Posted by andi telaumbanua on Jul 25, 2018 in
Umum
Judul makalah (Peran Fisika dalam teknologi pangan)
Nama Satu, Nama Dua, Nama Tiga, …, Nama Sepuluh
NIM1, NIM2, NIM3, …., NIM10
Institusi, alamat
Email : email corresponding author
Abstrak: Abstrak Maksimal 200 kata berbahasa Indonesia dicetak miring dengan Times New Roman 11 point. Abstrak harus jelas, deskriptif dan harus memberikan gambaran singkat masalah yang diteliti. Abstrak meliputi alasan pemilihan topik atau pentingnya topik penelitian, metode penelitian dan ringkasan hasil. Abstrak harus diakhiri dengan komentar tentang pentingnya hasil atau kesimpulan singkat.
Kata kunci:, Algoritma A, algoritma B, kompleksitas
- PENDAHULUAN (Section style)
Pendahuluan menguraikan latar belakang permasalahan yang diselesaikan, isu-isu yang terkait dengan masalah yg diselesaikan.
- METODE PENELITIAN (Section style)
Makalah hendaknya memuat tulisan yang berisi 1.Pendahuluan, 2. Metode Penelitian (bisa meliputi analisa, arsitektur, metode yang dipakai untuk menyelesaikan masalah), 3. Hasil dan Pembahasan, 4. Kesimpulan dan 5. Saran (future works) yg berisi penelitian lanjut di masa mendatang. Pada setiap paragraph bisa terdiri dari beberapa subparagraph yang dituliskan dengan penomoran angka arab seperti yang ditunjukkan section berikut ini.
Makalah ditulis dalam font Times New Roman 12 point dan spasi 1. Ukuran margin mengikuti template ini. Jumlah halaman minimum 3 halaman dan maksimum 7 halaman ukuran A4.
2.1. Tahapan Review (Subsection style)
Harap mengirimkan naskah anda secara elektronik untuk direview sebagai attachments e-mail. Ketika anda mengirimkan dokumen naskah versi awal dalam format Word.doc satu kolom, termasuk gambar dan tabel.
2.1.1. Gambar dan table (Subsubsection style)
Semua tabel dan gambar yang anda masukkan dalam dokumen harus disesuaikan dengan urutan 1 kolom atau ukuran penuh satu kertas, agar memudahkan bagi reviewer untuk mencermati makna gambar.
Gambar 1. Gambar menggunakan (Figure Caption style) |
Untuk judul tabel seperti contoh pada Tabel 1.
Tabel 1. Judul Tabel menggunakan (Table Title style)
No. |
Data |
1 |
Tidak ada garis vertikal (no vertical borderline) |
2 |
Tidak ada garis horizontal di dalam tabel
(no horizontal line inside the data) |
3 |
Tampilannya seperti ini |
2.1.2. Rumus Matematika (Subsubsection style)
Jika anda menggunakan Word, gunakan persamaan Microsoft Equation Editor atau MathType, ditulis ditengah, dan diberi nomor persamaan mulai dari (1), (2) dst.
(1)
DAFTAR PUSTAKA (section (no number) style)
Daftar pustaka ini harus menggunakan format “APA 6th edition style” , Anda harus menggunakan format “(Reference(no number) style)”.
Suparmi, A., Cari, C., Deta, U. A., Husein, A. S., & Yuliani, H. (2014). Exact Solution of Dirac Equation for q-Deformed Trigonometric Scarf potential with q-Deformed Trigonometric Tensor Coupling Potential for Spin and Pseudospin Symmetries Using Romanovski Polynomial. Journal of Physics: Conference Series, 539, 12004. https://doi.org/10.1088/1742-6596/539/1/012004
Wei, G. F., Liu, X. Y., & Chen, W. L. (2009). The relativistic scattering states of the hulthén potential with an improved new approximate scheme to the centrifugal term. International Journal of Theoretical Physics, 48(6), 1649–1658. https://doi.org/10.1007/s10773-009-9937-9
Xu, Y., He, S., & Jia, C.-S. (2010). Approximate analytical solutions of the Klein–Gordon equation with the Pöschl–Teller potential including the centrifugal term. Physica Scripta, 81(4), 45001. https://doi.org/10.1088/0031-8949/81/04/045001
Daftar pustaka lainnya ……………… ……………… …………… …………… ………
======================================================================================================================================
Aturan Daftar Pustaka
Citing a journal article found online
Author, A.A.. (Publication Year). Article title. Periodical Title, Volume(Issue), pp.-pp. doi:XX.XXXXX or Retrieved from journal URL
Jameson, J. (2013). E-Leadership in higher education: The fifth “age” of educational technology research. British Journal of Educational Technology, 44(6), 889-915. doi: 10.1111/bjet.12103
Citing a general website article with an author
Author, A.A.. (Year, Month Date of Publication). Article title. Retrieved from URL
Simmons, B. (2015, January 9). The tale of two Flaccos. Retrieved from http://grantland.com/the-triangle/the-tale-of-two-flaccos/
Citing a general website article without an author
Article title. (Year, Month Date of Publication). Retrieved from URL
Teen posed as doctor at West Palm Beach hospital: police. (2015, January 16). Retrieved from http://www.nbcmiami.com/news/local/Teen-Posed-as-Doctor-at-West-Palm-Beach-Hospital-Police-288810831.html
Posted by andi telaumbanua on Jul 25, 2018 in
Agriculture
Macam-macam Rangkaian biasing untuk konfigurasi common-emitter
Pentingnya rangkaian biasing (pemberian tegangan panjar dc) yaitu untuk menentukan letak titik sunyi (Quiescent Point), dan letak Q-Point akan menentukan class operasi yang diinginkan.
