Posted by andi telaumbanua on Jul 24, 2018 in
Praktikum
Daftar Pustaka
Guslim. 2009. Agroklimatologi. USU Press. Medan.
Hidayat, A. 2013. Uji Homogenitas. Dalam https ://www.statistikian. com/2013/01 uji-homogenitas.html.Diakses pada hari Jumat, 21 April 2018, Pukul 04.00 WIB.
Putu, D. 2014.Aplikasi Model Regresi Dalam Pengalihragaman Hujan Limpasan Terkait Dengan Pembangkitan Data Debit (Studi Kasus: DAS Tukad Jogading). Dalam https://www.researchgate.net/publication/281422758 Diakses pada hari Jumat, 21 April 2018, Pukul 04.20 WIB.
Rustiadi, S., Sunsun S., dan Dyan R. P. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta.
Sabaruddin, L.2104. Agroklimatologi Aspek – aspek Klimatik untuk Sistem Budidaya Tanaman. Alfa Beta: Bandung.
Sudira, Putu. 2004. Handout Klimatologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Zaidiyah, L. N., Sutikno. 2013. Perbandingan Uji Homogenitas Runtun Data Curah Hujan Sebagai Pra-Pemrosesan Kajian Perubahan Iklim. Jurnal Sains dan Seni Pomits 2(2): 255 – 256.
Posted by andi telaumbanua on Jul 24, 2018 in
Praktikum
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pelaksanaan praktikum ini antara lain:
- Tabel data curah hujan selama 20 tahun dari stasiun Mrican.
- Pulpen, kertas, dan penggaris sebagai perlengkapan untuk mencatat analisis data dan penjelasan yang disampaikan oleh assisten.
3.2. Cara Kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
Pertama menerima data curah hujan stasiun Mrican selama 20 tahun mulai tahun 1987 hingga 2006 dari assisten. Kedua, Mencatat analisis data yang akan digunakan untuk menentukan homogenitas data. Ketiga, mendengarkan dan memahami penjelasan cara analisa data sekaligus point – point yang terdapat pada bagian pembahasan oleh assisten.
Selanjutnya melakukan perhitungan dari data curah hujan dengan dua metode yaitu: Run Test dan RAPS. Kemudian menentukan homogenitas data yang diamati dengan memmbandingkan hasil perhitungan kedua metode tersebut dengan tabel masing – masing jika sesuai dengan tabelnya masing – masing, maka data dikatakan homogen dan sebaliknya jika tidak sesuai data yang diamati tidak homogen.
3.3. Cara Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan dua metode yaitu: metode Run Test dan metode RAPS sebagai berikut :
- Metode Run Test
Untuk menentukan homogenitas data pengamatan dengan metode ini langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Menghitung jumlah CH → ∑ CH
- Menghitung rata – rata CH → = ; n = 20 tahun
- Menentukan CH – tiap tahun
- Memberi tanda (+) dan (-), kemudian tanda (+) dan (-) dipisahkan dari perhitungan. Jika urutannya (+) (+) atau (-) (-), maka Urange = 0, dan jika urutannya (+) (-), maka Urange = 1
- Menentukan jumlah Urange (ƩUrange)
- Mencocokkan jumlah Urange perhitungan dengan tabel 3.1 dalam penentuan homogenitas data.
