acara 3 homogenitas data iklim
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Homogenitas Data Iklim
Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsur-unsur cuaca atau iklim baik skala global, regional maupun lokal atau setempat dalam kegiatan pertanian. Batasan secara klasik menyatakan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata, ekstrim (maksimun dan minimum), frekuensi terjadinya nilai tertentu dari unsur cuaca ataupun frekuensi dari tipe iklim.
Iklim mengkaji dan membahas tentang pola tingkah laku cuaca pada suatu tempat atau wilayah berulang selama waktu periode waktu yang panjang. Sebagai suatu sistem, wilayah iklim cakupannya sangat luas mulai dari skala planiter sampai pada skala lokal atau setempat merupakan kisaran atmosfer secara bersambung. Kajiannya menyangkut berbagai aspek proses pembentukan iklim (Sabaruddin, 2014).
Mengukur keadaan cuaca atau iklim perlu adanya homogenitas antar pengukuran dan hasil yang diukur sehingga keakuratan data akan didapat dalam melakukan pengukuran dan error pun akan ditekan sekecil mungkin. Data iklim/cuaca (temperatur dan hujan) sebelum digunakan dalam analisis lebih lanjut, harus lebih dahulu diuji homogenitasnya atau konsistensinya karena pencatatan data iklim sering mengalami penyimpangan dan kesalahan (Sudira, 2004).
Menelaah tentang karakteristik iklim antar wilayah, kajiannya ditekankan pada rata-rata dari unsur-unsur iklim yang menjadi ciri dari suatu wilayah. Cuaca pada dasarnya merupakan kondisi atmosfer yang dinamis yang kapan saja bisa mengalami perubahan. Dalam pengamatan data iklim, perlu diperhatikan tentang macam dan kondisi alat, cara pencatatan, waktu pengamatan, dan tata letak atau layout alat-alat yang digunakan, sehingga dapat mewakili kondisi fisik lingkungan (Guslim, 2009).
Setelah data didapatkan, data iklim tidak dapat langsung digunakan dalam analisis lebih lanjut karena data iklim harus diuji terlebih dahulu homogenitasnya atau konsistentensinya agar didapatkan data yang konsisten dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Dalam pencatatan data iklim sering terjadi peyimpangan – penyimpangan yang akan menyebabkan data yang didapat tidak konsisten dan memiliki banyak kecacatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
- Kerusakan alat, maksudnya kerusakan alat pencatat data
iklim yang merupakan kerusakan atau perubahan beberapa fungsi
alat karena perubahan alami, seperti karatan dan sebagainya.
Kerusakan – kerusakan ini sering tidak terdeteksi sehingga data yang
dihasilkan mengalami penyimpangan.
- Kesalahankarena perubahan letak peralatan, maksudnya adalah
kesalahan yang dapat menyebabkan perubahan fungsi ruang terhadap
data pengamatan.
- Kesalahankarena keteledoran pengamat, maksudnya adalah
kesalahan yang terjadi karena pengamat mengalami kesulitan untuk
melakukan pencatatan data seperti karena hujan lebat, gempa bumi
dan sebagainya.
- Datayang hilang atau rusak, maksudnya adalah data yang telah
diperolah mengalami kerusakan sehingga tidak dapat digunakan
karena beberapa hal penting dalam data tersebut menghilang.
- Perubahan keadaan lingkungan yang mendadak, maksudnya
adalah perubahan alam secara alami dan tidak dapat di prediksi bahkan
ekstrim sehingga data yang didapat tidak sesuai perkiraan
(Rustiadi dkk., 2009).
2.2. Uji Homogenitas Data iklim
Tahap awal dalam kajian perubahan iklim adalah penyiapan data yang seringkali menjadi permasalahan utama. Beberapa permasalahan tersebut adalah periode data runtun waktu unsur iklim yang dikaji terlalu pendek, adanya missing data, data tidak homogen dan lain sebagainya. Ketidakhomogenan series data tersebut bisa disebabkan dengan adanya pergantian lokasi stasiun, pergantian alat ataupun pergantian pengamat.