Macam2 rangkaian biasing untuk konfigurasi common-emitter:
1) Base bias (=fixed current bias) dengan dua sumber tegangan
2) Base bias (=fixed current bias) dengan satu sumber tegangan
3) Base bias dengan umpan balik emitter
4) Base bias dengan umpan balik collector
5) Base bias dengan umpan balik gabungan collector dan emitter
6) Voltage divider bias dengan umpan balik emitter
- Base bias (fixed current bias) dengan dua sumber tegangan
- Sudah jarang digunakan sebab kurang praktis (butuh 2 batere)
- Kurang memuaskan karena tegangan dan arus panjar kurang konstan selama kerja transistor (karena dengan IB tetap, IC berubah bersama b )
- Kopling dengan sumber tegangan signal masukan tdk bisa dengan C karena arus signal tersedot baterai VBB tapi bisa dengan trafo yang kumparan sekundernya disisipkan dalam (tersambung seri dengan) lingkaran arus basis
- Base bias dengan satu sumber tegangan bersama dengan pencatu collector
- Cukup dengan 1 baterai maka lebih praktis dibanding dengan yang menggunakan 2 baterai
- Masih kurang memuaskan karena alasan yang sama (pada IB tetap, arus IC bisa berubah bersama b )
- Kopling dengan sumber tegangan sinyal dapat dilakukan dengan C
- Base bias dengan umpan balik emitter
- Rangkaian tegangan panjar ini memberikan kestabilan yang bagus pada titik kerja dc nya menghadapi perubahan nilai b dengan adanya tambahan resistor emitter RE yang akan mengakibatkan terjadinya degenerasi (jika b naik, IC akan naik, IE naik, IB turun sebab IB=
o (VCC – VBE – IERE) / (RB)
o sehingga IC (= b IB ) kembali turun.
- Base bias dengan umpan balik collector
- Dikenal juga dengan sebutan collector-to-base bias atau collector feedback bias. Dia memberikan kestabilan lebih bagus dalam pemberian tegangan panjar, karena jika b naik, IC cenderung naik, berakibat IB turun sebab IB
- = (VCC – VBE – ICRC) /(RB)
- sehingga IC kembali turun.
- Base bias dengan umpan balik collector dan emitter
- Disini menggunakan umpan balik gabungan emitter dan collector
- Jika b naik, IC cenderung naik, berarti juga IE naik, sehingga IB turun karena IB =
o (VCC – VBE – ICRC – IERE)/RB
o sehingga IC kembali turun.
- Voltage divider bias dengan umpan balik emitter
- Rangkaian biasing ini sekarang paling banyak dipakai.
- Rangkaian seri VCC, R1 dan R2 dengan dua terminal terhubung basis dan ground dapat diganti dengan setara Theveninnya dengan nilai
- VThev = VCCR2/ (R1+R2)
- Rthev= R1R2/(R1+R2)
- Dan IB dicari dari rumus IB = (Vthev – VBE)/(Rthev+ (1+b)RE)
- Pengaruh umpan balik RE seperti yang sudah-sudah (menstabilkan IC walau untuk b berbeda-beda)
Posted by andi telaumbanua on Jul 25, 2018 in
Agriculture
Transistor
Transistor adalah suatu piranti semikonduktor yang digunakan untuk memperkuat isyarat elektronis atau menukar hubungan (switch) isyarat elektronis dan daya listrik.