Tabel 3.1 Nilai U untuk data homogen |
Jumlah data |
Range U |
12 |
5 – 8 |
14 |
5 – 10 |
16 |
6 – 11 |
18 |
7 – 12 |
20 |
8 – 13 |
22 |
9 – 14 |
24 |
9– 16 |
26 |
10 – 17 |
28 |
11 – 18 |
30 |
12 – 19 |
32 |
13 – 20 |
34 |
14 – 21 |
36 |
15 – 22 |
38 |
16 – 23 |
40 |
16 – 25 |
50 |
22 – 30 |
|
|
Tabel 3.2 Tabel Hasil Perhitungan dengan metode Run Test |
Tahun |
CH (mm) |
CH – (mm) |
(+) atau (-) |
Urange |
1987 |
|
|
|
|
1988 |
|
|
|
|
1989 |
|
|
|
|
…. |
|
|
|
|
…. |
|
|
|
|
2006 |
|
|
|
|
ƩCH |
…. |
|
ƩUrange |
…. |
|
…. |
|
|
|
|
|
|
- Metode RAPS (Rescaled AdjustedPartical Sums)
Untuk menentukan homogenitas data pengamatan dengan metode ini langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Menghitung jumlah y (curah hujan) → ∑y
- Menghitung rata – rata y → = ; n = 20 tahun
- Menghitung (y – tiap tahun
- Menghitung SK* tiap tahun → SK* =
- Menghitung tiap tahun
- Menghitung Dy =
- Menghitung nilai SK** =
- Menghitung nilai
- Menghitung nilai Q =
- Menghitung nilai R =
- Menghitung nilai
- Menghitung nilai
- Mencocokkan nilai homogenitas dari nilai dan perhitungan dengan tabel 3.3 dan tabel 3.4 (Hubungan n, Q, R ) dengan persentase 95%, jika nilai dan perhitungan lebih kecil dari tabel, berarti data homogen.
Tabel 3.3 Hubungan n dan Q |
N |
Q/√n |
90% |
95% |
99% |
10 |
1,05 |
1,14 |
1,29 |
20 |
1,1 |
1,22 |
1,42 |
30 |
1,12 |
1,24 |
1,46 |
40 |
1,13 |
1,26 |
1,5 |
50 |
1,14 |
1,27 |
1,52 |
100 |
1,17 |
1,29 |
1,55 |
|
|
|
|
Tabel 3.4 Hubungan n dan R |
N |
R/√n |
90% |
95% |
99% |
10 |
1,21 |
1,28 |
1,38 |
20 |
1,34 |
1,43 |
1,6 |
30 |
1,4 |
1,5 |
1,7 |
40 |
1,42 |
1,53 |
1,74 |
50 |
1,44 |
1,55 |
1,75 |
100 |
1,5 |
1,62 |
1,86 |
|
|
|
|
Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan dengan metode RAPS |
Tahun |
y (mm) |
y – y (mm) |
SK* |
(y – y ̅ )² |
SK** |
| SK** | |
1987 |
|
|
|
|
|
|
1988 |
|
|
|
|
|
|
1989 |
|
|
|
|
|
|
…. |
|
|
|
|
|
|
…. |
|
|
|
|
|
|
2006 |
|
|
|
|
|
|
Ʃy |
…. |
|
|
|
|
|
y ̅ |
…. |
|
|
|
|
|
Ʃ(y – y ̅ )² |
…. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dy |
Q |
R |
Q/√n |
R/√n |
…. |
…. |
…. |
…. |
…. |
|
|
|
|
|
|
|
Posted by andi telaumbanua on Jul 24, 2018 in
Praktikum
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Homogenitas Data Iklim
Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsur-unsur cuaca atau iklim baik skala global, regional maupun lokal atau setempat dalam kegiatan pertanian. Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata, ekstrim (maksimun dan minimum), frekuensi terjadinya nilai tertentu dari unsur cuaca ataupun frekuensi dari tipe iklim.
Iklim mengkaji dan membahas tentang pola tingkah laku cuaca pada suatu tempat atau wilayah berulang selama waktu periode waktu yang panjang. Sebagai suatu sistem, wilayah iklim cakupannya sangat luas mulai dari skala planiter sampai pada skala lokal atau setempat merupakan kisaran atmosfer secara bersambung. Kajiannya menyangkut berbagai aspek proses pembentukan iklim (Sabaruddin, 2014).
Mengukur keadaan cuaca atau iklim perlu adanya homogenitas antar pengukuran dan hasil yang diukur sehingga keakuratan data akan didapat dalam melakukan pengukuran dan error pun akan ditekan sekecil mungkin. Data iklim/cuaca (temperatur dan hujan) sebelum digunakan dalam analisis lebih lanjut, harus lebih dahulu diuji homogenitasnya atau konsistensinya karena pencatatan data iklim sering mengalami penyimpangan dan kesalahan (Sudira, 2004).
