gunakan pupuk yang banyak mengandung fosfor (P) dan kalium (K). Pemakaian urea tidak dianjurkan untuk memupuk buah naga, karena sering mengakibatkan busuk batang.

Pemupukan dengan pupuk kompos atau pupuk kandang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan dosis 5-10 kg per lubang tanam. Pada saat berbunga dan berbuah berikan pupuk tambahan NPK dan ZK masing-masing 50 dan 20 gram per lubang tanam. Pada tahun berikutnya perbanyak dosis pemberian pupuk sesuai dengan ukuran tanaman. Pupuk tambahan berupa pupuk organik cair, pupuk hayati atau hormon perangsang buah bisa diberikan untuk memaksimalkan hasil.

5. Pemangkasan Tanaman Buah Naga

Kegiatan dilakukan untuk memperoleh bentuk tanaman yang baik sehingga pertumbuhannya juga akan baik. Pemangkasan juga bertujuan untuk membuang bagian tanaman yang tidak produktif misalnya cabang yang kerdil dan dukur. Karena batang dan cabang yang tidak produktif akan menghambat pembentukan tunas baru.

Terdapat setidaknya tiga tipe pemangkasan dalam budidaya buah naga, yakni pemangkasan untuk membentuk batang pokok, pemangkasan membentuk cabang produksi dan pemangkasan peremajaan.

Pemangkasan untuk membentuk batang pokok dilakukan pada batang bibit tanaman. Tanaman yang baik memiliki batang pokok yang panjang, besar dan kokoh. Untuk mendapatkan itu pilih tunas yang tumbuh di bagian paling atas batang awal. Tunas yang tumbuh dibawahnya sebaiknya dipotong saja.

Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi dilakukan pada tunas yang tumbuh pada batang pokok. Pilihlah 3-4 tunas untuk ditumbuhkan. Nantinya tunas ini akan menjadi batang produksi dan tumbuh menjuntai ke bawah. Tunas yang ditumbuhkan sebaiknya yang ada di bagian atas, sekitar 30 cm dari ujung atas.

Pemangkasan peremajaan dilakukan terhadap cabang produksi yang kurang produktif. Biasanya sudah berbuah 3-4 kali. Hasil pangkasan peremajaan ini bisa dijadikan sumber bibit tanaman.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan adalah bentuk tanaman. Biasanya tanaman buah naga tumbuh tidak teratur. Upayakan agar tunas-tunas yang dipilih bisa membentuk tanaman dengan baik. Sehingga percabangan tidak terlalu rimbun dan batang yang ada dibawah tajuk bisa terkena sinar matahari dengan maksimal.

6. Seleksi Bunga dan Buah

Seleksi bunga dilakukan saat bunga masih kecil. pilih 5-6 bunga yang paling besar, berwarna cerah, sehat dan segar pada setiap cabang dengan jarak antar bunga sekitar 30 cm.

7. Sanitasi Kebun

Sanitasi kebun adalah kegiatan membersihkan kebun dari gulma atau tanaman pengganggu, perawatan saluran irigasi supaya tidak menimbulkan genangan air saat musim hujan.

Batang dan cabang bekas pemangkasan dikumpulkan lalu dibuang. Pengendalian gulma dilakukan dengan melakukan penyiangan rutin. Pencangkulan pada sekitar tanaman dilakukan dengan hati-hati supaya tidak merusak akar tanaman.

Tujuan dari sanitasi kebun adalah untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit, menjaga kelembaban area pertanaman, dan mengurangi perebutan unsur hara antara tanaman buah naga dan gulma.

(Sumber: http://ptnasa.net/blog/cara-menanam-buah-naga/ )

Pemanenan

Tanaman buah naga berumur panjang. Siklus produktifnya bisa mencapai 15-20 tahun. Budidaya buah naga mulai berbuah untuk pertama kali pada bulan ke 10 hingga 12 terhitung setelah tanam. Namun apabila ukuran bibit tanamannya lebih kecil, panen pertamanya bisa mencapai 1,5-2 tahun terhitung setelah tanam. Produktivitas pada panen pertama biasanya tidak langsung optimal.

Satu tanaman biasanya menghasilkan 1 kg buah. Dalam satu tiang panjat terdapat 4 tanaman. Berarti  dengan jumlah tonggal 1600 dalam satu hektar akan dihasilkan sekitar 6-7 ton buah naga sekali musim panen. Usaha budidaya buah naga yang sukses bisa menghasilkan lebih dari 50 ton buah per hektar per tahun.

Ciri-ciri buah yang siap panen adalah kulitnya sudah mulai berwarna merah mengkilap. Jumbai buah berwarna kemerahan, warna hijaunya sudah mulai berkurang. Mahkota buah mengecil dan pangkal buah menguncup atau berkeriput. Ukuran buah membulat dengan berat sekitar 400-600 gram.

 

(sumber: https://alamtani.com/budidaya-buah-naga/ )

 

Copyright © 2024 All rights reserved. Theme by Laptop Geek.