Oleh karena itu dalam penyiapan data kajian perubahan iklim harus dilakukan pengujian homogenitas series data unsur iklim seperti curah hujan, temperatur, kelembaban dan unsur iklim lainnya. Penyebab ketidakhomogenan dari faktor non klimat (pemindahan instrumen, pergantian pengamat, pergantian waktu pengamatan, tren memanas/mendingin secara perlahan misalnya karena dampak perkotaan dan perubahab tata guna lahan (Hidayat, 2013).
Sebuah catatan data iklim dikatakan homogen apabila tidak adanya variasi yang disebabkan oleh variasi non cuaca dan iklim. Homogenitas data seyogyanya meliputi : jenis perbandingan uji homogenitas runtun data curah hujan sebagai pra-pemrosesan kajian perubahan iklim parameter; periode pengamatan data; basis skala waktu (bulanan, mingguan, tahunan, dsb); jenis uji yang dipakai dalam uji homogenitas serta penjelasannya; jumlah series data yang homogen pada suatu stasiun; jumlah kasus, panjangnya periode dan variasi tahunan kasus tidak homogen; ukuran penyimpangan dan faktor koreksi yang digunakan untuk memperbaiki ketidakhomogenan series tersebut.Penyebab ketidakhomogenan dari faktor non klimat (pemindahan instrumen, pergantian pengamat, pergantian waktu pengamatan, tren memanas/mendingin secara perlahan misalnya karena dampak perkotaan dan perubahab tata guna lahan) (Zaidiyah dan Sutikno, 2013).
Metode uji homogenitas yang sering digunakan yaitu: metode Run test dan RAPS ( Resclaled adjusted partical sums).
- Metode Run Test
Pengujian data temperatur/suhu yang homogen dilakukan dengan uji Run Test Rerata temperatur tahunan dihitung kemudian dibandingkan dengan rerata temperatur secarakeseluruhan selama tahun pengamatan. Apabila rerata tahunan lebih besar dari pada rerata keseluruhan maka diberi tanda (+) dan sebaliknya diberi tanda (-). Jumlah pasangan tanda (+) dan (-) dihitung dan diberi tanda (U). Data temperatur sudah homogen bila nilai (U) perhitungan mengikuti nilai (U) seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Nilai U untuk data homogen | |
Jumlah data | Range U |
12 | 5 – 8 |
14 | 5 – 10 |
16 | 6 – 11 |
18 | 7 – 12 |
20 | 8 – 13 |
22 | 9 – 14 |
24 | 9– 16 |
26 | 10 – 17 |
28 | 11 – 18 |
30 | 12 – 19 |
32 | 13 – 20 |
34 | 14 – 21 |
36 | 15 – 22 |
38 | 16 – 23 |
40 | 16 – 25 |
50 | 22 – 30 |
(Putu, 2014). |
- Metode Buishand (RAPS)
Homogenitas data hujan dapat dilakukan dengan metode Buishand atau RAPS (Rescaled Adjusted Partical Sums).
Sk ** = Sk * /Dy : K = 0,1,2,3,…n
Sk * = S (Yi – Y)2 : K = 1,2,3,…n
Dy 2 = S (Yi – Y)2/n
Nilai statistik Q =
Nilai statistik R =
Apabila nilai Q/Ön atau R/Ön hitung lebih kecil dari pada nilai Q/Ön atau R/Ön tabel dibawah ini maka datanya homogen.
Tabel 2.1 Hubungan n dan Q | |||
n | Q/√n | ||
90% | 95% | 99% | |
10 | 1,05 | 1,14 | 1,29 |
20 | 1,1 | 1,22 | 1,42 |
30 | 1,12 | 1,24 | 1,46 |
40 | 1,13 | 1,26 | 1,5 |
50 | 1,14 | 1,27 | 1,52 |
100 | 1,17 | 1,29 | 1,55 |
Tabel 2.3 Hubungan n dan R | |||
n | R/√n | ||
90% | 95% | 99% | |
10 | 1,21 | 1,28 | 1,38 |
20 | 1,34 | 1,43 | 1,6 |
30 | 1,4 | 1,5 | 1,7 |
40 | 1,42 | 1,53 | 1,74 |
50 | 1,44 | 1,55 | 1,75 |
100 | 1,5 | 1,62 | 1,86 |
(Putu, 2014).