Menelaah tentang karakteristik iklim antar wilayah, kajiannya ditekankan pada rata-rata dari unsur-unsur iklim yang menjadi ciri dari suatu wilayah. Cuaca pada dasarnya merupakan kondisi atmosfer yang dinamis yang kapan saja bisa mengalami perubahan. Dalam pengamatan data iklim, perlu diperhatikan tentang macam dan kondisi alat, cara pencatatan, waktu pengamatan, dan tata letak atau layout alat-alat yang digunakan, sehingga dapat mewakili kondisi fisik lingkungan (Guslim, 2009).
Setelah data didapatkan, data iklim tidak dapat langsung digunakan dalam analisis lebih lanjut karena data iklim harus diuji terlebih dahulu homogenitasnya atau konsistentensinya agar didapatkan data yang konsisten dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Dalam pencatatan data iklim sering terjadi peyimpangan – penyimpangan yang akan menyebabkan data yang didapat tidak konsisten dan memiliki banyak kecacatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
- Kerusakan alat, maksudnya kerusakan alat pencatat data
iklim yang merupakan kerusakan atau perubahan beberapa fungsi
alat karena perubahan alami, seperti karatan dan sebagainya.
Kerusakan – kerusakan ini sering tidak terdeteksi sehingga data yang
dihasilkan mengalami penyimpangan.
- Kesalahankarena perubahan letak peralatan, maksudnya adalah
kesalahan yang dapat menyebabkan perubahan fungsi ruang terhadap
data pengamatan.
- Kesalahankarena keteledoran pengamat, maksudnya adalah
kesalahan yang terjadi karena pengamat mengalami kesulitan untuk
melakukan pencatatan data seperti karena hujan lebat, gempa bumi
dan sebagainya.
- Datayang hilang atau rusak, maksudnya adalah data yang telah
diperolah mengalami kerusakan sehingga tidak dapat digunakan
karena beberapa hal penting dalam data tersebut menghilang.
- Perubahan keadaan lingkungan yang mendadak, maksudnya
adalah perubahan alam secara alami dan tidak dapat di prediksi bahkan
ekstrim sehingga data yang didapat tidak sesuai perkiraan
(Rustiadi dkk., 2009).
2.2. Uji Homogenitas Data iklim
Tahap awal dalam kajian perubahan iklim adalah penyiapan data yang seringkali menjadi permasalahan utama. Beberapa permasalahan tersebut adalah periode data runtun waktu unsur iklim yang dikaji terlalu pendek, adanya missing data, data tidak homogen dan lain sebagainya. Ketidakhomogenan series data tersebut bisa disebabkan dengan adanya pergantian lokasi stasiun, pergantian alat ataupun pergantian pengamat.
Oleh karena itu dalam penyiapan data kajian perubahan iklim harus dilakukan pengujian homogenitas series data unsur iklim seperti curah hujan, temperatur, kelembaban dan unsur iklim lainnya. Penyebab ketidakhomogenan dari faktor non klimat (pemindahan instrumen, pergantian pengamat, pergantian waktu pengamatan, tren memanas/mendingin secara perlahan misalnya karena dampak perkotaan dan perubahab tata guna lahan (Hidayat, 2013).
Sebuah catatan data iklim dikatakan homogen apabila tidak adanya variasi yang disebabkan oleh variasi non cuaca dan iklim. Homogenitas data seyogyanya meliputi : jenis perbandingan uji homogenitas runtun data curah hujan sebagai pra-pemrosesan kajian perubahan iklim parameter; periode pengamatan data; basis skala waktu (bulanan, mingguan, tahunan, dsb); jenis uji yang dipakai dalam uji homogenitas serta penjelasannya; jumlah series data yang homogen pada suatu stasiun; jumlah kasus, panjangnya periode dan variasi tahunan kasus tidak homogen; ukuran penyimpangan dan faktor koreksi yang digunakan untuk memperbaiki ketidakhomogenan series tersebut.Penyebab ketidakhomogenan dari faktor non klimat (pemindahan instrumen, pergantian pengamat, pergantian waktu pengamatan, tren memanas/mendingin secara perlahan misalnya karena dampak perkotaan dan perubahab tata guna lahan) (Zaidiyah dan Sutikno, 2013).