Jenis-jenis Transistor
- Bipolar Junction Transistor
- Field Effect (Unipolar)Transistor
- Unijunction Transistor
Prinsip Kerja Bipolar Junction Transistor (BJT)
Prinsip kerja BJT adalah arus basis yang kecil bisa mengontrol arus collector dan arus emitter yang besar asalkan basis-emitter mendapat forward bias dan basis-collector mendapat reverse bias. Ada dua tipe yaitu tipe-NPN dan tipe-PNP.
Misal tipe-NPN: pengangkut muatan mayor pada bahan basis adalah hole dengan konsentrasi sangat rendah, sedang pada bahan emitter adalah elektron dengan konsentrasi sangat tinggi. Dengan basis-emitter mendapat forward bias, maka kedua jenis pengangkut muatan mayor tersebut tertarik menuju bidang pertemuan basis emitter dan akan berekombinasi.
Tetapi karena jumlah elektron jauh lebih banyak daripada hole, maka ada kelebihan elektron yang tidak kebagian partner (hole) dibidang pertemuan dan terlanjur masuk wilayah basis. Karena basis-collector mendapat reverse bias yang berarti tegangan collector (N) lebih positip daripada basis, elektron yang terlanjur masuk basis akan terus ditarik oleh collector untuk terus masuk kawat penghantar meninggalkan collector menuju baterai.
Keadaan ini berlangsung berkelanjutan karena begitu hole dari basis berrekombinasi, akan tergantikan dengan hole baru karena ada elektron dari atom netral yang disedot kutub positip baterai VBB. Demikian pula elektron emitter yang berrekombinasi dengan hole basis, plus elektron yang menerobos basis akan digantikan oleh elektron baru yang disuntikkan oleh kutub negatip baterai VBB.
Karakteristik Bipolar Junction Transistor (BJT)
Grafik IB vs. VBE bentuk kurva yang mirip grafik I vs. V dari dioda PN karena sambungan Basis-Emiter memang persambungan semikonduktor tipe-P (basis) dengan semikonduktor tipe N (emiter) pada jenis transistor NPN. (hanya bedanya di sini kerapatan pengangkut muatan mayor adalah berbeda pada basis dengan pada emiter. Pada emiter jauh lebih banyak. Pada daerah tegangan VBE yang lebih rendah daripada tegangan lutut variasi nilai VBE hanya menimbulkan variasi kecil IB, sedang di daerah VBE yang lebih tinggi dari tegangan lutut ternyata variasi kecil VBE menimbulkan variasi IB yang besar.
Grafik IC vs. VCE memperlihatkan bahwa di daerah yang kurvanya agak mendatar (disebut daerah kerja transistor) variasi arus collector IC sangat dipengaruhi oleh variasi arus basis IB dan hanya sedikit dipengaruhi oleh variasi VCE. Jadi nilai IC yang besar dapat dikontrol dengan memvariasi IB yang kecil.
Daerah kerja Bipolar Junction Transistor (BJT)
Suatu transistor jenis BJT memiliki dua persambungan p-n (p-n junction) yaitu persambungan base-collector dan persambungan base-emitter, yang masing-masing bisa forward biased atau reversed biased. Maka dengan dua persambungan (junction) itu suatu transistor punya empat kemungkinan kombinasi:
- kedua persambungan reverse-biased
- kedua persambungan forward-biased
- persambungan BE forward-biased, persambungan BC reversed-biased
- persambungan BE reversed-biased, persambungan BC forward-bias.
Tabel Daerah Kerja Transistor BJT
Persambungan BE |
Persambungan BC |
Daerah Kerja |
Reverse-biased |
Reverse-biased |
Cut-off *) |
Forward-biased |
Forward-biased |
Saturation *) |
Forward-biased |
Reverse-biased |
Active (analog) **) |
*) Daerah kerja Cut-off yang bergantian dengan daerah Saturation disebut juga daerah kerja digital (sebagai lawan daerah analog)
**) Daerah kerja Active (analog ) sering disebut juga daerah linier
(Sumber: Materi kuliah listrik dan elektronika dari pak Handoyo)
Posted by andi telaumbanua on Jul 25, 2018 in
Agriculture
DIODA
Arti harafiah:
DIODA = PIRANTI yang punya dua ELEKTRODA, yaitu: Anoda dan Katoda
Penggolongan menurut bahan & tehnik pembuatannya:
- DIODA TABUNG
- DIODA LOGAM
- DIODA SEMIKONDUKTOR
1. DIODA TABUNG
- Banyak digunakan pada pesawat radio penerima tempo dulu yang disebut radio tabung (sebelum diganti dengan radio transistor)
- Membutuhkan tegangan kerja yang tinggi (sekitar 300 V)
- Penggunaan: Penyearah Arus, Detektor Isyarat
- Watak: Ketika Anoda bertegangan lebih tinggi daripada Katoda, maka menghantarkan arus, sebaliknya ketika Anoda bertegangan lebih rendah daripada Katoda, maka arus tidak menghantar.