Metode uji homogenitas yang sering digunakan yaitu: metode Run test dan RAPS ( Resclaled adjusted partical sums).
- Metode Run Test
Pengujian data temperatur/suhu yang homogen dilakukan dengan uji Run Test Rerata temperatur tahunan dihitung kemudian dibandingkan dengan rerata temperatur secarakeseluruhan selama tahun pengamatan. Apabila rerata tahunan lebih besar dari pada rerata keseluruhan maka diberi tanda (+) dan sebaliknya diberi tanda (-). Jumlah pasangan tanda (+) dan (-) dihitung dan diberi tanda (U). Data temperatur sudah homogen bila nilai (U) perhitungan mengikuti nilai (U) seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Nilai U untuk data homogen |
Jumlah data |
Range U |
12 |
5 – 8 |
14 |
5 – 10 |
16 |
6 – 11 |
18 |
7 – 12 |
20 |
8 – 13 |
22 |
9 – 14 |
24 |
9– 16 |
26 |
10 – 17 |
28 |
11 – 18 |
30 |
12 – 19 |
32 |
13 – 20 |
34 |
14 – 21 |
36 |
15 – 22 |
38 |
16 – 23 |
40 |
16 – 25 |
50 |
22 – 30 |
(Putu, 2014). |
|
- Metode Buishand (RAPS)
Homogenitas data hujan dapat dilakukan dengan metode Buishand atau RAPS (Rescaled Adjusted Partical Sums).
Sk ** = Sk * /Dy : K = 0,1,2,3,…n
Sk * = S (Yi – Y)2 : K = 1,2,3,…n
Dy 2 = S (Yi – Y)2/n
Nilai statistik Q =
Nilai statistik R =
Apabila nilai Q/Ön atau R/Ön hitung lebih kecil dari pada nilai Q/Ön atau R/Ön tabel dibawah ini maka datanya homogen.
Tabel 2.1 Hubungan n dan Q |
n |
Q/√n |
90% |
95% |
99% |
10 |
1,05 |
1,14 |
1,29 |
20 |
1,1 |
1,22 |
1,42 |
30 |
1,12 |
1,24 |
1,46 |
40 |
1,13 |
1,26 |
1,5 |
50 |
1,14 |
1,27 |
1,52 |
100 |
1,17 |
1,29 |
1,55 |
|
|
|
|
Tabel 2.3 Hubungan n dan R |
n |
R/√n |
90% |
95% |
99% |
10 |
1,21 |
1,28 |
1,38 |
20 |
1,34 |
1,43 |
1,6 |
30 |
1,4 |
1,5 |
1,7 |
40 |
1,42 |
1,53 |
1,74 |
50 |
1,44 |
1,55 |
1,75 |
100 |
1,5 |
1,62 |
1,86 |
|
|
|
|
(Putu, 2014).
Posted by andi telaumbanua on Jul 24, 2018 in
Praktikum
Tabel 4.1 Data Pengamatan
|
|
Stasiun |
Pi |
P₁ |
50 |
P₂ |
60 |
P₃ |
60 |
P₄ |
75 |
P₅ |
80 |
P₆ |
75 |
P₇ |
90 |
P₈ |
95 |
P₉ |
100 |
P₁₀ |
115 |
P₁₁ |
110 |
P₁₂ |
115 |
P₁₃ |
125 |
|
|
Tabel 4.2. Hasil analis data dengan metode aljabar
|
|
|
No |
Stasiun |
Pi |
1 |
P₁ |
50 |
2 |
P₂ |
60 |
3 |
P₃ |
60 |
4 |
P₄ |
75 |
5 |
P₅ |
80 |
6 |
P₆ |
75 |
7 |
P₇ |
90 |
8 |
P₈ |
95 |
9 |
P₉ |
100 |
10 |
P₁₀ |
115 |
11 |
P₁₁ |
110 |
12 |
P₁₂ |
115 |
13 |
P₁₃ |
125 |
n |
13 |
|
ƩPi |
1150 |
|
P (mm) |
88,461538 |
|
|
|
|
Tabel 4.3. Hasil analis data dengan metode Polygon Thiessen
|
|
|
|
|
No |
Stasiun |
Pi |
Ai (mm)² |
Pi Ai |
1 |
P₁ |
50 |
633 |
31650 |
2 |
P₂ |
60 |
1246,5 |
74790 |
3 |
P₃ |
60 |
726,5 |
43590 |
4 |
P₄ |
75 |
2311 |
173325 |
5 |
P₅ |
80 |
1787,5 |
143000 |
6 |
P₆ |
75 |
202 |
15150 |
7 |
P₇ |
90 |
1266 |
113940 |
8 |
P₈ |
95 |
2069,5 |
196602,5 |
9 |
P₉ |
100 |
1604,5 |
160450 |
10 |
P₁₀ |
115 |
1704 |
195960 |
11 |
P₁₁ |
110 |
1633 |
179630 |
12 |
P₁₂ |
115 |
841,5 |
96772,5 |
13 |
P₁₃ |
125 |
824,5 |
103062,5 |
ƩAi |
16849,5 |
|
|
|
ƩPi Ai |
1527922,5 |
|
|
|
P (mm) |
90,680584 |
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel 4.4. Hasil analis data dengan metode Isohyt
|
|
|
|
|
|
No |
Stasiun |
Pi |
|
Ai (mm)² |
Ai |
1 |
P₁ |
50 – 55 |
52,5 |
251 |
13177,5 |
2 |
P₁ dan P₂ |
55 – 60 |
57,5 |
1052,5 |
60518,75 |
3 |
P₂ dan P₃ |
60 – 65 |
62,5 |
867,5 |
54218,75 |
4 |
P₃ |
65 – 70 |
67,5 |
1221 |
82417,5 |
70 – 75 |
72,5 |
1384,5 |
100376,25 |
5 |
P₄ dan P₆ |
75 – 80 |
77,5 |
1397,5 |
108306,25 |
6 |
P₅ |
80 – 85 |
82,5 |
1171 |
96607,5 |
7 |
85 – 90 |
87,5 |
1197,5 |
104781,25 |
8 |
P₇ |
90 – 95 |
92,5 |
1137,5 |
105218,75 |
9 |
P₈ |
95 – 100 |
97,5 |
1346,5 |
131283,75 |
10 |
P₉ |
100 – 105 |
102,5 |
1374 |
140835 |
11 |
P₁₁ |
105 – 110 |
107,5 |
1517,5 |
163131,25 |
12 |
P₁₂ dan P₁₀ |
110 – 115 |
112,5 |
1500,5 |
168806,25 |
13 |
P₁₃ |
115 – 120 |
117,5 |
1318 |
154865 |
120 – 125 |
122,5 |
476 |
58310 |
ƩAi |
17212,5 |
|
|
|
|
Ʃ Ai |
1542853,75 |
|
|
|
|
P (mm) |
89,63565723 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Posted by andi telaumbanua on Jul 24, 2018 in
Praktikum
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Alat dan Bahan
- Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: Pulpen, kertas, penggaris, pensil, dan kertas milimeter block sebagai perlengkapan untuk mencatat analisis data dan penjelasan serta mencoba menggambar peta hujan wilayah dengan metode polygon Thiessen dan Isohyt yang disampaikan oleh assisten.
- Bahan
Bahan yang digunakan pad apraktikum ini antara lain : Peta data hujan wilayah dan tebel data curah hujan di 13 stasiun.