- Simbol:
Prinsip Kerja:
- Ketika filamen pemanas diberi arus, maka akan mengeluarkan panas dan memanasi katoda. Logam katoda yang panas akan memancarkan elektron sehingga disekitar katoda ada awan elektron. Apabila antara pelat Anoda dan Katoda diberi beda tegangan, jika tegangan anoda lebih tinggi daripada katoda maka elektron akan tertarik ke Anoda sehingga terjadi aliran elektron berarti terjadi aliran listrik ke arah sebaliknya yaitu dari anoda ke katoda. Sedang jika tegangan anoda lebih rendah (lebih negatip) daripada katoda maka tidak terjadi aliran elektron berarti tidak terjadi arus listrik, karena awan elektron kembali ke katoda dan tidak ada yang menggantikan awan elektron karena anoda tidak dipanasi.
2. DIODA LOGAM
- Contoh populer: Cupri-oksida (Cuprox), Selenium
- Penggunaan: sebagai penyearah arus dari alternator pada sepeda motor keluaran lama
- Karakteristik persambungan CuO-Cu dan Se-Cu:
3. DIODA SEMIKONDUKTOR
- TERSUSUN ATAS PERSAMBUNGAN BAHAN SEMIKONDUKTOR TIPE-P DAN SEMIKONDUKTOR TIPE-N
- UJUNG SEMIKONDUKTOR TIPE-P = ANODA
- UJUNG SEMIKONDUKTOR TIPE-N =KATODA
- BERSIFAT MENGHANTARKAN ARUS PADA SATU ARAH PEMBERIAN TEGANGAN SAJA (yaitu tegangan Anoda lebih tinggi daripada Katoda) , SEDANG PADA ARAH TEGANGAN YANG LAIN SUKAR MENGHANTARKAN ARUS
- Arah pemberian tegangan yang menghantar arus disebut arah maju (forward bias), sedang arah tegangan yang tidak menghantar arus disebut arah tegangan mundur (reverse bias)
- Arah forward bias yaitu bila tegangan anoda lebih positip dari katoda, sedang arah reverse bias adalah sebaliknya.
- Besar arus bertautan dengan tegangan menurut rumus di slide 10 ..
Contoh Penggunaan Dioda Biasa
dapat menyearahkan tegangan bolak-balik untuk menghasilkan arus searah
- Sebagai penggunting tegangan
- Sebagai penjepit tegangan
- Sebagai pembentuk gelombang
- Sebagai pengganda tegangan
- Sebagai detektor isyarat dari modulasi frekuensi isyarat yang terkandung dalam frekuensi pembawa
- Dan penggunaan lain-lain
(Sumber: Materi kuliah listrik dan elektronika dari pak Handoyo)
Posted by andi telaumbanua on Jul 25, 2018 in
Agriculture
Produk Olahan Kelapa Sawit
Semua bagian dari tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) dapat dimamfaatkan untuk produk – produk yang berguna bagi manusia. Secara umum bagian dari tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu : daging buah, biji, tandan kosong, dan batang pohon. Berikut jenis – jenis produk olahan yang dapat dibuat dari ke empat bagian utama tersebut.
1. Daging Buah
a. Minyak sawit (crude palm oil)
-
Pangan : Minyak goreng (olein), Margarin, lemak kue, vanaspati, cocoa, butter.
-
Non-pangan : Stearin, sabun, asam lemak, gliserin, detergent, pelumas, plasticier, kosmetika, BBM, Pro-vitamin A, dan pro-vitamin E.
b. Sabut
-
particle board
-
pulp kertas
-
energi
c. Sludge
-
Makanan ternak
-
Sabun
-
Pupuk
2. Biji
a. Inti
-
Minyak Inti (Palm Kernel Oil) : Oleokimia, Minyak Goreng, dan Salad Oil.
-
Bungkil : Makanan Ternak dan Pupuk.
b. Cangkang : Arang, Karbon aktif, Bahan pengisi, Particle board, dan Asap cair.
3. Tandan Kosong
-
Kertas Pulp
-
Particle board
-
pupuk
-
kompos
-
energi
4. Batang Pohon
-
Bahan Konstruksi
-
Pulp
-
Particle board
-
Bahan Kimia
-
Bahan Energi
Sumber:
Mangoensoekarjo, Soepadiyo dan Haryono Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.