3.2. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
- Metode Aljabar
- Semua data curah hujan pada stasiun meteorologi dijumlahkan.
- Setelah dijumlahkan dibagi dengan jumlah data curah hujan.
- Diperoleh curah hujan rata – rata wilayah.
- Metode Polygon Thiessen
- Stasiun penakar hujan yang telah tergambar pada peta digambar atau diplot satu garis.
- Dihubungkan titik penakar hujan terluar.
- Dihubungkan stasiun terluar dengan stasiun terdekat.
- Dicari titik tengah dari setiap garis penghubung antar stasiun. Kemudian menarik garis tegak lurus terhadap garis hubung pada titik tengah yang diperoleh.
- Ditentukan garis polygon yaitu garis yang terbentuk dari langkah sebelumnya yang merupakan perpotongan titik tengah yang tegak lurus antara stasiun satu dengan stasiun yang lain.
- Diukur luas daerah yang dibatasi oleh kertas polygon dengan garis milimeter block.
- Dihitung curah hujan wilayah dengan rumus polygon Thiessen.
- Metode Isohyt
- Stasiun penakar hujan yang telah tergambar pada peta dihubungkan masing – masing stasiun dengan garis lurus.
- Garis antar stasiun diberi titik antar stasiun dengan selisih 5 untuk nilai Pi .
- Dihubungkan titik yang memiliki ketinggian curah hujan yang sama (nilai Pi yang sama).
- Diukur luas antara 2 isohyt yang berurutan dengan kertas milimeter block.
- Dihitung curah hujan wilayah dengan rumus isohyt.
3.3. Cara Analisa Data
Analisis data dilakukan dengan tiga metode yaitu: metode aljabar, polygon Thiessen, dan Isohyt sebagai berikut :
- Metode Aljabar
- Persiapkan peta curah hujan.
- Dihitung jumlah stasiun.
- Dijumlahkan curah hujan.
- Dihitung curah hujan wilayah dengan rumus ;
Keterangan : P = Hujan Wilayah
Pi = Hujan pada stasiun
n = Jumlah stasiun pada suatu DAS
i = 1,2,3,….
- Hasilnya dibuat pada tabel;
Tabel 3.1 Hasil analisa metode aljabar
No |
Stasiun |
Pi |
1 |
|
|
2 |
|
|
… |
|
|
n |
|
|
ƩPi |
|
|
P (mm) |
|
|
|
|
|
- Metode Polygon Thiessen
- Dihitung PiAi setiap stasiun.
- Dihitung jumlah PiAi seluruhnya.
- Dihitung curah hujan wilayah dengan rumus berikut;
Keterangan : P = Hujan Wilayah
Pi = Hujan pada stasiun i
Ai = Luas areal Polygon titik i
- Hasilnya dibuat pada tabel;
Tabel 3.2 Hasil analisa metode polygon Thiessen
No |
Stasiun |
Pi |
Ai (mm)² |
Pi Ai |
1 |
|
|
|
|
2 |
|
|
|
|
…. |
|
|
|
|
ƩAi |
|
|
|
|
ƩPi Ai |
|
|
|
|
P (mm) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Metode Isohyt
- Dihitung yaitu hujan rata – rata antara 2 isohyt berurutan.
- Dihitung Ai .
- Dihitung jumlah PiAi seluruhnya.
- Dihitung curah hujan wilayah dengan rumus berikut;
Keterangan : P = Hujan Wilayah
= Hujan rata – rata antara 2 isohyt berurutan
Ai = Luas areal antara 2 isohyt
- Hasilnya dibuat pada tabel;
Tabel 3.3 Hasil analisa metode Isohyt
No |
Stasiun |
Pi |
|
Ai (mm)² |
Ai |
1 |
|
|
|
|
|
2 |
|
|
|
|
|
…. |
|
|
|
|
|
ƩAi |
|
|
|
|
|
Ʃ Ai |
|
|
|
|
|
P (mm) |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|